Oleh Dr. Mohammad Hadi Falahzadeh*
Tumpahkan darah kami, maka hidup kami akan terus berjalan; Bunuhlah kami, maka bangsa kami akan semakin tersadar; Kami tak takut mati. Kalian juga tidak akan memperoleh keuntungan dari kematian kami. (Imam Khomeini)
Jika Anda kalah perang melawan media, apapun kondisi Anda dalam perang fisik, Anda pasti kalah. (Kaplan, 2006)
Sampai saat ini, Israel masih terus membombardir Gaza. Jumlah korban jiwa akibat serangan brutal tentara Israel ini terus bertambah. Sampai tulisan ini dibuat, jumlahnya sudah melebihi angka 10.000, hampir semuanya warga sipil. Fakta ini tentu tidak menunjukkan bahwa Israel memenangi pertempuran. Bahkan seandainya pun serdadu Zionis bisa meratakan Gaza, dan membunuh semua warga sipilnya; atau bahkan, misalnya, seperti yang diklaim oleh Israel, mereka berhasil menghancurkan kelompok dan struktur HAMAS, Israel pada dasarnya telah menelan kekalahan.
Berikut ini adalah 11 fakta kekalahan dan kegagalan Zionis Israel.
1.Kegagalan Intelijen
Sistem intelijen Israel dengan seluruh perangkatnya, serta dukungan ekstensif dari Barat, ternyata gagal menjalankan fungsinya hingga dikejutkan oleh aksi kelompok perlawanan Palestina.
2.Runtuhnya Mitos Militer Terkuat
Klaim kiblat satu-satunya kekuatan militer dan intelijen Israel di kawasan, yang dibangun dengan dukungan media Barat, runtuh di hadapan gerakan perlawanan Islam yang terbatas dan tertutup.
3.Runtuhnya Sistem Politik dan Ekonomi
Struktur sistem politik dan ekonomi Israel didasarkan pada dua landasan. Pertama, iming-iming tentang “Tanah yang Dijanjikan”, untuk menarik minat orang-orang Yahudi di dunia agar mau datang ke Israel, dan mereka yang sudah ada di Israel, agar menetap di kawasan itu. Mereka dijanjikan kehidupan nyaman dan sejahtera di bawah naungan ajaran agama Yahudi. Kemudian, landasan yang kedua, menarik modal kaum kapitalis, baik Yahudi maupun non-Yahudi. Para investor itu dijanjikan mendapatkan keuntungan melimpah jika mau menanamkan investasinya di Israel.
Tapi, yang kita saksikan hari ini adalah rusaknya fondasi fundamental stabilitas negara Israel, kerusakan yang kecil kemungkinan bahkan mustahil untuk diperbaiki. Jelas situasi ini meruntuhkan dua fondasi sistem politik dan ekonomi Israel. Karenanya, proses migrasi-balik pun telah dimulai dan para imigran Yahudi telah kehilangan kepercayaan terhadap struktur politik, militer, dan intelejen rezim Zionis untuk menjamin keamanan mereka. Ketika kepercayaan sosial terganggu dan terkikis, otomatis peluang investasi akan hilang.
4.Kegagalan Media
Israel saat ini mulai menelan kekalahan dalam perang media. Sebelum ini, Israel menyebar berbagai hoax untuk mengaburkan fakta kekejaman mereka di Palestina, dan mereka mendapatkan dukungan dari media besar dunia. Akan tetapi, para jurnalis dan netizen independen melakukan perlawanan keras. Pembunuhan warga sipil, dan skenario palsu pemenggalan kepala anak-anak Israel oleh HAMAS tidak membawa keuntungan bagi rezim ini. Apa yang kita saksikan adalah konvergensi global, terutama di antara negara-negara Islam dan masyarakat internasional melawan Israel.
5.Gagal Menekan Kubu Muqawama
Secera geopolitik, HAMAS, Jihad Islam, dan enam milisi Palestina lainnya di Gaza dan Tepi Barat tergabung ke dalam kelompok Muqawama (Resistensi). Kelompok Muqawama ini memiliki garis perjuangan yang sama dalam melawan Zionis Israel. Bergabung di dalam kubu Muqawama adalah Hizbullah-Lebanon, Suriah, Iran, Hasd Shaabi Irak, dan Yaman.
Struktur politik Israel tidak mampu menciptakan konsensus global melawan poros Muqawama ini. Yang tercipta justru konsensus internasional yang bersifat anti-Zionis, khususnya terkait dengan genosida, serangan terhadap perempuan, anak-anak, serta pusat pertolongan dan pengobatan.
6.Melemahnya Koherensi Internal
Perselisihan internal di Israel yang telah mengemuka sejak setahun yang lalu kini semakin berkobar. Demonstrasi ribuan orang terjadi di Israel setiap minggunya. Saat ini, bukti-bukti menunjukkan bahwa perselisihan ini menjadi lebih serius, sampai-sampai beberapa warga di sejumlah wilayah Israel malah menyeru HAMAS untuk menagkap Netanyahu. Jajak pendapat juga menunjukkan bahwa sekitar 85% warga Israel tidak mempercayai pemerintah mereka.
7.Melemahnya Diplomasi Politik
Sekitar 35 Kedutaan Besar Zionis Israel ditutup atau dibakar, dan sekitar 25 kedutaan setengah tutup.
8.Stagnasi Proses Normalisasi
Sebelum operasi Badai Al-Quds tanggal 7 Oktober lalu, Israel sedang sangat intensif melakukan nomalisasi hubungan dengan sejumlah negara Arab dan Muslim, khususnya Arab Saudi. Tragedi Gaza praktis telah menggagalkan proses tersebut. Besarnya dukungan Dunia terhadap pejuang Palestina tidak memungkinkan para pihak pendukung normalisasi untuk mengangkat masalah ini dalam waktu dekat.
9.Menguatnya Reputasi Poros Muqawama
Selama ini, kubu perlawanan seringkali dicitrakan sebagai gerakan Islam ekstrem. Saat ini, penganut agama lain, bahkan sebagian dari komunitas Yahudi, telah menyatakan pembelaannya terhadap Gaza yang tertindas, berikut garis perjuangannya yang memilih cara resistensi.
10.Semakin Solidnya Kubu Muqawama
Dengan mengamati kebiadaban dalam pembantaian anak-anak dan warga sipil dan serangan terhadap pusat-pusat sipil dan pemukiman serta campur tangan dan dukungan Barat, seluruh front Muqawama telah meningkatkan level aksi mereka dari yang tadinya hanya sekedar berupa wacana dan penyadaran, menjadi operasi yang konfrontatif. Aksi-aski itu dilakukan secara serentak dan bersamaan, yang menunjukkan bahwa kubu Muqawama semakin solid
11.Menguatnya Legitimasi Poros Muqawama
Di antara sejumlah pilihan upaya kemerdekaan Palestina, pilihan perlawanan bersenjata yang menjadi ciri utama kubu Muqawama, adalah pilihan yang sering dipandang sebelah mata. Saat ini, kita melihat bagaimana warga sipil dan lembaga-lembaga, serta beberapa pejabat pemerintah di dunia, terutama di Eropa dan Amerika, mulai menyatakan dukungannya terhadap poros Muqawama berikut pilihan aksinya, yaitu perlawanan bersenjata. Semakin banyak warga Gaza yang gugur syahid; semakin banyak rumah-rumah mereka yang hancur, wacana resistensi justru semakin hidup dan meluas.
Rezim Zionis Israel saat ini sebenarnya telah menelan kekalahan. Menurut Pemimpin Iran, Ayatullah Khamenei, kekalahan dan kerugian yang dialami Zionis tidak dapat ditutup dengan apapun.
Antitesis dari wacana rasis Barat yang bersembunyi di balik selubung demokrasi dan HAM adalah wacana resistensi (Muqawama) yang terintegrasi, bukan hal lain.
*Penulis adalah anggota Dewan Tinggi Islamic Culture and Relations Organization (ICRO).
Sumber: LIPUTAN ISLAM