BERITAALTERNATIF.COM – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) menjadi tuan rumah pada acara Rembuk Daerah Mahasiswa se-Kalimatan Timur (Kaltim).
Kegiatan yang mengangkat tema Kolaborasi Mahasiswa se-Kaltim Menghadapi Problematika Daerah tersebut dilaksanakan pada 10-12 Maret 2023 di Asrama Atlet Tenggarong Seberang.
Ketua panitia kegiatan, Amrizal Ramadhani mengatakan, Rembukda ini merupakan kegiatan tahunan, yang seharusnya dilaksanakan pada tahun 2020, namun karena ada kendala pandemi, akhirnya terlaksana di tahun 2023.
Sebanyak 13 lembaga organisasi mahasiswa dari berbagai universitas di Kaltim meramaikan kegiatan tersebut.
“Ini adalah forum silaturahmi mahasiswa di Kaltim untuk membahas isu strategis di daerah. Tujuannya untuk memberikan rekomendasi kepada Pemda baik skala provinsi dan kabupaten,” jelas Amrizal.
Sebagai tuan rumah yang mewakili unsur pendidikan di Kukar, Amrizal berharap kegiatan seperti ini didukung oleh Pemda Kukar.
“Jangan kegiatan yang foya-foya menghabiskan uang saja yang didukung. Ini kan representasi dari pendidikan Kukar. Seharusnya didukung secara maksimal,” tegasnya.
Sementara itu, Koordinator Rembukda Kaltim, Sayid Ferhat Hasyim menyebutkan, selain menjadi forum silaturahmi, kegiatan tersebut juga sebagai momen untuk memperkuat solidaritas aktivis mahasiswa di Kaltim.
Berbagai permasalahan di daerah dalam aspek pendidikan, lingkungan, kesejahteraan, dan ekonomi telah dibahas dalam Rembukda tersebut.
“Semua permasalahan itu didiskusikan bersama dengan sumbangsih ide dan gagasan untuk ditawarkan solusinya, karena ada independensi dan nalar kritis mahasiswa untuk mampu menjawab persoalan di Kaltim,” jelasnya.
Krisis kepercayaan yang terjadi di masyarakat terhadap gerakan aktivis mahasiswa di Kaltim, tambah Ferhat, tentunya beralasan.
Sebab, kata dia, banyak aktivis yang mengaku berjuang untuk kepentingan rakyat, namun menjadi pengkhianat di belakang.
“Di momen ini tertentu saya lebih menghargai PSK yang mempertegas dirinya jual diri daripada aktivis yang teriak hidup rakyat, tapi menjadi pelacur di belakang. Itu adalah faktor penyebab ketidakpercayaan masyarakat,” tuturnya.
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus Samarinda tersebut mengatakan, meski perbedaan latar belakang jurusan dan almamater, sejatinya mahasiswa haruslah menjadi agen perubahan dan pengontrol sosial.
Ferhat berpesan kepada pengurus BEM dan organisasi agar menjadi anti-tesa dari segala macam kezaliman yang terus muncul di masyarakat.
Pasalnya, sambung dia, dengan cara itulah organisasi mahasiswa akan tetap relevan sampai kapan pun.
Ia juga berharap pasca Rembukda tersebut, para peserta tetap solid. Sebab, kondisi Kaltim sedang tidak baik-baik saja. Apalagi, Kaltim akan menghadapi urbanisasi penduduk setelah pemindahan IKN.
“Kalau kita enggak solid, saya takut kita jadi tamu atau mungkin babu di rumah sendiri. Harapannya bisa solid, semangat yang jauh lebih tinggi karena dengan solid akan memberi dampak yang besar untuk kemajuan daerah,” pungkasnya. (*)
Penulis: Arif Rahmansyah
Editor: Ufqil Mubin