BERITAALTERNATIF.COM – Akbar Haka merupakan musisi dari Tenggarong yang kini mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Kukar Dapil I di Pemilu 2024.
Akbar dilahirkan pada 19 Februari 1983. Ia lahir dari ibu yang berprofesi sebagai perawat. Darah musisi mengalir dari ayahnya yang juga berprofesi sebagai musisi.
Lahir dari keluarga yang sederhana membuat dia sejak kecil dididik dengan disiplin tinggi oleh ayahnya. Selain disiplin dalam kehidupan sehari-hari, Akbar juga diajarkan musik secara teratur oleh ayahnya.
“Saya dan kakak saya terjun di dunia musik karena ayah memang seorang musisi,” jelasnya kepada awak media Berita Alternatif, Minggu (7/1/2024).
Semasa remaja, ia mencari jati diri dengan membangun citra diri sebagai musisi melalui band. Akbar menjadi vokalis karena memiliki suara khas.
Meski gandrung terhadap musik, dia tak pernah mengabaikan pendidikannya. Ia menyelesaikan SD di Tenggarong, SMPN 3 Tenggarong, serta SMAN 1 dan SMAN 2 Tenggarong.
Ia kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Bandung pada tahun 2000. Setelah itu, dia pindah ke Jakarta.
Semasa kuliah, Akbar aktif di UKM musik. Kala itu, dia pernah mengumpulkan pundi-pundi rupiah dengan bermain musik di sejumlah kafe.
Dia menjalani kehidupan sehari-hari di Bandung dengan cara mengikuti arus produktivitas yang sangat pesat di ibu kota Provinsi Jawa Barat tersebut.
Apabila ia diam saja, maka dunia akan menggilasnya sehingga hari-harinya dijalankan dengan cara tak menghasilkan apa pun.
Atas dasar itu, Akbar aktif berorganisasi dan menyuarakan keresahan mahasiswa di kampus melalui karya musik.
Karier dan Karya
Pada tahun 2010, Akbar kembali ke Tenggarong. Sebelum memutuskan kembali ke kampung halamannya, ia sejatinya merasa bimbang untuk pulang ke Kota Raja.
Meski begitu, akhirnya ia bulat memilih pulang ke Tenggarong. Dia kbu kota Kabupaten Kukar inilah dia memulai beragam gerakan.
“Saya bikin gerakan yang namanya Distorsi. Instruksi awal itu sederhana. Ketika saya kembali ke Tenggarong untuk mengenalkan ke khalayak luas mengenai Tenggarong, karena yang orang tahu itu Tangerang,” bebernya.
Akbar membangun gerakan di Tenggarong yang diberi nama Tenggarong Berisik. Gerakan ini bertujuan memberikan dampak positif kepada khalayak ramai.
Dia pernah mendatangkan band asal Brazil yang bernama Sepultura, Halloween dari Jerman, dan Testamen dari Amerika.
Ia mendapatkan banyak tantangan saat memperkenalkan Tenggarong melalui band rock. Meski begitu, Akbar tak patah semangat. Ia dan timnya berusaha keras melobi calon sponsor yang dapat membiayai berbagai kegiatan musik mereka untuk memperkenalkan Tenggarong.
Pihak swasta yang diminta menjadi sponsor tergolong minim. Ia pun bertekad membangun komunikasi dengan Pemda Kukar.
Misinya memperkenalkan Tenggarong melalui musik terwujud dalam kegiatan bertajuk Rockin Borneo. Kala itu, penontonnya mencapai 70 ribu orang.
Selain berhasil meningkatkan pendapatan para pelaku UMKM, Distorsi menjual merchandise berupa kaos sebanyak 1.000 lembar.
Dari waktu ke waktu, Akbar terus berkarya. Ia menyampaikan keresahannya terhadap kondisi sekitar melalui karya musik.
Sebagian lirik lagu yang dibawakannya berisi perlawanan. Dia menggunakan musik metal berisikan lirik sosial dan kehidupan masyarakat.
Selain berkarya lewat musik, Akbar membangun Ekonomi Kreatif bersama Sri Wahyu, birokrat yang kini menjabat sebagai Sekretaris Daerah Kaltim.
Di lembaga tersebut, ia terpilih menjadi pionir dalam memajukan sub sektor musik di Kukar.
Dia membangun kolaborasi antara Ekonomi Kreatif berbentuk seni musik dengan para pelaku UMKM. Ia memperkenalkan musik khas Kutai melalui panggung-panggung yang dibangunnya di setiap kecamatan demi memajukan ekonomi kreatif di Kukar.
Tokoh dan Buku
Akbar sangat menyukai karya Tan Malaka mengenai sejarah Indonesia. Ia mengambil spirit perjuangan kaum pemuda dari Tan Malaka dalam mempertahankan negara.
Karya Tan Malaka yang paling membekas dalam benaknya adalah Madilog. Buku tersebut memiliki pesan khas, “Terbentur, terbentur, lalu terbentuk.”
Ia memaknai setiap manusia memiliki jalan yang harus ditempuhnya dalam menggapai cita-citanya. Untuk mewujudkannya memang tak mudah. Karena itu, setiap orang harus terbentur, baru terbentuk.
Akbar juga sangat menyukai proklamator Indonesia, Soekarno. Dia menilai Bung Karno sebagai memimpin bangsa yang mampu memperjuangkan kemerdekaan bersama para tokoh nasional lain.
Nasionalisme yang tertanam dari pengalaman dan buku-buku yang dibaca Akbar membuat ia gemar bersosialisasi. Ia aktif membangun relasi tanpa memandang golongan dan latar belakang sosial.
Dia menyukai diskusi yang dapat diwujudkan menjadi aksi. Akbar pun berusaha memperjuangkan mimpi-mimpinya dalam mewujudkan harapan masyarakat lewat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
“Saya berpikir bagaimana menyuarakan suara teman-teman ini (supaya) bisa didengar, maka dengan mengambil peran legislatif menjadi solusinya,” jelas dia.
PDIP digunakannya sebagai perahu untuk memperjuangkan aspirasi publik, mendorong komunitas berkarya, dan aktif meminta kaum muda tak anti terhadap politik.
Dia berharap tahun 2024 menjadi momentum baginya untuk menduduki kursi legislatif, sehingga dapat memperjuangkan berbagai aspirasi publik Kukar.
Akbar juga berharap para pemuda memiliki spirit untuk berperan aktif dalam memajukan Kukar.
“Saatnya peran kita dalam menghidupkan kreativitas, inovasi, dan berkarya untuk Kutai Kartanegara dengan cara kita masing-masing,” tutupnya. (lt/fb)