BERITAALTERNATIF.COM – Dalam laporan cek fakta Al Mayadeen, Sabtu (18/11/2023), beberapa hari setelah pasukan penjajah Israel menyerbu rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza, mengebom, membunuh, meneror, dan meruntuhkan bangsal-bangsal rumah sakit menjadi puing-puing. Mereka secara aktif mencari bukti rumah sakit tersebut merupakan pusat komando penting bagi pejuang Hamas.
Kemudian, pasukan pendudukan Israel mengubah rumah sakit Al-Shifa menjadi barak militer, memborgol sejumlah besar dokter yang bertugas. Selanjutnya juga tanpa pandang bulu pasukan Israel melepaskan tembakan ke seluruh fasilitas kesehatan sambil mereka menyerbu bangsal pasien tanpa hambatan.
Al Mayadeen mengungkapkan, sebelumnya Israel membuat klaim palsu yang menyatakan ada fasilitas militer Hamas di bawah rumah sakit Al-Shifa.
Namun setelah cek fakta, klaim Israel tersebut salah seperti yang telah dilaporkan oleh beberapa media, termasuk The Washington Post, dan organisasi hak asasi manusia, seperti Human Rights Watch.
Dalam laporan terbaru mengenai masalah ini, pada Kamis malam, tiga wartawan dari New York Times yang dikawal oleh pasukan penjajah Israel, mengadakan kunjungan ke sebagian dari kompleks Al-Shifa yang luas, menyanggah klaim Israel mengenai fasilitas militer Hamas di bawah rumah sakit tersebut.
Para wartawan melaporkan kunjungan tersebut tidak secara meyakinkan mengkonfirmasi keberadaan fasilitas tersebut.
Justru yang terjadi, hampir 48 jam setelah menyerbu kompleks medis terbesar di Gaza, pasukan penjajah Israel mengantar para jurnalis dari The New York Times melewati lanskap kehancuran akibat perang pada Kamis malam menuju sebuah terowongan dari batu dan beton di halaman Rumah Sakit tersebut dengan sebuah tangga yang menurun ke dalam tanah sebagai bukti yang menurut mereka adanya fasilitas militer Hamas di bawah rumah sakit.
Namun, seorang komandan Israel mengatakan kepada para jurnalis bahwa pasukan Israel, dengan dalih takut akan jebakan ranjau, tidak menjelajahi lorong di rumah sakit tersebut. Dia mengklaim bahwa lubang itu telah ditemukan sebelumnya pada hari itu di bawah tumpukan pasir di sekeliling utara kompleks.
Dalam kegelapan, tidak jelas ke mana arah terowongan itu mengarah atau seberapa dalam terowongan itu, meskipun pihak militer mengklaim bahwa mereka telah mengirimkan sebuah drone ke bawah setidaknya beberapa meter, lapor para wartawan. Kabel listrik terlihat di dalam, bersama dengan tangga logam, seperti yang dilaporkan oleh para wartawan.
Para wartawan menegaskan, kunjungan yang terkendali ini tidak menjawab pertanyaan apakah kelompok bersenjata Palestina telah menggunakan rumah sakit Al-Shifa untuk menyembunyikan senjata dan pusat komando, seperti yang diklaim oleh Israel.
Anehnya, pihak militer menolak untuk mengizinkan para wartawan menjelajahi rumah sakit, mengunjungi pasien, atau mewawancarai staf medis, dengan alasan bahwa fasilitas tersebut belum sepenuhnya diamankan.
Al Mayadeen menyebutkan klaim palsu militer Israel yang mengatakan bahwa Hamas menggunakan jaringan terowongan yang luas di bawah rumah sakit sebagai pangkalan rahasia, setelah cek fakta klaim Israel itu juga salah.
Para jurnalis melaporkan bahwa militer Israel belum menunjukkan dokumentasi publik tentang jaringan yang begitu luas, dan mengakui bahwa Israel menghadapi tekanan internasional yang semakin meningkat untuk menunjukkan bahwa rumah sakit dan jaringan terowongan yang diduga merupakan target militer yang signifikan yang membenarkan korban jiwa. Seolah-olah, genosida dapat dibenarkan dengan cara apa pun.
Para jurnalis mengakui bahwa klaim Israel tersebut sangat penting bagi pembenaran Israel atas jumlah korban jiwa yang mengerikan akibat agresinya ke Gaza, di mana lebih dari 12.000 orang, termasuk sedikitnya 5.000 anak-anak, telah terbunuh, menurut para pejabat kesehatan Gaza.
Pihak berwenang Israel mengklaim bahwa banyaknya korban jiwa yang jatuh, sebagian disebabkan oleh pilihan Hamas untuk menyembunyikan benteng-benteng militer dan pusat-pusat komando di dalam infrastruktur sipil seperti Al-Shifa.
Klaim ini telah berulang kali dibantah oleh pihak Perlawanan Palestina. Singkatnya, bukti-bukti yang diajukan oleh Israel mengenai pembangunan rumah sakit di Al-Shifa tidak terlihat pasti, terutama mengingat retorika Israel yang menyatakan bahwa tempat tersebut merupakan pusat “pusat syaraf” bagi operasi Hamas.
Untuk mengakses halaman rumah sakit, petugas Israel mengawal para jurnalis melalui sebuah bangunan yang telah dibom di pinggiran lokasi, dengan alasan gerbang utama terlalu berbahaya. Kehancuran di berbagai bagian Gaza, termasuk kawasan pejalan kaki di pinggir laut, blok-blok apartemen, dan jalan utama pantai, telah membuat beberapa bagian kota tidak dapat dikenali, demikian seperti dilaporkan oleh para wartawan.
Penting untuk dicatat bahwa ada kurangnya pengawasan independen di dalam rumah sakit. Para jurnalis menghadapi pembatasan untuk memasuki Gaza secara bebas, dan mereka yang melaporkan dari lokasi tersebut beroperasi di bawah pengawasan militer Israel. Ketika Al-Shifa diserang, penjajah Israel juga memutus semua komunikasi dari rumah sakit tersebut.
Hal substansi, tulis Al Mayadeen, konvensi Jenewa melarang operasi militer terhadap rumah sakit kecuali jika itu digunakan untuk kegiatan di luar tugas kemanusiaan atau tindakan yang membahayakan musuh. Pengecualian, yang dirinci dalam pasal 19 Konvensi Jenewa secara eksplisit menyatakan: “… keberadaan senjata ringan dan amunisi yang diambil dari kombatan dan belum diserahkan kepada dinas yang tepat tidak akan dianggap sebagai tindakan yang membahayakan musuh.” (nsa)
Sumber: Al Mayadeen