Beirut, beritaalternatif.com – Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah tampak marah besar terhadap Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz, sehinggga dalam pidato terbarunya pada haul jenderal legendaris Iran Qasem Soleimani beberapa hari lalu melontarkan kecaman-kecaman keras dan pedas terhadap Salman.
Kecaman itu merupakan tanggapan atas pidato Salman sebelumnya yang menyebut Hizbullah sebagai teroris serta menyerukan kepada para pemimpin Lebanon agar berusaha mengakhiri apa yang dia sebut dominasi Hizbullah atas persendian negara Lebanon.
Ditujukan kepada Salman, Sayid Nasrallah berseru, “Andalah yang teroris, Andalah yang telah mengirim para pembom bunuh diri ke Irak, mengobarkan perang terhadap Yaman sejak tujuh tahun silam, menahan ribuan pekerja Lebanon sebagai sandera di negara Anda, dan melibatkan negara Anda, Saudi, dalam perang total atas kawasan.”
Hubungan Saudi-Lebanon belakangan ini memang sudah keruh setelah George Kordahi, yang akhirnya mundur dari jabatannya sebagai menteri informasi Lebanon akibat tekanan negara-negara Arab Teluk Persia, mengecam invasi militer Saudi dan sekutunya terhadap Yaman sembari menyebutnya sebagai “perang sia-sia”.
Hanya saja, faktor yang membangkitkan amarah Sayid Nasrallah dan banyak simpatisan Hizbullah di Lebanon ialah terorisasi Hizbullah secara langsung oleh Salman, tindakan yang tergolong langka dan menyalahi tradisi raja-raja Saudi dalam beretorika terhadap lawan-lawannya, menurut sumber Lebanon yang tahu banyak tentang lika-liku hubungan negara ini dengan Kerajaan Saudi.
Tak jelas mengapa Salman memilih bertindak demikian. Namun, seperti disebutkan oleh Rai Al-Youm, dia tampak tak sehat ketika menyampaikan pidato itu. Alih-alih menyinggung dua peristiwa penting yang terjadi bulan lalu, yaitu kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Riyadh dan Konferensi Tingkat Tinggi Dewan Kerjasama Teluk (GCC), dia malah mendiskreditkan Hizbullah. Karena itu bisa jadi pidato itu sudah dipersiapkan sedemikian rupa oleh salah seorang penasehatnya sesuai pesanan Putra Mahkota Mohamed bin Salman yang notabene penguasa de facto Kerajaan Saudi.
Saudi masa bodoh dengan besarnya pengaruh Hizbullah. Riyadh berlagak tak menyadari realitas bahwa faksi pejuang ini telah menjadi elemen politik yang kuat di Lebanon, dan tak lagi semata kekuatan militer yang tangguh dengan berbagai prestasinya yang telah mengangkat martabat Lebanon di hadapan kekuatan imperialis Zionis Israel.
Pada tahun 2000 Hizbullah terbukti sukses membebaskan Lebanon selatan dari pendudukan pasukan Zionis, dan kemudian juga berhasil membuat Israel babak belur dan memberinya efek jera dalam perang tahun 2006. Sekarang pun, dengan memiliki sekira 150,000 rudal yang banyak di antaranya tergolong canggih dan akurat, Hizbullah menjadi ancaman serius bagi eksistensi negara ilegal Israel di tanah Palestina.
Lagak Riyadh ini membuat Saudi masih saja memperlakukan Lebanon sebagai negara kecil yang bisa dibully, dibeli dan dikendalikan melalui isu sektarianisme, suatu kecerobohan yang juga dilakukan Riyadh dalam memperlakukan Yaman sehingga terjebak dalam kubangan krisis yang tak dapat diatasinya sejak tujuh tahun silam sampai detik ini akibat terlampau takabur atas tahta dan kekayaannya. (*)
Sumber: Mengapa Sayid Nasrallah Marah Besar kepada Raja Salman?