BERITAALTERNATIF.COM – Jurnalis senior asal Indonesia Dede Azwar menyebut Amerika Serikat (AS) melakukan perang ideologis dan ekonomi terhadap negara-negara di dunia.
Amerika dan Iran berseberangan secara ideologis sehingga kedua negara tersebut melakukan perang dalam berbagai bentuk.
AS, sejak Revolusi Islam Iran pada tahun 1979 yang dipimpim Imam Khomeini, mengambil berbagai langkah untuk menjatuhkan Iran, baik lewat embargo ekonomi, pembunuhan tokoh maupun serangan militer.
Dede menegaskan bahwa Amerika selama puluhan tahun telah gagal menjatuhkan pemerintahan Iran.
Teranyar, kata dia, AS berencana melancarkan serangan militer terhadap Iran. Namun, rencana ini tak kunjung terwujud setelah negara-negara sekutu AS di Arab menolak menjadikan negara mereka sebagai pangkalan militer untuk menyerang Iran.
“Artinya, Amerika gagal secara ideologis melawan Iran,” ujarnya sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Bincang Berita Maula TV pada Kamis (17/4/2025).
Ia menyebut AS juga melakukan perang ekonomi dengan China. Namun, AS di bawah kepemimpinan Donald Trump tak menyadari bahwa negara tersebut rapuh secara ekonomi.
Perang tarif yang dilancarkan Trump, jelas Dede, akan melambungkan harga barang-barang di dalam negeri AS. “Ini tidak dipikirkan oleh seorang Trump,” ucapnya.
Trump menginginkan AS menjadi pusat perekonomian dunia, yang diimajinasikan sebagai kekuatan adidaya dunia.
“Ini yang disebarkan oleh media lewat ancaman, agresi, lewat pembunuhan dan sebagainya,” jelas dia.
Ia menyebut berbagai usaha AS tersebut menunjukkan bahwa Amerika tak lebih kuat dari sarang laba-laba.
“Seolah-olah Amerika kebal secara ekonomi karena merekalah yang menguasai semua itu,” katanya.
Negara-negara yang selama ini mendapat tekanan ekonomi dari AS, lanjut Dede, melakukan perlawanan.
Dia mencontohkan Iran, Rusia, China, Afrika Selatan, dan sejumlah negara besar lainnya bersekutu untuk melawan AS.
“Eropa yang menjadi negara boneka mereka (AS) juga dengar-dengar membangun aliansi yang agak terlepas dari Amerika,” ungkapnya.
Ia pun menyimpulkan bahwa berbagai kondisi ini memperlihatkan AS berada di ujung tanduk.
“(Hanya saja) mereka mengesankan diri kuat lewat media dan lain sebagainya untuk memperlihatkan mereka sebagai super power,” jelasnya. (*)
Penulis & Editor: Ufqil Mubin