BERITAALTERNATIF.COM – Organisasi Kedokteran Hukum Iran telah merilis hasil penyelidikannya terhadap kasus kematian wanita muda Iran bersuku Kurdi, Mahsa Amini (22 tahun), dengan memastikan bahwa dia meninggal karena penyakit yang diidapnya, bukan karena pukulan ke kepala atau organ tubuh lainnya.
Laporan medis resmi dirilis pada hari Jumat (7/10/2022), sekitar tiga minggu setelah Amini pingsan di kantor polisi dan dinyatakan meninggal beberapa hari kemudian pada 16 September di sebuah rumah sakit Teheran.
“Menurut dokumen rumah sakit, studi CT scan otak dan paru-paru, hasil pemeriksaan fisik tubuh dan autopsi, dan tes patologi, kematian dia bukan karena pukulan di kepala, organ-organ vital, dan anggota tubuh,” sebut laporan tersebut.
Dalam laporan itu juga disebutkan bahwa Amini pernah menjalani operasi craniopharyngioma pada usia delapan tahun yang menyebabkan erupsi gangguan pada hipotalamus dan kelenjar hipofisis, dan dia menggunakan hidrokortison, levothyroxine, dan desmopressin sebagai obat.
Menurut laporan itu, Amini pingsan pada 13 September. Hal ini menyebabkan gangguan detak jantung dan penurunan tekanan darah karena tubuhnya tidak dapat menyesuaikan diri dengan kondisi baru akibat penyakitnya.
Laporan itu menjelaskan, resusitasi kardiopulmoner yang tidak efektif pada menit-menit awal menyebabkan hipoksia otak yang parah, dan dia dinyatakan meninggal pada 16 September di Rumah Sakit Kasra karena kegagalan beberapa organ meskipun semua upaya telah dilakukan untuk menyelamatkannya.
Seperti diketahui, akibat isu bahwa Amini meninggal karena dianiya di kantor polisi, sempat terjadi aksi protes dan kerusuhan yang dilakukan oleh massa dalam jumlah terbatas di berbagai kota Iran, termasuk Teheran, selama beberapa hari.
Namun, aksi itu mereda setelah jutaan rakyat Iran di berbagai penjuru negara Republik Islam ini menggelar demo tandingan dengan skala yang sangat masif. (*)
Sumber: Liputan Islam