BERITAALTERNATIF.COM – Pembina Rumah Partisipasi Masyarakat (RPM) Kukar Hendy Yuzar melayangkan kritik terhadap Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kukar. Kritik tersebut disampaikannya terkait angka putus sekolah yang sangat tinggi di Kukar.
Dia menyebut Disdikbud Kukar tak mampu mengelola anggaran jumbo dari APBD Kukar yang dialokasikan setiap tahun untuk memecahkan berbagai masalah di bidang pendidikan.
Anggaran Disdikbud Kukar, sambungnya, mencapai Rp 3 triliun pada tahun 2024. Anggaran sebesar itu mestinya dapat digunakan untuk menurunkan bahkan menghilangkan angka putus sekolah yang sangat tinggi di Kukar.
“Tapi apalah daya, memang Diknas enggak mau urusi. Jadi, bersabarlah etam jadi masyarakat ini. Sabar dan berdoa yang terbaik,” ucapnya saat diwawancarai awak media Berita Alternatif pada Sabtu (16/11/2024).
Berdasarkan data dari Kemendikbudristek RI, terdapat 7.569 pelajar putus sekolah di Kukar. Data tersebut dihimpunnya dari jumlah siswa yang diberhentikan dari sekolah serta para pelajar yang tidak melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang SMP dan SMA.
Menurutnya, penyelesaian masalah putus sekolah tergolong sederhana. Pemerintah daerah hanya perlu mengalokasikan Rp 275 miliar per tahun dari APBD Kukar untuk menyubsidi serta membiayai para pelajar yang putus sekolah guna mendorong mereka untuk menyelesaikan pendidikan.
“Anggaplah masing-masing pelajar diberi Rp 3 juta per bulan. Maka Rp 3 juta dikali 12 bulan dikali 7.569 pelajar maka hasilnya Rp 275 miliar. Itu masih cukup kecil dan tidak memberatkan dana APBD,” terangnya.
Ia juga mengkritik para pejabat tinggi di lingkungan Disdikbud Kukar yang dinilainya kurang serius dalam menyusun regulasi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.
Anggaran yang dimiliki instansi ini, sambung Hendy, terbilang fantastis sehingga lebih dari cukup untuk menuntaskan masalah yang sejak lama memberikan citra buruk bagi Kukar ini.
“Permasalahan ini enggak pernah mau serius beliau-beliau urusi atau tanggulangi. Kalaupun ada, masalah ini harus dibahas di tempat yang jauh. Misal hotel di Jakarta, Jogja, Bandung, Bali, Malang dan lain-lain,” pungkasnya. (*)
Penulis: Ulwan Murtadho
Editor: Ufqil Mubin