Jakarta, beritaalternatif.com – Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) angkat bicara perihal desain Istana Ibu Kota Negara (IKN) Baru. Desain istana tersebut sudah dipamerkan ke publik, Nyoman Nuarta menjadi sosok di balik desain tersebut.
Pria yang merupakan seorang seniman ini menyebut desain istananya sudah dipresentasikan di depan Presiden Joko Widodo. Nyoman menyebut desain itu sebagai Istana Garuda.
Para arsitek tak menyatakan penolakan ataupun dukungan pada desain tersebut, hanya saja ada beberapa hal yang disinggung. Salah satunya adalah perihal pembentukan desain istana yang harus diwujudkan dengan kajian-kajian ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni secara utuh.
“IAI berpendapat bahwa gagasan abstrak dari sebuah bangunan Istana Negara IKN dapat datang dari siapa saja. Namun sebagai sebuah gagasan abstrak, apabila akan diwujudkan menjadi rancangan arsitektur, maka penyelenggaraannya harus melalui kajian-kajian ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni secara utuh dalam menggubah ruang dan lingkungan,” bunyi keterangan IAI, Rabu (12/1/2022).
Desain juga harus memenuhi kaidah fungsi, konstruksi, dan estetika serta memenuhi kriteria keselamatan, keamanan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan. Apalagi, sebuah Istana Negara merupakan bangunan publik yang juga berstatus bangunan negara.
Untuk memastikan kriteria-kriteria tersebut dipenuhi, kegiatan perencanaan dan perancangannya tersebut menurut IAI sudah seharusnya hanya bisa dilakukan dan dipimpin oleh arsitek yang kompeten. Kompetensi arsitek itu pun bisa dibuktikan dengan kepemilikan STRA (Surat Tanda Registrasi Arsitek) dan lisensi sesuai peraturan yang berlaku.
IAI menilai hal itu sudah tercantum dalam Undang-Undang No. 6/2017 tentang Arsitek dan Peraturan Pemerintah No. 15/2021 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 6/2017.
“Dalam undang-undang dan peraturan tersebut, diatur bahwa praktik arsitek yang meliputi perencanaan, perancangan, pengawasan, dan/atau pengkajian untuk bangunan gedung dan lingkungannya merupakan tanggung jawab dan wewenang dari seorang arsitek,” tulis keterangan IAI.
Dalam pertemuan itu juga, menurut Nyoman Nuarta, Presiden Jokowi sudah memastikan bahwa desain Istana Garuda yang dipresentasikannya, akan menjadi desain terakhir yang siap diwujudkan.
“Artinya desain yang saya presentasikan di hadapan Bapak Presiden sudah tidak bisa lagi diubah. Sudah final sebagai desain istana kepresidenan,” katanya.
Dalam proses perancangannya, basic design Istana Garuda mengalami perubahan sampai empat kali, tidak termasuk desain-desain awal yang tidak resmi. Perubahan-perubahan itu, menurut Nyoman Nuarta, terjadi secara evolutif untuk menyesuaikan dengan berbagai aturan serta mewadahi berbagai kepentingan agar benar-benar menjadi istana yang otentik dan modern.
Selama ini, baik Istana Negara, Istana Merdeka, maupun Istana Bogor, adalah bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang kemudian diubah fungsinya sebagai istana.
“Bahkan ada di antaranya, tadinya gedung milik pribadi. Jadi baru kali inilah kita akan memiliki istana kepresidenan yang benar-benar dirancang dan dibangun sebagai istana,” terang Nyoman Nuarta.
Terhadap berbagai kritik yang menuding desain istana presiden di ibu kota baru mengabaikan unsur-unsur ekologis yang lekat dengan Pulau Kalimantan, Nyoman Nuarta mengatakan bahwa lokasi di mana komplek istana dibangun adalah berupa area kosong.
“Itu bekas hutan industri yang sudah tak ada pohon besarnya. Semuanya semak belukar dengan kontur tanah berbukit dan berlembah,” katanya.
“Siapa bilang itu hutan, justru dengan pendirian IKN ini, kawasan itu akan dihutankan kembali,” tambahnya.
Selain itu, basic design Istana Garuda, benar-benar sudah mempertimbangkan unsur-unsur ekologis yang hemat energi. Bilah-bilah tembaga yang disusun secara vertikal pada bagian luar gedung istana akan menjadi sun louvre, yang menghalangi sinar matahari menerobos langsung ke dalam gedung. Desain ini dirancang akan menghemat penggunaan energi listrik, terutama untuk menyalakan air conditioner.
“AC bisa dimatikan, karena ruangan akan tetap terasa sejuk,” tutur Nyoman Nuarta.
Sementara itu, penggunaan logam seperti tembaga sebagai kulit luar gedung, sepintas memberi kesan keras dan kaku. Padahal, menurut pengalaman dan pengetahuannya, tembaga memiliki sifat yang lentur, mudah dibentuk, tidak korosif, dan konduktor yang baik untuk aliran listrik dari petir.
Dari sisi pemeliharaan, tembaga juga sangat mudah dirawat. Pemanfaatannya sebagai kulit gedung, kata Nyoman Nuarta, akan diperlakukan sama seperti kulit patung. Perpaduan dengan unsur seperti patina, membuat tembaga mengalami oksidasi dan berubah warna menjadi hijau tosca.
“Jadi, dari sisi perawatan akan sangat mudah dan efisien dalam biaya,” kata Nyoman Nuarta.
Dia menambahkan, Jokowi mengharapkan dirinya tetap bersedia membantu pemerintah dalam mewujudkan istana kepresidenan di IKN baru. Meski pada awalnya Nyoman Nuarta “hanya” berkewajiban menyelesaikan basic design, tetapi Presiden tetap memintanya untuk turut “mengawal” agar tidak terjadi perubahan pada desain yang telah disetujui. (*)
Sumber: Desain Istana Ibu Kota Baru Mulai Dipamerkan, Arsitek Setuju?