Search

Bahasa Indonesia

Oleh: Dr. Muhsin Labib*

Tak bisa dipungkiri seiring dengan kian sengitnya persaingan politik dan tampilnya seorang kandidat presiden dari etnik keturunan Arab yang lekat dengan politik identitas agama, maka muncullah reaksi kontras dari kubu lainnya dengan mengangkat narasi politik identitas tribal dan rasial. Akibatnya agama (Islam) dan etnis Arab pun terseret.

Sayangnya, akibat polarisasi politik ‘kebacut’ ini, yang menjadi sorotan publik hanyalah satu jenis politik identitas hanya bernakna tunggal, yaitu agama (Islam) yang kerap dikapitalisasi dan dipolitisasi, tidak menyertakan politisasi ras dan etnis meski selalu dikemas dengan retorika kebangsaan, padahal narasi yang mengangkat sentimen ujaran kebencian terhadap ras merupakan politik identitas par excellence. Tidak tertutup kemungkinan keduanya sangat berkaitan.

Advertisements

Eksploitasi identitas agama (Islam) maupun identitas ras dan etnis sama-sama merupakan modus keji yang menodai demokrasi dan mencederai eksistensi bangsa.

Salah satu bahan narasi yang diandalkan para pengujar kebencian adalah menafikan peran budaya Arab dalam pembentukan eksistensi bangsa. Salah elemen utama bangsa Indonesia adalah bahasa.

Bahasa Melayu Riau yang disepakati sebagai bahasa nasional dan resmi di seluruh Indonesia sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, diberi nama bahasa Indonesia.

Melalui proses pengembangan dan penyerapan banyak kata dari aneka bahasa asing, bahasa Indonesia saat ini berbeda dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau dan kepulauan maupun Semenanjung Malaya.

Kata serapan dalam bahasa Indonesia adalah kata yang berasal dari bahasa lain (baik itu bahasa daerah maupun bahasa luar negeri) yang kemudian ejaan, ucapan, dan tulisannya disesuaikan dengan penuturan masyarakat Indonesia untuk memperkaya kosakata.

Memiliki keterikatan sejarah dengan Melayu yang kental dengan budaya Arab juga dengan sejarah kedatangan para Wali Songo yang mendakwahkan Islam, menyampaikan dan mengajarkan isi kitab suci dan khazahanya ditulis dengan bahasa Arab, maka Bahasa Indonesia menyerap banyak kata Arab selain bahasa Inggris, Portugal, Persia, Belanda, China dan sebagainya.

Uniknya lagi, bahasa Melayu sendiri sebelum disahkan sebagai Bahasa Indonesia juga telah menyerap banyak kosa kata Arab, bahkan ditulis dengan aksara Arab, sebagaimana bahasa Jawa kuno (jawi) yang ditulis dengan huruf Arab pegon.

Abjad Pegon (Bahasa Jawa/Bahasa Sunda: ابجد ڤيڮون, Abjad Pégon; Bahasa Madura: أبجاد ڤٰيغو, Abjad Pèghu) adalah abjad Arab yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa, Madura dan Sunda. Perhatikan aksara Arab Melayu pada bungkus beberapa produk minuman, rokok, salep dan sebagainya.

Asli berarti tidak ada campurannya, murni dan lawan palsu. Kata asli sendiri tidaklah asli dan murni atau tulen dari bahasa Indonesia namun serapan dan salinan dari kata dalam bahasa Arab, al-ashlu (الاصل) yang berarti pokok). Kata asli disalin dari kata ashli (اصلى) yang berarti bersifat pokok. Huruf ya berkasrah yang dibaca i berfungsi sebagai tanda ejektiva disebut ya’ nisbah.

Modus akhiran i sebagai petanda ejektiva dalam semantika bahasa Arab juga diserap dan diterapkan dalam bahasa Indonesia seperti kata alami (bersifat alam) dari kata alam dan insani dan manusiawi. Karena manusia berakhir dengan huruf a atau i seperti kata nabi, maka mengikuti kaidah semantik Arab yang diserapnya, ditambahkan w dan i (وى) seperti musawi dan nabawi.

Bahasa Arab tidak hanya memperkaya kata bahasa Indonesia sedemikian rupa sehingga nyaris satu alenia tulisan atau ucapan bebas dari serapannya, namun juga turut membangun semantika dan morfologi bahasa lokal Melayu yang ditetapkan sebagai bahasa nasional ini.

Ringkasnya, menafikan kontribusi budaya Arab dalam eksistensi bangsa Indonesia berarti menolak eksistensi bangsa Indonesia yang berdiri di satu bahasa, yaitu Bahasa Indonesia. Menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar merupakan salah satu ekspresi nasionalisme yang tulus alias tanpa tendensi politik. (*Cendekiawan Muslim Indonesia)

Advertisements

Bagikan

Kunjungi Berita Alternatif di :

Advertisements

BERITA TERKAIT

Advertisements
POPULER BULAN INI
Advertisements
INDEKS BERITA