BERITAALTERNATIF.COM – Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dipastikan mendapatkan 16 kursi di DPRD Kukar periode 2024-2029.
Perolehan kursi PDI Perjuangan Kukar dalam Pemilu tahun ini mengalami peningkatan signifikan dibandingkan periode sebelumnya yang hanya 6 kursi.
Pengamat politik dari Universitas Mulawarman Samarinda Budiman menjelaskan bahwa peningkatan perolehan kursi PDI Perjuangan dipengaruhi berbagai faktor.
Salah satunya, kata dia, pengaruh kepala daerah. Di Kukar, Edi Damansyah merupakan Ketua DPC PDI Perjuangan Kukar yang tengah menjabat sebagai Bupati Kukar.
Kasus demikian tak jauh berbeda dengan PKB Kabupaten Paser yang mengalami peningkatan kursi pada Pemilu 2024. Pasalnya, Bupati Paser merupakan Ketua DPC PKB Paser.
Ia juga mencontohkan Kota Bontang. Basri Rase yang merupakan Wali Kota Bontang merupakan Ketua DPC PKB Bontang. Perolehan kursi partai itu juga mengalami peningkatan di Bontang.
“Itu pun terjadi di Kutai Kartanegara. Apalagi Kutai Kartanegara ini 01 dan 02 adalah Merah,” jelas dia saat diwawancarai awak media Berita Alternatif baru-baru ini.
Perpindahan Rendi Solihin, yang merupakan Wakil Bupati Kukar, dari Golkar ke PDI Perjuangan juga ikut mempengaruhi peningkatan perolehan kursi PDI Perjuangan Kukar pada Pemilu 2024.
“Jadi, pimpinan daerah itu sangat-sangat berpengaruh terhadap perolehan kursi partai,” katanya.
Kerja sama kedua kepala dan wakil kepala daerah tersebut telah berpengaruh besar terhadap peningkatan kursi PDI Perjuangan Kukar.
“Apalagi ‘ada intervensi tertentu ya’ dalam (birokrasi),” ucapnya.
Kepala daerah, sebut Budiman, dapat menggerakkan massa, baik masyarakat maupun bawahannya di birokrasi.
“Meskipun ada aspek netralitas ASN, di Indonesia kan tetap saja ASN bisa digerakkan,” terangnya.
Kata dia, kepala daerah bisa menggerakkan seluruh potensi yang dimilikinya untuk memenangkan partai politik yang menaunginya.
Potensi tersebut bisa juga berbentuk kekuatan dan pengaruh kepala daerah di birokrasi.
Ia menyebut kepala daerah bisa menggunakan kekuasaannya untuk menggerakkan ASN. “Garis komando itu kan begitu,” ujarnya.
Kepala daerah juga dapat mempengaruhi lurah, kepala desa, dan ketua-ketua RT agar memilih partainya.
“Karena jalur koordinasinya ada. Pasti ada intervensi-intervensi,” urainya.
Dalam kontestasi politik, Budiman menyebut siapa pun yang mampu menggerakkan dan memaksimalkan potensi yang dimilikinya akan memenangkan pertarungan.
“Kalau semua potensi itu digerakkan, pasti akan dapat banyak suara,” ujarnya.
Dia menyebut masyarakat lebih loyal terhadap tokoh dibandingkan partai politik.
Ia melihat perpindahan sejumlah calon anggota legislatif yang sebelumnya berasal dari Golkar ke PDI Perjuangan sebagai faktor lain yang mempengaruhi peningkatan kursi partai berlambang banteng moncong putih tersebut.
Peralihan mereka dari Golkar ke PDI Perjuangan ikut meningkatkan perolehan kursi PDI Perjuangan di DPRD Kukar.
Ketersediaan modal finansial juga disebutnya tak kalah penting sebagai faktor lain yang membuat PDI Perjuangan Kukar mendapatkan kursi mayoritas di DPRD Kukar pada Pemilu 2024. “Pengaruh finansial itu pasti,” tegasnya.
Penyebab Kursi Golkar Turun
Kondisi sebaliknya dialami Partai Golongan Karya (Golkar) Kukar. Partai tersebut hanya mendapatkan 9 kursi pada Pemilu 2024.
Perolehan kursinya menurun dibandingkan Pemilu sebelumnya yang mencapai 13 kursi.
Budiman mengatakan, penurunan kursi Golkar Kukar disebabkan partai tersebut tak lagi memegang kekuasaan di eksekutif.
Migrasi anggota legislatif dari Golkar ke PDI Perjuangan juga berpengaruh besar terhadap penurunan kursi Golkar.
Dia juga menyinggung pencalonan Ketua DPD II Partai Golkar Kukar sebagai anggota DPRD Provinsi Kaltim di Dapil Balikpapan sebagai faktor lain yang mempengaruhi penurunan kursi Golkar di DPRD Kukar.
“Dari situ bisa kita lihat Golkar Kukar ini sebenarnya tidak solid,” ujarnya.
Padahal, ia menyebut sistem paket dalam pencalonan antara DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota sangat menentukan keterpilihan anggota legislatif dan partai politik.
“Ketika ketuanya justru nyaleg di Balikpapan, itu kan sangat mempengaruhi secara psikologis,” katanya.
Budiman menyimpulkan bahwa kinerja anggota legislatif maupun pimpinannya dari Golkar tak begitu berpengaruh besar terhadap perolehan kursi partai tersebut.
“Yang paling berpengaruh eksekutif dan migrasi calon anggota legislatif,” ucapnya.
Pelajaran Penting bagi Partai Politik
Penurunan perolehan kursi sejatinya tak hanya dialami Golkar Kukar. Tetapi juga sejumlah partai politik yang kembali berlaga di Pemilu 2024.
Budiman mengatakan, partai politik bisa tetap eksis bahkan menonjol di legislatif disebabkan berbagai faktor, di antaranya sistem dan kepemimpinan atau leadership di partai politik.
Dia menegaskan, pemimpin yang tak dapat menjadi panutan serta menguatkan partainya akan menurunkan perolehan kursi di legislatif.
“Seperti di Golkar tadi. Ketika ketuanya nyaleg di tempat lain, itu kan mempengaruhi psikologi yang di bawah. Itu kan bagaikan ayam kehilangan induk,” jelasnya.
Ia juga mengetengahkan kinerja calon anggota legislatif sebagai faktor lain yang mempengaruhi perolehan kursi partai politik.
“Khususnya apa yang dia lakukan untuk masyarakat pemilihnya,” terang Budiman.
Kemampuan calon anggota legislatif merawat konstituen juga berpengaruh terhadap perolehan kursi di legislatif.
Usaha merawat basis ataupun konstituen, lanjut dia, bisa dalam bentuk pemenuhan janji calon anggota legislatif kepada masyarakat.
“Bisa juga silaturahmi atau rajin menemui konstituen. Kan tidak selamanya konstituen itu uang yang dibutuhkan. Akan tetapi ketika dia bisa kembali silaturahmi, jabat tangan, dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya sosial, itu juga cara merawat konstituen,” jelasnya.
Partai politik beserta calon anggota legislatif disebutnya bisa memenangkan pertarungan bila memaksimalkan peran tim kerja dalam Pemilu.
Ia menjelaskan, tim dapat diperkuat dengan memberikan orang-orang yang terlibat di dalamnya modal serta mewujudkan aspirasi mereka.
Budiman menyebut tim tak hanya berasal dari internal partai dan calon anggota legislatif, tetapi juga masyarakat yang merupakan konstituen calon dan partai politik.
“Kalau aspirasi tim tidak bisa diakomodir lewat pokir, bisa juga menggunakan dana tersendiri dari dewan itu,” katanya.
Ia menyimpulkan, kemenangan PDI Perjuangan di Pileg Kukar bisa juga dipengaruhi modal sosial para calon anggota legislatif yang bertarung di Pemilu 2024.
“Kalau kita rangkum semua itu tadi, itu sebenarnya modal sosial dari Caleg itu,” tutupnya. (fb)