Search
Search
Close this search box.

Belajar dari Sejarah Kehancuran Bangsa

Listen to this article

Oleh: Ustadz Sayyid Abdullah Assegaf*

Sejarah kehidupan manusia dipenuhi dengan kisah jatuh bangunnya bangsa-bangsa. Sebuah bangsa yang kuat dapat bertahan, sedangkan yang lemah baik dalam moral, iman, maupun ideologi akan menghadapi kehancuran. Kehancuran ini sering kali disebabkan oleh pelanggaran atas aturan Tuhan, pengkhianatan terhadap nilai-nilai yang dijunjung tinggi, atau lemahnya keimanan dan ideologi yang menjadi pondasi bangsa tersebut.

Dalam Alquran terdapat banyak kisah sebagai contoh hancurnya suatu bangsa yang karena pelanggaran juga pengkhianatan.

Advertisements

Kaum Nabi Nuh as menolak ajaran tauhid dan terus-menerus melakukan maksiat. Penolakan mereka terhadap syariat Allah akhirnya membawa kehancuran berupa banjir besar yang meluluhlantakkan mereka.

Allah berfirman: “Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan.” (QS. Al-Qamar: 11-12)

Kaum ‘Ad, yang dipimpin oleh Nabi Hud as, juga dihancurkan karena kesombongan dan penolakan mereka terhadap perintah Allah. Mereka menganggap diri mereka tidak terkalahkan karena kekuatan fisik dan bangunan yang megah. Akhirnya, mereka dihancurkan oleh angin topan yang dahsyat:

“Adapun kaum ‘Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin lagi sangat kencang.” (QS. Al-Haqqah: 6)

Kaum Nabi Shaleh as, yaitu Tsamud, dihancurkan karena membunuh unta mukjizat yang Allah wajibkan bagi mereka untuk menjaganya. Mereka tidak mau menerima peringatan Nabi dan akhirnya dihancurkan oleh gempa yang dahsyat.

“Adapun kaum Tsamud, maka mereka dibinasakan dengan suara yang sangat keras.” (QS. Al-Haqqah: 5)

Dalam sejarah Islam, pengkhianatan Bangsa Yahudi dari Bani Quraizhah terhadap Nabi Muhammad saw dalam Perang Khandaq menjadi pelajaran penting. Mereka melanggar perjanjian dan berpihak kepada musuh, yang mengakibatkan kehancuran mereka. Nabi Muhammad saw menegakkan hukum atas pengkhianatan mereka berdasarkan syariat.

Imam Ali as dalam Nahjul Balaghah berkata: “Kebinasaan umat terjadi karena lemahnya iman mereka terhadap kebenaran dan kecintaan mereka terhadap kebatilan.”

Ini mengisyaratkan bahwa lemahnya iman akan menjadi penyebab utama keruntuhan suatu bangsa.

Dalam peristiwa Karbala, jelas terlihat bahwa pengkhianatan kaum Kufah terhadap Imam Husain as bukan hanya membawa kehancuran pada individu-individu yang berkhianat, tetapi juga menyebabkan kehancuran moral bagi umat Islam.

Allah memberikan peringatan yang jelas dalam Alquran: “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan di dalamnya; maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. Al-Isra: 16)

Sejarah mengajarkan bahwa kehancuran suatu bangsa adalah akibat dari pelanggaran terhadap syariat, lemahnya iman, dan pengkhianatan. Ayat-ayat Alquran, riwayat Ahlulbait as, dan fakta sejarah menjadi bukti nyata betapa pentingnya menjaga iman dan ideologi agar tidak terjatuh pada jurang kehancuran. Pelajaran ini tidak hanya berlaku bagi individu tetapi juga bagi bangsa secara keseluruhan. (*Cendekiawan Muslim)

Advertisements

Kunjungi Berita Alternatif di :

Bagikan

Advertisements

BERITA TERKAIT

Advertisements

BERITA ALTERNATIF

POPULER BULAN INI
INDEKS BERITA