Oleh Miftahul Jannah*
Body Goals merupakan bahasa gaul atau bahasa Slang Indonesia yang artinya “Badan Ideal”, dengan kata lain bentuk tubuh atau body yang menjadi impian.
Banyak sekali pahaman bahwa Body Goals selalu disandingkan dengan kata “standar”, bila standar dibuat dengan berlandaskan perihal dunia kesehatan, tentu itu bukan merupakan sebuah problematika. Namun banyak juga kata standar dimanfaatkan oleh oknum-oknum kapitalis demi mencapai tujuan mereka. Sehingga dari standar tersebut terbentuklah makna Body Goals yang menjadi acuan kecantikan atau citra tubuh seseorang.
Kata Body Goals akan terus ada dan mengakar pada masyarakat. Seringnya terpapar oleh beragam informasi yang mudah diakses merupakan faktor salah satunya. Layaknya media massa maupun media sosial, yang menjadi tempat suburnya pemasaran kata Body Goals. Terlebih didukung dengan peran public figure dalam beriklan yang tentunya dinilai memiliki pengaruh besar terhadap makna Body Goals yang distandarkan untuk mencapai tujuan kepentingan mereka.
Tulisan ini tidak mempermasalahkan akan produk atau jasa yang ditawarkan tersebut, namun melainkan kata Body Goals yang memiliki standar. Standar di setiap negara pun berbeda-beda. Di Indonesia sendiri dominan kata cantik/rupawan disematkan pada orang yang memiliki tubuh yang bisa dikatakan tinggi, tidak gemuk dan tidak pula terlalu kurus, perut rata, kencang berisi pada bentuk bagian-bagian tertentu, berkulit putih bersih, wajah simetris tanpa lemak pipi dan double chin, bertangan lengan ramping, kaki jenjang dan sebagainya. (penulis di sini menekankan makna cantik dari segi fisik dan memahami setiap orang memiliki selera kecantikan yang berbeda).
Tidak sedikit orang mengamini bahwa menjadi Body Goals berstandar ini merupakan standar baku yang mesti dijadikan sebagai kiblat dalam dunia kecantikan. Sehingga standar dominan yang terbentuk inilah yang menjadi acuan dalam menghakimi fisik seseorang. Siapa pun bisa menghakimi atau dihakimi. Siapa pun bisa membuli atau dibuli. Siapa pun bisa memusuhi atau dimusuhi. Siapa pun bisa menghina atau di hina. Apakah itu teman/kolega, keluarga, atau mungkin orang tersayang sekalipun. Walaupun tak sedikit yang beralasan hanya bercanda atau roasting belaka. Bermental kuat tentu bisa menyikapinya, namun tidak semua orang seperti itu, sebagian orang bisa saja menerimanya dengan rasa kepedihan.
Bayangkan efek apa yang akan terjadi. Sakit hati, terdiskriminasi, perundungan, kebencian bahkan membenci diri sendiri. Mengurung dan menyakiti diri sehingga mengakibatkan kehilangan arah dan tujuan hidup. Lebih parah, bila dendam terus mengakar, iri dengki akan terus tumbuh dan bisa saja berpotensi akan menjadi pemain selanjutnya dan berefek domino.
Namun, jika diri sedini mungkin sudah dipupuk akan mentalitas dan pemikiran yang baik, maka hal itu tidak berpotensi parah. Pengarahan dan dukungan dari orang tua/wali/guru dalam lingkungan sekolah maupun rumah akan mengenal dan memahami Self-awareness itu sangat berperan penting dalam menanggulangi problem yang dipaparkan di atas.
Memahami self awareness internal maupun eksternal bagi seseorang merupakan salah satu dasar dalam hidup bersosial. Dengan memiliki pendirian yang kokoh, realistis dan tetap pada jalur batasan, seseorang bisa memahami apa yang terjadi dan bagaimana cara ia menyikapi problem tersebut.
Suatu bentuk kepercayaan dan cinta pada diri sendiri merupakan hal baik, penting dan lumrah. Siapa saja berhak akan mencintai diri (dalam segi fisik). Cinta akan diri inilah yang menjadi penyebab adanya motivasi. Motivasi yang menjadi alasan mengapa menginginkan diri untuk membentuk menjadi Body Goals yang diinginkan. Banyak yang bisa jadi alasan akan hal itu, bisa karena menginginkan tubuh yang sehat, bentuk kepercayaan diri atau mungkin pernah memiliki luka di masa lampau dan masih banyak lagi. Namun tidak semua hal bisa dijadikan sebagai motivasi.
Adanya batasan dan hal kewajaran di balik itu. Semisal, tidak sedikit orang yang menginginkan Body Goals hanya karena ingin menjadi duplikat seperti tokoh yang diidolakan atau seperti standar yang dibahas di atas, sehingga rela melakukan perbuatan pemborosan bahkan tindakan yang berefek membahayakan untuk tubuh demi pujian kecantikan yang diimani tersebut. Dan tanpa mempertimbangkan pihak-pihak mana yang akan diuntungkan.
Maka dari itu pentingnya akan kesadaran dalam menginginkan Body Goals dengan cara sportif, aman, dan tidak berlebihan-lebih, agar tidak terjerumus dalam perilaku sia-sia, merusak dan kehilangan self awareness itu sendiri.#
*) Pemerhati Pendidikan