Oleh: Miftahul Khair*
Buku kecil ini menggambarkan tiga konsep utama, yakni sejarah kelahiran IMM dan profil gerakan kepemimpinan IMM. Pada bagian kedua, belajar pengalaman dari tokoh pendiri, dan bagian ketiga IMM sebagai potret dalam melahirkan kader yang dapat mengabdikan diri untuk tercapainya gerakan pembaruan.
Di samping itu, saya berharap kader IMM pasca membanca buku ini dapat menemukan perpaduan semangat ideologi dan dinamika di antara kader dan pimpinan IMM dalam upaya melahirkan gerakan pembaruan.
Sehingga, ke depan para pemimpin IMM dapat menemukan pola gerakan yang berwarna saat memimpin organisasi IMM, karena bukan tak mungkin akan ada banyak tantangan, sehingga diharapkan semangat dan gerakan yang dibangun oleh tokoh dalam buku ini dapat menjadi magnet gerakan baru bagi pimpinan IMM.
Djazman Al Kindi sebagai pendiri IMM, membentuk membentuk organisasi ini dalam kondisi bangsa sedang carut-marut. Hal ini mestinya dijadikan refleksi bagi kader-kader IMM. Saya menguraikan latar belakang, tujuan, hingga semangat tokoh tersebut dalam mendirikan IMM. Itu yang saya pertegas ke publik dan adik-adik saya di IMM, supaya mereka semangatnya tidak kendor dalam artian terus semangat menemukan pola-pola dalam menghidupkan gerakan IMM.
Dengan demikian, saya berharap IMM tetap hadir dalam mewarnai gerakan bersama organisasi-organisasi lain di Indonesia, mengontrol kebijakan pemerintah, serta membangun gerakan kolaborasi dengan berbagai instansi dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat.
Dalam buku kecil ini juga saya menampilkan gambar dan semangat tokoh perempuan dalam membangun serta bersama membangun gerakan perubahan dan melahirkan peradaban.
Dalam buku ini ditampilkan tokoh pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan, dan istrinya selaku pendiri Aisyiyah, Nyai Siti Walidah. Semangat dan spirit perjuangan para tokoh ini diharapkan dapat menjadi bekal bagi kader-kader IMM agar tak terpengaruh perubahan zaman. Selain kaum laki-laki, perempuan juga harus tetap berjuang.
Dalam Ideologi dan Dinamika Gerakan IMM sebagai Pelopor Peradaban, juga dijelaskan prinsip-prinsip kepemimpinan. Salah satunya, pemimpin harus memimpin organisasi dengan kepala dingin. Pemimpin IMM juga harus terus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan perkembangan zaman. Selain itu, buku ini menguraikan dasar-dasar ideologi kepemimpinan dalam IMM yakni Enam Poin Penegasan IMM.
Pertama, IMM adalah organisasi Islam. Dalam merawat kader, pemimpin harus berpegang teguh pada tuntunan Alquran dan Sunah sehingga gerakan IMM tak keluar dari dua sumber hukum Islam tersebut. Dengan begitu, kader-kader IMM tetap kukuh dalam memperjuangkan organisasi.
Kedua, Muhammadiyah sebagai landasan perjuangan dalam IMM, sehingga dalam membangun gerakan, IMM bersinergi dengan visi misi besar Muhammadiyah. Pasalnya, IMM adalah organisasi otonom Muhammadiyah. Sebagai ibunya, IMM harus sejalan dengan organisasi Islam di Indonesia tersebut.
Ketiga, ilmu, amaliah, dan amal ilmiah. Sebagai organisasi mahasiswa Islam, maka kader IMM diharuskan menuntut ilmu dan ilmu yang didapatkan kader-kader IMM mesti bersifat ilmiah serta dapat dipertanggungjawabkan.
Keempat, IMM adalah organisasi yang sah serta mematuhi segala peraturan perundang-undangan di Indonesia atau di negara mana pun IMM berada, sehingga IMM tetap taat dan tunduk terhadap Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Itu hal yang tidak perlu lagi diperdebatkan.
Kelima, apa pun yang dilakukan dan diperjuangkan kader-kader IMM harus bermuara pada kepentingan masyarakat. Di samping itu, pemimpin IMM harus memiliki tiga kompetensi: intelektualitas, religiutas, dan humanitas. Tiga hal ini bisa menjadi pembeda dan pewarna dalam gerakan IMM. Saya menjabarkan semua tentang poin-poin itu sampai pada aplikasinya bagaimana menjadi intelektual sejati.
Buku ini menyimpulkan bahwa ke depan harus ada regenerasi kepemimpinan yang terus ditumbuhkan oleh pemimpin IMM karena zaman dan dinamika sosial terus berubah dari waktu ke waktu. Karena itu, perlu ada pola-pola baru bagi pemimpin IMM dalam menjalankan roda organisasi. Pemimpin IMM ke depan seyogyanya pandai membaca zaman, sehingga dapat melahirkan zamannya sendiri. Dalam istilah Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, pemimpin IMM diharapkan dapat menjadi pembaru.
Kata pembaru di Muhammadiyah ini sangat familiar. Harapannya, pemimpin-pemimpin muda ke depan bisa melakukan pembaruan gerakan sehingga organisasi ini bisa terus hidup dan bermanfaat lebih banyak untuk masyarakat luas. (*Mantan Ketua Umum DPD IMM NTB/Manajer Berita Alternatif Cabang NTB)