beritaalternatif.com – Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Payang Sejahtera mempunyai keistimewaan tersendiri dibandingkan usaha lain yang dikelola perangkat dan masyarakat desa di Indonesia.
BUMDes yang dibangun melalui keringat, kerja keras, pengorbanan, dan keikhlasan ini menyetor keuntungan kepada pemerintah desa meski Pemdes Sungai Payang belum menyertakan modal untuk kegiatan usaha BUMDes Payang Sejahtera.
Selama tiga tahun menjalankan badan usaha ini, Direktur Operasional BUMDes Payang Sejahtera Supiani mengaku tak mendapatkan suntikan modal dari Pemdes Sungai Payang.
Meski begitu, setiap bulan ia bersama timnya menyetor Rp 18 juta hingga Rp 22 juta per bulan kepada Pemdes Sungai Payang.
“Tiga tahun saya jalankan, saya pakai modal sendiri. Saya kasih setiap bulan ke desa. Ada persentasenya. Waktu itu 25% dari keuntungan. Itu sudah termasuk dana pendidikan dan sosial,” ungkap Supi kepada beritaalternatif.com baru-baru ini.
Selama bertahun-tahun itu pula Supi berusaha membangun kepercayaan kepada Pemdes dan masyarakat Sungai Payang.
“Saya buktikan bahwa kita bisa bekerja. Kita bisa membawa hasil untuk desa. Pada intinya begitu. Saya tidak berpikir untuk kepentingan saya pribadi,” ucapnya.
Setelah diberikan amanah sebagai Direktur Operasional BUMDes Payang Sejahtera pada Maret 2013, ia menganggap ikhtiar untuk mengembangkan badan usaha ini sebagai bagian dari pertaruhan terhadap harga dirinya.
Ia ingin membalas berbagai ketidakpercayaan dan cemoohan terhadap dirinya dengan kerja keras yang disertai hasil sehingga BUMDes dapat berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Desa (PADes) Sungai Payang.
“Memang saya tidak pernah punya pengalaman pelatihan. Hanya bermodal pengalaman usaha saja. Tapi pada intinya saya ingin BUMDes itu berhasil,” ujarnya.
Supi mengaku tidak mempunyai latar belakang pendidikan di bidang bisnis. Ia tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang hanya bermodal keberanian, insting, dan pengalaman berbisnis.
Dia mendapatkan pengalaman berwirausaha dari orang tuanya. Saat bermukim di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, kedua orang tuanya memiliki usaha di bidang pengumpulan karet.
Setelah “berhijrah” ke Kalimantan Timur, orang tuanya tetap melakoni usaha kecil sebagai pedagang kecil-kecilan di Desa Sungai Payang.
Mereka juga membuka toko kain di Sungai Dama, Kota Samarinda. Kemudian, orang tuanya merambah usaha perkayuan di Kukar.
“Jadi, sebetulnya saya belajar dari pengalaman,” jelasnya.
Kata dia, setiap orang yang ingin menekuni dunia usaha tidak memerlukan pendidikan tinggi. Ia mencontohkan pedagang bensin di pinggir jalan. Mereka hanya bermodal pengalaman. “Modalnya hanya bisa baca,” katanya.
Selama tiga tahun memimpin BUMDes tersebut, ia menjalankan sejumlah bidang usaha, seperti pengangkutan tanah, perawatan kelapa sawit, suplai Bahan Bakar Minyak (BBM), pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit, kontruksi bangunan, dan sejumlah bidang usaha lainnya.
Keseriusannya bersama timnya membangun BUMDes Payang Sejahtera membuat Pemdes Sungai Payang yang dipimpin Rusdin menaruh kepercayaan terhadap Supi.
Meski tak disertai suntikan modal dari Pemdes Sungai Payang, Pengurus BUMDes tersebut telah menyetorkan dana untuk PADes serta bantuan di bidang pendidikan dan sosial.
“Tanpa modal desa, desa sudah dapat dari BUMDes. Inilah mungkin yang menjadi tolak ukur untuk menilai kami sebagai pengelola BUMDes,” ujarnya.
Kerja sama antara BUMDes dan perusahaannya telah menghasilkan pendapatan yang cukup besar. Transaksinya setiap bulan mencapai Rp 900 juta hingga lebih dari Rp 1 miliar.
Pada 2013-2015, pekerja di bawah BUMDes Payang Sejahtera mendapatkan gaji Rp 3 juta hingga Rp 7 juta per bulan.
“Besaran gajinya sesuai pekerjaannya. Kalau yang capek betul bisa sampai Rp 7 juta sebulan,” ungkapnya. (*)
Penulis: Ufqil Mubin