Search

Bupati Kukar Pimpin Upacara Peringatan Peristiwa Perjuangan Merah Putih Sanga-Sanga Ke-78 

Upacara peringatan Peristiwa Perjuangan Merah Putih Sanga-Sanga Ke-78. (Istimewa)

BERITAALTERNATIF.COM – Bupati Kukar Edi Damansyah secara langsung memimpin upacara peringatan Peristiwa Perjuangan Merah Putih Sanga-Sanga Ke-78.

Upacara tersebut berlangsung secara khidmat di Lapangan Sepak Bola PT. Pertamina EP Sanga-sanga Field pada Senin (27/1/2025).

Pada kesempatan itu, ia mengatakan bahwa peringatan Peristiwa Perjuangan Merah Putih ini merupakan momentum penghormatan kepada para pahlawan dalam merebut kemerdekaan NKRI dari tangan penjajah.

Advertisements

Meskipun peristiwa tersebut terjadi 78 tahun silam, tetapi semangat kemerdekaan itu harus terus dipupuk sebagai pondasi masa depan.

“Kita harus tetap setia merawat api semangat perjuangan para pemuda yang tergabung dalam Barisan Pembela Rakyat Indonesia (BPRI) di Sanga-Sanga,” ucap dia.

Ia mengajak seluruh masyarakat untuk mengingat kembali Sanga-Sanga di masa lampau. Sanga-Sanga dahulu merupakan pusat ekonomi penting bagi Belanda.

“Terdapat 613 sumur minyak yang beroperasi menghasilkan 70 ribu ton minyak setiap bulan,” ujar Edi.

Dia menerangkan bahwa aktivitas ekonomi di Sanga-Sanga semakin karena ditunjang oleh keberadaan tujuh dermaga yang sibuk dengan kegiatan bongkar muat barang serta penumpang kapal.

Akan tetapi, dibalik kemakmuran yang dinikmati Belanda tersebut, terdapat kesenjangan ekonomi antara penjajah dan pribumi.

“Para pekerja pribumi menduduki posisi sangat rendah dan pendapatan yang sangat jauh dari kata layak. Sementara, pegawai Belanda dan Eropa hidup dengan fasilitas mewah dan bergelimang harta,” bebernya.

Edi mengungkapkan, karena ketimpangan kondisi itulah yang memantik api semangat keinginan untuk merdeka dari cengkeraman penjajahan Belanda.

“Sehingga memicu meletusnya Peristiwa Perjuangan Merah Putih Sangat-Sanga pada tanggal 27 Januari 1947,” ungkap dia.

Jika ditinjau dari letak geografis, Kota Sanga-Sanga sangatlah tidak strategis untuk menjadi areal pertempuran.

Namun, hal tersebut tidaklah menjadi halangan bagi para penduduk pribumi untuk melakukan pertemuan dengan penjajah. Terlebih, mereka pun sudah tidak tahan dengan perlakuan para penjajah.

“Puncak perjuangan itu terjadi pada tanggal 27 Januari 1947 dan berakhir pada tanggal 30 Januari 1947 dengan adanya serangan dari tentara Belanda,” pungkas Edi. (*)

Penulis & Editor: M. As’ari

Advertisements

Bagikan

Kunjungi Berita Alternatif di :

Advertisements

BERITA TERKAIT

Advertisements
POPULER BULAN INI
Advertisements
INDEKS BERITA