BERITAALTERNATIF.COM – Peluang menjadi calon serta terpilih sebagai anggota legislatif kerap dinilai hanya dimiliki oleh mereka yang mempunyai modal finansial yang memadai.
Direktur Politician Acamdemy Bonggas Adhi Chandra membantah pernyataan tersebut. Orang-orang yang tak memiliki modal finansial yang cukup juga bisa terpilih sebagai anggota legislatif. Namun, dengan sejumlah catatan dan persyaratan.
Kata dia, banyak orang yang memiliki rekam jejak yang baik dan idealisme tinggi enggan masuk ke dunia politik serta menjadi calon anggota legislatif. Mereka tidak berani berkompetisi dalam kontestasi politik karena terganjal biaya politik.
Kenyataannya, tak sedikit dari mereka yang terpilih sebagai wakil rakyat di Indonesia dengan modal finansial yang relatif minim. Adhi mencontohkan Yoel Yosaphat, seorang anak muda berusia 32 tahun dari Kota Bandung, Jawa Barat. Yoel berlatar belakang pekerja dalam sebuah perusahaan digital printing.
Yoel mengaku hanya mengeluarkan uang Rp 3 juta untuk bisa memenangkan pemilihan legislatif pada tahun 2019. Ia berhasil menjadi anggota DPRD Kota Bandung dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Ada pula Syarif Luthfi Almutahar. Seorang anak muda yang berasal dari Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Dia juga berhasil menjadi anggota DPRD Kota Pontianak dengan dana yang cukup minim.
Salah satu strategisnya, satu tahun sebelum pemilihan legislatif tahun 2019, setiap hari dia mengetuk pintu rumah 30 orang warga untuk menyosialisasikan dirinya.
Selain itu, ada Roy Mahendra. Dia merupakan anak muda yang berusia 23 tahun. Saat pemilihan legislatif tiga tahun lalu, dia masih berstatus sebagai mahasiswa tingkat akhir.
Roy merupakan anak seorang kepala desa di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Ia berhasil menjadi anggota legislatif termuda dari Partai Golkar di Kabupaten Sumedang.
Kemudian, Adhi juga menyebutkan nama Ismail Adi Bachtiar. Dia merupakan anak muda yang saat ini berusia 28 tahun. Uniknya, Ismail adalah anak seorang mantan satpam di sebuah pabrik gula di Bone, Sulawesi Selatan.
Ismail terpilih sebagai anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan periode 2019-2024 di usianya ke-25 tahun. “Dana yang dipakai tidak besar. Dan menariknya adalah dia mengatakan bahwa pada waktu dia mengikuti Pileg, dia tidak menyebarkan satu pun spanduk ataupun baliho kepada calon pemilihnya,” ungkap Adhi.
Terakhir, Adhi mencontohkan Erwin Siahaan. Ia berlatar belakang driver ojek online. Erwin menjadi anggota legislatif Kota Medan dari PSI dengan perolehan suara yang cukup signifikan. Modal finansialnya hanya Rp 10 juta.
“Lalu, mengapa mereka bisa berhasil pada saat kandidat-kandidat lainnya atau caleg-caleg lainnya bahkan memiliki dana yang jauh lebih besar dari mereka, tetapi mereka semua gagal?” tanyanya.
Adhi menguraikan tiga jawaban untuk menjawab pertanyaan tersebut: tekad dan keseriusan dalam mengejar target; mereka memiliki rencana kerja yang jelas, dan mereka melakukan investasi sosial yang tepat.
“Bila Anda lemah dalam modal finansial, Anda harus perkuat modal Anda yang lainnya, yaitu modal sosial, modal politik, modal budaya, dan modal intelektual,” jelasnya.
Adhi menegaskan, meskipun mereka yang memiliki dana yang minim mempunyai peluang untuk berhasil sebagai calon anggota legislatif, kemungkinan menangnya sangat kecil dibandingkan mereka yang menyiapkan dana yang lebih besar.
Kata Adhi, mereka yang menang dalam kontestasi pemilihan legislatif dengan dana minim persentasenya hanya sekitar 5% dari semua kursi yang tersedia.
“Artinya bahwa memiliki dana atau finansial yang cukup, saya tidak mengatakan berlebih dan saya tidak bermaksud politik uang dalam konteks ini, Anda memerlukan political cost yang cukup kalau Anda ingin maju sebagai anggota legislatif,” sebutnya. (*)