Search
Search
Close this search box.

Channel “Anies Baswedan”

Listen to this article

Oleh: Dr. Muhsin Labib*

Ia adalah channel youtube yang konsisten menghidangkan konten-konten mencerahkan dengan para narator cerdas, jujur, berani dan adil. Orang-orang yang punya selera tinggi dalam wawasan pasti menjadi pelanggannya.

Tapi belakangan ini channel seolah berubah menjadi channel yang hanya mengurusi satu orang saja. Apa pun temanya, siapa pun naratornya, dia sasarannya.

Advertisements

Pada dasarnya, mengritik sepak terjang dan pandangan seseorang yang secara faktual bermasalah (karena dia pernah didukung oleh kelompok garis keras yang memainkan politik identitas bersama para tokoh lainnya) adalah hak yang patut dihormati, bahkan harus didukung demi keadilan atau demi merintangi jalannya menuju puncak kekuasaan.

Tapi menarget satu individu berbarengan dengan serangan masif video-video amatir yang secara eksplisit memuat anjuran dan ujaran kebencian rasial, bukanlah tindakan bijak.

Di channel ini ada narasumber yang diplot sebagai spesialis narasi parodik yang kerap memplesetkan dan menyisipkan cemooh beraroma rasisme. Mungkin, karena dikemas seolah standup comedy, dia mengira tindakannya sah secara moral dan legal, atau merasa mewakili suara kontra “kadrun”, merasa bebas.

Channel ini memang top. Salah satu buktinya adalah keberhasilan membakukan kata cemooh “kadrun” (kadal gurun atau orang-orang keruh pikiran, versi channel ini) sebagai stigma untuk siapa saja yang tak sepandangan dan se-capres. Ini mirip dengan stigma sesat yang ditempelkan pada siapa saja yang tidak menyesatkan kelompok minoritas seagama.

Dengan sebarannya yang luas dan para narasumbernya yang berkelas channel mestinya bisa mengimbangi narasi-narasi rasisme yang bisa dianggap sebagai genosida opini itu dengan mengembalikan perhatian publik ke substansi pandangan dan sepak terjang sosok yang dikritisinya secara rasional, profesional dan proporsional demi mempertahankan kebhinnekaan sebagai takdir bangsa yang besar ini dan demi keadilan bagi setiap warga negara, apa pun keyakinan dan asal usulnya.

Sebenarnya dalam disiplin ilmu komunikasi serangan yang berlebihan (karena tak menyisakan secuil pun penghormatan) mengafirmasi rasa ketakutan yang berlebihan pula. Ketakutan yang berlebihan ini mencerminkan pengakuan atas pengaruh besar objek yang didiskreditkan.

Audien cerdas yang sepaham dengan pandangan politik para narator channel itu justru mengkhawatirkan serangan serial dalam ragam konten ini malah memberikan kredit kepada sosok yang ditarget, paling tidak dalam pemberitaan dan ekspos. Promo gratis, begitu istilah populernya.

Di sisi lain, sangat mungkin audien yang tak mendukung narasi channel makin mendukung dan bersimpati kepada sosok idolanya yang terlihat santai dan abai terhadap gempuran narasi itu.

Semoga channel ini dikembalikan ke posisinya semula sebagai media netral, independen dan menjunjung tinggi kesetaraan serta kebhinnekaan. Sayang sekali bila turun kelas dan cuma “membesarkan” satu orang. (*Cendekiawan Muslim)

Advertisements

Bagikan

Kunjungi Berita Alternatif di :

Advertisements

BERITA TERKAIT

Advertisements
POPULER BULAN INI
INDEKS BERITA