Oleh Sultan Musa
kujelajahi senandung lembayungmu
di temaram langit memberi arti
riak, gubang dan warna kecokelatan
ada banyak cerita di danau ini
dalam rona kedalaman yang tak berubah
terhampar dalam naungan cekungan
aroma jukut mengembalikan ingatan
serupa jejak etam mudik
danau telah membelah dadaku
arusnya mengantarkan haruan menganga
pada garis riak pepuyu bergerak
kadang pula baung terbaring tenang
pada dirimu,
kapal – kapal merangkai niat
menyapa arah cahaya yang tersisa
akan tetap ingat pulang
dari daratan yang luas
tak pernah membuatmu sendiri
merangkum gemuruh tetap kucandui
melapangkan jalan jiwa – jiwa yang menggengammu
panjang umur tak menggerukmu ke dasar
rumah bagi ikan – ikan yang memikat
meski kemarau bertamu
jalan karunia itu diairkan
meski kau hanya danau,
namun mampu menikam bait
ijinkan aku menilik keindahan
mengunci ingatan pelukanmu disini
‘sampai bersua kembali ‘
Desa Pela, 2023
JEMBATAN MAHAKAM
Aku berdiri di antara kokohmu
sembari menikmati pemandangan perahu bergerak
menyadarkanku bahwa ada yang tak berakhir ketika kisah bergulir
begitu besar makna kejayaanmu
Aku bersandar diantara tiangmu
sesekali melihat ketinting berderu riak
menyapaku seakan mengisi ruang jiwa
dari keheningan yang selalu jatuh diterik waktu
Dan, aku masih disini
menyaksikan pula kapal ponton melambai
pelan mengisi segumpal ruang
membawa pergi mutiara hitam dengan pintu tertutup sepi
Kisah asamu terus hadir
meski dijalin pada awalnya, kau sendiri
namun kini, ada yang menemanimu
sebuah jembatan yang berjanji takkan sirna lupa berteduh
Kisahmu terus bergema dalam pikiran
tenggelam dalam balada Sape
mendengar suara sepasang sayap jembatan ini,
‘dimulai dari untuk selamanya’
dan akan selalu menjadi
‘satu kisah untuk hari lain’
Samarinda, 2023
INDO’ LOGO
kusimak tarian itu
seperti berkisah,
tak ada penawar kerinduan yang lebih baik
kecuali itu adalah kenangan
dilimbur senyuman penari yang tak henti
merangkul sejiwa yang tak pernah usai
aku terpana oleh
tangan lembut menggenggam kipas
mengayun anggun terpatri
gemulai bertutur
‘dekaplah ………bahagia itu ada dalam diri kita’
tak terelakkan, meliuk fragmen gerakan
melayarkan semua girang
serupa kepakan sayap atma
dari puja dan puji ratap diri
meski tarian itu berakhir
namun ada bahagia yang merebak
“sudahkah engkau sepenuhnya bahagia ?”
bisik Daeng di sampingku
Marangkayu, 2023
Biografi Penulis
Sultan Musa berasal dari Samarinda Kalimantan Timur. Tulisannya tersiar diberbagai platform media daring & luring. Karya – karyanya masuk dalam beberapa Antologi bersama penyair Nasional & Internasional. Seperti “La Antologia De Poesia Cultural Argentina – Indonesia“ Antologi Puisi Budaya Argentina – Indonesia (2021), “Wangian Kembang : Antologi Puisi Sempena Konvesyen Penyair Dunia – KONPEN” yang di gagas Persatuan Penyair Malaysia (2018), Antologi Puisi “Negeri Serumpun” Khas Sempena Pertemuan Dunia Melayu GAPENA & MBMKB (2020), Antologi “The Mist” – International Poetry Anthology Global Writers (2023), Antologi Puisi “Cakerawala Islam” MAIK – Majlis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Kelantan-Malaysia (2022), Antologia Indonesia – Costarica Poetica Luz Del Faro “Detak Samudra dan Buana – Latidos De Mar Y Tierra” Asih Sasami Indonesia Global Writers (2024), Festival Sastra Internasional Gunung Bintan – Jazirah, Temu Karya Serumpun “Tanah Tenggara” Asia Tenggara (2023), HOMAGI – International Literary Magazine, Jambore Sastra Asia Tenggara (2024), Note Journey Magazine, Antologi Puisi Indonesia ‘Gurindudendam‘ Festival Sastra Melayu Riau (2024), Antologi Puisi Dari Negeri Poci 14 “ Jauhari” KosaKataKita (2024) & puisinya terpilih pada event “Challenge Heart and Art for Change” Collegno Fòl Fest Turin – ITALIA (2024). Tercatat pula dibuku “Apa & Siapa Penyair Indonesia – Yayasan Hari Puisi Indonesia” Jakarta 2017. Adapun IG : @sultanmusa97