BERITAALTERNATIF.COM – Amerika Serikat (AS) merupakan negara yang mempelopori pembantaian besar-besaran terhadap suku Indian. Negara itu pun berdiri di atas darah jutaan manusia.
Jurnalis senior dari Indonesia, Ustaz Dede Azwar menjelaskan, AS identik dengan negara yang dihuni oleh para pendatang yang melakukan genosida terhadap penduduk asli negara tersebut.
Di era modern, sambung dia, AS mengosmetik dirinya sebagai negara beradab dan maju. Hal ini bertujuan untuk menutupi sisi gelap pembantaian besar-besaran di negara tersebut.
“Di balik itu ada sisi gelapnya yang justru sangat tragis. Sebuah tragedi yang terus ditutupi dari tahun ke tahun dimulai dari pengusiran bangsa Indian, pengucilan, peminggiran, penganiayaan, dan seterusnya,” ungkap dia sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Maula TV pada Selasa (7/5/2024).
Ia menyebut suku Indian bahkan dijadikan sebagai obyek berburu oleh sebagian warga dan Pemerintah AS.
“Terus mereka punya skandal yang tidak pernah bisa ditutupi, terbesar sepanjang sejarah, di mana mereka melakukan diskriminasi, perang saudara, dan saling berebut kekuasaan,” ungkapnya.
Ustaz Dede juga mengungkapkan bahwa AS merupakan industri dosa: minuman keras dan obat-obatan terlarang dilegalkan.
“Terus juga mafia, judi, dan sebagainya itu luar biasa,” katanya.
Sejarah gelap AS itu, sambung dia, berlanjut di Asia Barat. AS melahirkan “anak haram” bernama Israel. Entitas itu menjadi alat kolonialisme baru Amerika di Asia Barat.
“Jadi, Zionis itu adalah all instument buat Amerika. Kenapa? Mereka bertahan dan memberikan dukungan karena nyawa bagi hegemoni mereka minimal di kawasan itu,” jelasnya.
Apabila Rezim Zionis dan monarki-monarki pendukungnya runtuh, tegas dia, maka hegemoni AS di Asia Barat akan terkoyak.
Ustaz Dede menegaskan bahwa negara-negara monarki teluk itu dibentuk dari kolonialisme panjang AS di Asia Barat.
Ia menyebut negara-negara monarki tersebut juga disetir oleh AS sebagai sapi perah. Hal ini menyebabkan pemerintahan negara-negara teluk itu tak memiliki harga diri di mata dunia.
“Mereka pariah atau sapi perah di hadapan Amerika. Ini untuk menaikkan harga mereka. Mereka enggak punya harga sama sekali. Mereka budak belian,” tegasnya. (*)
Penulis: Ulwan Murtadho
Editor: Ufqil Mubin