BERITAALTERNATIF.COM – Dua tokoh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Kutai Kartanegara (Kukar) menyampaikan gagasan-gagasan mereka untuk mengoreksi serta memberikan solusi untuk perbaikan pengaderan organisasi mahasiswa Islam tersebut.
Sarkowi V. Zahry dan Haidir adalah dua di antara tokoh HMI yang menyuguhkan gagasan kepada puluhan peserta yang menghadiri Diskusi dan Buka Puasa Bersama yang diselenggarakan HMI Cabang Kukar di Terrace Cafe Tenggarong pada Kamis (21/3/2024) sore.
Diskusi yang dikemas secara santai ini menjadi momentum “silaturahmi pemikiran” antar-tokoh lintas generasi untuk menjadi bahan bagi para kader dan pengurus HMI Cabang Kukar untuk memperbaiki pengaderan organisasi yang didirikan oleh Rahmawati, Sopiar, dan Suroto tersebut.
Kegiatan diskusi ini berlangsung selama satu jam sebelum kemudian para pembicara dan audiens berbuka bersama di Terrace Café.
Sarkowi V. Zahry, yang kini menjabat sebagai anggota DPRD Provinsi Kalimantan Timur, mengapresiasi HMI Cabang Kukar yang dinakhodai Zulhansyah karena memilih tema yang sangat penting untuk mendorong kemajuan pengaderan HMI Cabang Kukar.
Penggunaan tema “revitalisasi”, kata dia, merupakan isu krusial dalam pengembangan pengaderan di organisasi yang kini telah berusia 78 tahun tersebut.
Dilansir dari Wikipedia, revitalisasi adalah suatu proses atau cara dan perbuatan untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya terberdaya sehingga revitalisasi berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan untuk menjadi vital, sedangkan kata vital mempunyai arti sangat penting atau sangat diperlukan sekali untuk kehidupan dan sebagainya.
Revitalisasi dapat berbentuk tahapan proses, cara, strategi menghidupkan atau menghidupkan kembali dari perencanaan awal yang belum tercapai.
Beragam kata revitalisasi sering dipergunakan untuk melakukan satu tujuan. Misalkan revitalisasi pendidikan, revitalisasi sebuah kawasan, revitalisasi kearifan lokal dan beragam revitalisasi lainnya seiring dengan perkembangan zaman.
Berangkat dari nilai penting revitalisasi tersebut, Sarkowi pun berharap pengurus HMI Cabang Kukar konsisten dalam mengangkat isu revitalisasi pengaderan HMI.
Tema revitalisasi, sebut Sarkowi, harus terus diangkat dalam setiap periode kepemimpinan HMI demi mendorong perbaikan konsepsi, sistem, maupun sumber daya pengaderan HMI.
Saran dia, proses pengaderan yang tak kalah penting bagi kader-kader serta pengurus HMI Cabang Kukar adalah melakukan refleksi dalam rangka mengarahkan dan menjalankan organisasi selama satu tahun ke depan.
Selain itu, ia mengusulkan fungsionaris HMI untuk mendata setiap kader. Aspek pendataan dianggapnya penting guna memahami kebutuhan kader.
Pendataan memudahkan pengurus dalam merumuskan program pengaderan yang fokus untuk mendorong serta mengembangkan minat, bakat, dan kemampuan yang ingin dikuasai oleh setiap kader Hijau Hitam.
Penguasaan pengurus terhadap data disebutnya sangat penting karena dapat memudahkan mereka mengambil langkah tepat untuk mengarahkan anggota-anggota yang baru menuntaskan latihan dasar atau basic training.
Bermodal data tersebut, sebut Sarkowi, pengurus HMI Cabang Kukar bisa mengukur tingkat keaktifan anggota yang baru pasca basic training.
“Berapa lama mereka aktif setelah itu? Apakah mereka tetap berkontribusi atau justru menghilang? Semua ini harus berbasis data agar kita tahu langkah apa yang harus diambil ke depan,” ucapnya.
Peran Strategis Kader
Usaha mewujudkan revitalisasi pengaderan yang menjadi inti dari tema yang diangkat HMI Cabang Kukar dalam diskusi tersebut tidak terlepas dari peran kader selaku penggerak roda organisasi.
Nano Wijaya dalam Wikipedia menyebut kader adalah orang atau kumpulan orang yang dibina oleh suatu lembaga kepengurusan dalam sebuah organisasi, baik sipil maupun militer, yang berfungsi sebagai “pemihak” dan atau membantu tugas dan fungsi pokok organisasi tersebut.
Nano melanjutkan, dalam hal membantu tugas dan fungsi pokok organisasi tersebut, seorang kader dapat berasal dari luar organisasi tersebut dan biasanya merupakan simpatisan yang berasas dan bertujuan sama dengan institusi organisasi yang membinanya.
Pada umumnya, lanjut Wikipedia, penggunaan kata ‘kader’ sangat lekat pada partai politik, dengan harapan, para kader tersebut kelak dapat meneruskan kepengurusan atau kepemimpinan organisasi.
Namun organisasi kemasyarakatan juga mempunyai kader-kader yang membantu tugas ormas tersebut, misalnya kader kesehatan, yaitu mereka bukan pegawai dinas yang melaksanakan fungsi kesehatan.
Kaderisasi merupakan usaha pembentukan seorang kader secara terstruktur dalam organisasi yang biasanya mengikuti suatu silabus tertentu.
“Kader diambil dari istilah yang diperkenalkan Lenin pada masa pembentukan Partai Komunis Soviet,” jelas Wikipedia sebagaimana dikutip Berita Alternatif pada Jumat (21/3/2025) sore.
Alumi HMI Cabang Kukar Haidir mengupas secara panjang lebar peran kader HMI dalam menjalankan fungsi pengaderan di organisasi tersebut.
Pada prinsipnya, kata dia, kader merupakan aset paling berharga yang dimiliki organisasi sehingga eksistensi mereka perlu dirawat dan dijaga dengan serius.
Bahkan, sebut Ketua Umum HMI Cabang Kukar periode 1997-1998 ini, pemberdayaan pada aspek pembinaan kader merupakan tolak ukur bagi para pengurus HMI untuk semakin mendekatkan diri pada keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi.
Karena itu, sambungnya, menggagas suatu program yang berfokus pada perkembangan individu kader merupakan langkah awal yang konkret dalam menciptakan sumber daya manusia yang kompeten. Hal ini bukan sekadar anjuran, tetapi merupakan kewajiban yang telah tertuang jelas dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga HMI.
Langkah ini dinilainya akan efektif apabila para fungsionaris HMI di cabang maupun komisariat mampu mencetak kader-kader HMI yang dapat diteladani serta menjadi model bagi orang lain.
Ia menekankan bahwa kaderisasi dalam tubuh HMI harus dijalankan secara berkelanjutan. Artinya, setiap pengurus HMI memiliki tanggung jawab moral untuk membina serta memantau perkembangan kader yang telah melafalkan sumpahnya sebagai anggota HMI.
Proses ini, lanjut Haidir, dapat dimulai dengan membagi peran dalam kepengurusan di mana setiap pengurus memiliki kewajiban untuk membimbing serta memonitor kader-kader tertentu secara konsisten.
Tanggung jawab moral ini disebutnya tidak berhenti setelah kader menyelesaikan jenjang latihan kader, tetapi terus berlanjut hingga mereka benar-benar menamatkan proses berorganisasi di HMI dengan sempurna.
Dia menegaskan bahwa pengurus tidak perlu ragu untuk merancang ulang metode dalam setiap jenjang pelatihan HMI.
Ia pun menekankan pentingnya kepekaan pengurus untuk meramu dan menerapkan proses kaderisasi yang menyesuaikan dengan konteks dan tantangan zaman yang dihadapi HMI saat ini.
Menurutnya, langkah ini merupakan upaya strategis dalam menjaga ruh pengaderan HMI agar tetap relevan dalam merespons berbagai persoalan di semua level.
Merancang sistem pengaderan yang disesuaikan dengan konteks dan tantangan zaman yang dihadapi oleh mahasiswa saat ini disebut aktivis Reformasi ini sebagai upaya konkret untuk menjaga ruh pengaderan HMI.
“Agar tetap relevan dalam menanggapi setiap persoalan zaman, baik bersifat lokal, nasional maupun internasional,” ujarnya. (*)
Penulis: Ulwan Murtadho
Editor: Ufqil Mubin