Teheran, beritaalternatif.com – Militer Iran kembali mengejutkan dunia dengan perkembangannya yang pesat di bidang alutsista, termasuk pesawat nirawak atau drone.
Panglima pasukan elite Iran Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Mayjen Hossein Salami dalam kata sambutannya pada acara peluncuran satu lagi vaksin Covid-19 yang dinamai “Noura” buatan Iran pada Ahad (27/6/2021) lalu mengklaim bahwa negaranya memiliki drone berjarak tempuh 7.000 kilometer.
Klaim ini tak pelak menghebohkan publik Iran hingga khalayak regional dan dunia, sehingga pada Senin lalu berbagai media regional Timteng dan dunia, termasuk Aljazeera, Al-Arabiya Reuters dan AFP, memberitakannya, dan dikutip pula berbagai media Indonesia, termasuk Tempo, Berita Satu, Sindonews, dan CNBC Indonesia.
Menurut kantor berita milik Iran, Tasnim, klaim itu dinyatakan oleh Salami ketika dia menyebutkan berbagai prestasi Iran di bidang sains dan teknologi, termasuk kedirgantaraan.
“Kita sekarang memiliki pesawat-pesawat nirawak berukuran besar yang dapat terbang sejarak 7.000 kilometer serta dapat kembali (mendarat ke tempat semula, red.) ataupun mendarat di titik mana pun yang ia inginkan,” ujarnya.
Sebelum itu, Iran sudah membuat berbagai jenis drone supercanggih, termasuk tipe Shahed 171 yang merupakan duplikat drone jenis RQ-170 berjarak tempuh 4.400 kilometer. Iran pernah membajak dan menangkap drone siluman AS itu. Kemudian membuat tiruannya, sehingga Shahed 171 menjadi drone Iran yang paling jauh jarak jangkaunya.
Pada Mei lalu Iran juga telah meluncurkan drone berukuran besar yang dinamai “Gaza” alias Shahed 149 dengan ukuran yang lebih besar dari drone sejenis pendahulunya, Shahed 129. Drone Gaza menggunakan mesin turboprop, dan berkemampuan lebih besar dalam membawa amunisi.
Meski tak secara resmi disebutkan berapa jarak tempuhnya, tapi drone Gaza diperkirakan berkemampuan menjelajah lebih jauh daripada semua drone lain yang dimiliki IRGC, karena menggunakan mesin turboprop.
Mengenai drone terbaru yang diklaim Jenderal Salami pada Ahad lalu, Tasnim menyebutkan, poin terpenting dalam pernyataan Salami ialah kemampuan drone berjarak jangkau 7.000 kilometer itu mendarat di mana pun yang dikehendaki. Karena drone ini kemungkinan didukung dengan sistem auto take off-land (lepas landas-darat otomatis) serta dapat melanjutkan misinya tanpa harus kembali ke pangkalan asal.
Tasnim menjelaskan, jika drone itu memutuskan untuk kembali ke pangkalan asal setelah menunaikan misinya, maka separuh jangkauan operasionalnya akan terpakai dalam perjalanan pulang. Dengan demikian, radius operasionalnya berkurang separuh.
Namun, dengan dilengkapi sistem auto take off-land, maka radius operasionalnya bertambah dan dapat mendarat di pangkalan lain setelah terbang dari pangkalan asal. Karena itu, bertambahlah kemampuan operasional drone berjarak tempuh 7.000 kilometer tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, militer Iran, terutama Pasukan Dirgantara IRGC, telah berinvestasi secara besar-besaran di bidang drone hingga dalam waktu relatif singkat menghasilkan berbagai prestasi yang mencengangkan.
Para sekutu Iran di kawasan Timteng turut menikmati hasil jerih payah Iran itu, terutama berupa pesawat-pesawat nirawak kamikaze yang mereka gunakan untuk memperkuat pertahanan.
Pesatnya, kemajuan Iran di bidang drone membuat para petinggi militer AS mengakui bahwa Iran telah meruntuhkan supremasi AS di angkasa Timteng serta menambah kecemasan militer AS terhadap serangan drone-drone kamikaze yang meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Bahkan menerjang radar sistem rudal Patriot yang ditempatkan AS di Pangkalan Udara Ain Al-Assad serta sarang CIA di Arbil. (lm/ln)
Sumber: Heboh Klaim Iran Miliki Drone Berjarak Tempuh 7000 Kilometer