Kukar, beritaalternatif.com – Anggota DPRD Kukar dari Dapil V Eko Wulandanu menilai belum ada perkembangan yang berarti pada sektor pertanian di Kecamatan Loa Janan dan Loa Kulu pasca pandemi Covid-19.
Salah satu masalahnya, menurut dia, dukungan anggaran yang turun selama dua tahun terakhir dari pemerintah daerah di bidang pertanian disebabkan pengalihan anggaran untuk penanganan Covid-19.
Ia menilai, dua kecamatan tersebut memiliki potensi pertanian yang cukup besar. Dia mencontohkan Desa Loh Sumber dan Desa Sumber Sari yang dijadikan proyek percontohan di sektor pertanian.
“Hanya memang daerah-daerah lain seharusnya juga bisa mengikuti desa itu,” katanya kepada beritaalternatif.com pada Selasa (7/12/2021) siang.
Namun, kata Eko, ikhtiar untuk mengarahkan sektor pertanian di dua kecamatan tersebut ke arah yang lebih produktif belum terlalu maksimal.
Dia berpendapat, program revolusi jagung dapat dijadikan salah satu program untuk meningkatkan produktivitas para petani di Loa Kulu dan Janan.
“Saat ini sudah berjalan di daerah hulu. Di Dapil VI (Muara Muntai, Muara Wis, Kota Bangun, Kenohan, Kembang Janggut, dan Tabang) sana,” ungkapnya.
Eko mengatakan, masalah utamanya, ketersediaan pasar dan investor yang mau berinvestasi secara besar-besaran dalam program revolusi jagung.
Dari segi hilir, problem ketersediaan pasar kerap dikeluhkan para petani jagung. Namun belakangan, masalah ini sudah berangsur diselesaikan oleh pemerintah daerah.
“Harapannya petani itu punya keberanian untuk melakukan ekspansi seperti yang dilakukan di Dapil VI,” ujarnya.
Sementara secara umum, para petani di Loa Janan dan Loa Kulu masih mengeluhkan harga pupuk yang relatif mahal. Karena itu, Eko meminta pemerintah daerah menyelesaikan masalah ini dengan memberikan subsidi serta memenuhi kebutuhan pupuk para petani.
“Hanya memang dua tahun ini anggaran terkonsentrasi di Covid-19. Semoga dengan pulihnya pandemi ini bisa start untuk kembali move on untuk mengangkat lagi ekonomi dari sektor pertanian,” harap Eko. (adv)