Kabul, beritaalternatif.com – Mantan kepala Bank Sentral Afghanistan Ajmal Ahmady memprediksi ekonomi Afghanistan bisa kontraksi usai diambil alih oleh Taliban.
Pasalnya, Taliban mengendalikan ekonomi secara penuh dan memblokir bantuan asing.
“Saya tidak ingin mengatakan keruntuhan ekonomi, tetapi saya pikir itu akan menjadi situasi ekonomi yang sangat menantang atau sulit,” papar Ahmady, dikutip dari AFP, Senin (13/9/2021).
Dia memprediksi PDB akan menyusut 10 hingga 20 persen. Ahmady mengatakan, sanksi internasional yang memblokir dana bantuan dan membatasi akses ke cadangan US$ 9 miliar juga dapat menciptakan kekurangan mata uang domestik.
Ia telah melarikan diri dari negara itu tepat setelah Kabul jatuh ke tangan Taliban pada pertengahan Agustus lalu.
“Jelas, akses ke dolar akan sangat dibatasi. Tapi ada juga pertanyaan tentang mata uang lokal,” paparnya.
Pasalnya, negara itu tidak memiliki mesin cetak lokal. Bank sentral mengharapkan pengiriman mata uang sebesar dua miliar dari sebuah perusahaan Polandia. Selain itu, mereka telah menandatangani kontrak untuk 100 miliar lagi dari sebuah perusahaan Prancis.
Namun, kedua perusahaan tersebut tidak mungkin mereka bisa mengirimkan tagihan.
“Di tengah krisis uang tunai, Anda akan melihat mata uang terdepresiasi (dan) kenaikan inflasi karena kita mengimpor sejumlah besar makanan. Saya pikir itu akan menjadi kendala lain bagi rezim Taliban,” jelas Ahmady.
Menurutnya, sebelum runtuhnya pemerintah sipil, Afghanistan sudah menghadapi kejutan tiga kali lipat dari pandemi Covid-19, kekeringan regional, dan konflik yang sedang berlangsung.
Sebagian besar cadangan negara disimpan di Amerika Serikat, yang menjauhkan mereka dari jangkauan Taliban. Sementara IMF dan Bank Dunia telah membekukan program pinjaman apa pun dengan negara itu. (cnn/ln)