Search
Search
Close this search box.

Enam Perimbangan Penting Pasca Kesyahidan Pemimpin Hamas Yahya Sinwar

Pemimpin Hamas, Yahya Sinwar. (Detik)
Listen to this article

BERITAALTERNATIF.COM – Pada Jumat, 18 Oktober 2024, channel Telegram Ofogh (Ofogh_tv) melaporkan bahwa Yahya Sinwar, pemimpin Hamas dan arsitek operasi Badai al-Aqsa pada 7 Oktober 2023, telah syahid.

Meskipun Hamas belum secara resmi mengonfirmasi berita ini (saat laporan ini dibuat), berbagai gambar yang dirilis dari lokasi kejadian memberikan bukti yang cukup kuat mengenai kematiannya.

Menganalisis perkembangan pasca-kematian Sinwar, Ofogh mencatat enam perimbangan penting yang akan memengaruhi dinamika konflik di wilayah tersebut. Poros Perlawanan berupaya menerjemahkan catatan Ofogh dari bahasa Persia ke dalam bahasa Indonesia. Berikut adalah catatan tersebut.

Advertisements

Pertama, perimbangan tahanan. Kematian Sinwar menyisakan pertanyaan kritis mengenai nasib para tahanan Zionis di tangan Hamas. Kemungkinan hanya Sinwar dan beberapa komandan Qassam yang mengetahui lokasi dan keadaan para tahanan tersebut. Ini menjadi krusial bagi Netanyahu dan masa depan perang di Jalur Gaza.

Dua skenario muncul: Pertama, jika tentara Israel berhasil menemukan tahanan hidup setelah kematian Sinwar, ini dapat menjadi pencapaian taktis yang memperkuat posisi politik Netanyahu. Sebaliknya, jika tidak ada tahanan yang selamat, situasi Netanyahu di dalam negeri bisa memburuk, meningkatkan tekanan pada pemerintah dan militer.

Kedua, perimbangan perang Gaza. Kematian Sinwar juga berpotensi mengubah arah perang di Gaza. Dengan kehilangan pemimpin penting, rezim mungkin bersiap untuk mengumumkan kemenangan, namun di sisi lain, akan ada tekanan internasional yang lebih besar untuk mengakhiri konflik. Nasib para tahanan akan memainkan peran vital dalam membentuk dinamika ini.

Ketiga, perimbangan perang Lebanon. Dampak kematian Sinwar kemungkinan akan merembet ke konflik di Lebanon, dengan kemungkinan peningkatan ketegangan di front tersebut.

Netanyahu mungkin merasa diuntungkan tanpa kehadiran Sinwar dan berusaha menerapkan pola perang Gaza di Lebanon. Namun, dia harus ingat bahwa front Lebanon jauh lebih kompleks dan berbahaya dibandingkan dengan Gaza.

Keempat, perimbangan kepemimpinan Hamas. Sinwar yang menggantikan Ismail Haniyeh sebagai pemimpin Hamas di Jalur Gaza pada Agustus 2024 menghadirkan pertanyaan baru tentang masa depan kepemimpinan organisasi tersebut.

Siapa yang akan menjadi pemimpin berikutnya? Apakah pemimpin baru akan berasal dari dalam Gaza atau dari kalangan politik luar? Keputusan ini akan sangat memengaruhi arah dan strategi Hamas ke depan.

Kelima, perimbangan kepemimpinan Gaza dan Brigade Qassam. Nasib kepemimpinan Jalur Gaza dan Brigade Qassam juga menjadi fokus penting. Apakah organisasi ini mampu memulihkan struktur kepemimpinan setelah kehilangan Sinwar, sebagaimana yang dilakukan oleh Hizbullah di Lebanon setelah kesyahidan Sayyid Hasan Nasrallah? Keberhasilan atau kegagalan dalam hal ini akan menentukan kemampuan Hamas untuk terus melawan penjajah.

Keenam, perimbangan perang di kawasan. Akhirnya, semua perimbangan pasca-Sinwar ini akan memengaruhi konteks yang lebih luas dalam perang antara Iran dan front Perlawanan melawan Israel dan Amerika.

Pertanyaan besar muncul: Apakah Israel akan meningkatkan ketegangan atau memilih untuk meredakannya setelah kematian Sinwar? Kemenangan di Gaza mungkin membuat Netanyahu terobsesi untuk melanjutkan petualangan militernya di Kawasan, ataukah dia akan merasa puas dengan pencapaian tersebut dan menurunkan intensitas konflik?

Dalam pandangan kami (redaksi), kita harus bersiap-siap untuk menyaksikan lebih banyak provokasi dari rezim Israel di Kawasan, serta kemungkinan terjadi eskalasi perang.

Dengan kematian Sinwar, situasi di Jalur Gaza dapat memicu reaksi yang lebih agresif dari Israel, terutama jika pemerintahannya merasa terdesak untuk menunjukkan kekuatan militer dan mencapai tujuan politik domestik.

Garis besarnya, perang saat ini tidak akan berhenti dan akan terus berkembang. Kematian Sinwar tidak hanya mengubah dinamika internal Hamas, tetapi juga dapat memengaruhi keseimbangan kekuatan di Kawasan.

Dalam konteks geopolitik, hal ini dapat menambah kompleksitas situasi, mendorong keterlibatan berbagai aliansi Perlawanan yang berpotensi memengaruhi persamaan regional.

Secara keseluruhan, kita berada di titik krusial dalam sejarah perang ini. Perkembangan selanjutnya dari Perlawanan di Gaza, Lebanon, dan Kawasan yang lebih luas tidak akan melemah atau tunduk pada Zionis. (*)

Sumber: Poros Perlawanan

Advertisements

Kunjungi Berita Alternatif di :

Bagikan

Advertisements

BERITA TERKAIT

Advertisements

BERITA ALTERNATIF

POPULER BULAN INI
INDEKS BERITA