Oleh Lukman A Sya
Meski tahun demi tahun bertanggalan dari kalender
Ternyata airmataku menggenang
Pada setiap pergantian bulan dan musim
Di perbatasan desember dan januari
Kesedihan kesedihan berkibaran
melambaikan jemari darah dan rintihan
Padahal orang telah beranjak meninggalkan luka
menyambut terompet atau gema takbir
dengan wajah penuh senyuman
Memang hari ini, orang orang melupakan
kemuraman dan kebingungan bumi
Yaitu ketika Bahasa dan Bangsa berjalan ala kadarnya
Demokrasi dan korupsi berdampingan
Tanpa pertikaian. Aku pun cacing
yang abadi menerima airmataku sendiri
“Lupakanlah, mari bertepuk tangan
menjatuhkan cinta di mana saja”
Bandung, 1997
*) Sumber: Majalah Sastra Horison Edisi XXXII/10/1997. Hal.46
Advertisements