BERITAALTERNATIF.COM – Tidak seperti yang digaungkan sejumlah forum tendensius, konflik-konflik di Kawasan yang kita saksikan bukanlah sebuah konflik sektarian atau kesukuan, tapi pertempuran antara dua kubu. Kubu yang menghendaki Israel berkuasa dan kubu yang berusaha melawan kubu pertama.
Kubu pertama ingin mendapat akses ke sumber-sumber kekayaan Kawasan dengan cara menghancurkan negara-negara serta mencabik bangsa-bangsa di Timteng. Sementara kubu kedua berjuang mencegah runtuhnya negara-negara dan rakyatnya.
AS, Rezim Zionis, dan para antek mereka mewakili kubu pertama, sementara kubu kedua direpresentasikan oleh Iran dan Poros Perlawanan.
Berdasarkan pandangan ini, kita tidak bisa memisahkan berbagai perkembangan dan kejadian di beragam kancah yang saling berkaitan satu sama lain.
Aksi teror yang dilakukan kelompok Takfiri ISIS, yang dibina AS dan Israel, pada Minggu lalu di makam suci Ahmad bin Musa al-Kadhim a.s di Shiraz, Iran, tidak bisa dipandang sebagai bagian dari “konflik Sunni-Syiah”, kendati AS, Israel, dan anasir mereka di Kawasan berusaha mengesankan demikian.
Sebab, kelompok Syiah dan Sunni di Iran, juga penganut agama-agama lain, telah hidup rukun selama ratusan tahun di Iran sebagai saudara dan putra-putra sebuah negara. Konflik sektarian semacam ini tidak pernah ada. Bukti terbaiknya adalah bercampurnya darah semua golongan ini dalam membela Iran saat diinvasi Saddam; invasi yang dilakukannya atas provokasi dan fasilitasi AS beserta para anteknya.
Bukan suatu kebetulan bahwa ISIS mulai “bernapas” kembali selama beberapa waktu dan aktif lagi secara signifikan di Kawasan. Sejak awal bulan, ISIS telah melancarkan 3 serangan di Suriah. Serangan ketiga, yang paling berdarah, dilancarkan ke sebuah bis yang membawa para tentara Suriah di Deir Ezzour hingga menewaskan dan melukai puluhan orang. Serangan ini membuktikan berlanjutnya dukungan intelijen, keamanan, dan logistik AS untuk para teroris.
Jelas bahwa serangan ISIS terhadap Militer Suriah tidak bisa dipisahkan dari serangan Israel ke negara itu. Ada koordinasi penuh antara keduanya, yang mendapat sokongan total dari AS.
AS berusaha meraih tujuan-tujuan yang sudah diketahui semua pihak. Serangan ISIS dan Israel juga tak bisa dipisahkan dari blokade dan sanksi AS atas Suriah. Kita melihat bahwa bersamaan dengan serangan-serangan ini, AS menjarah minyak dan hasil pertanian Suriah.
Apa yang terjadi di Iran dan Suriah juga berkaitan erat dengan bertambahnya kehadiran pasukan AS di Laut Merah, Laut Oman, dan Selat Hormuz. Begitu pula halnya dengan apa yang terjadi di Irak. Berita-berita dari pangkalan Ayn al-Asad di al-Anbar menunjukkan bahwa pasukan AS tanpa alasan yang jelas berusaha menutup jalur perbatasan dengan Suriah di barat al-Anbar berbarengan dengan tibanya perangkat militer mereka di kedalaman wilayah Suriah.
Semua peristiwa ini juga berhubungan dengan serangan bersenjata ke pasukan pengawal truk Hizbullah di kota Kahalah, Lebanon, yang berujung pada gugurnya seorang personel Hizbullah. Tujuannya adalah menciptakan huru-hara baru di Lebanon demi kepentingan Israel. Meski demikian, kesigapan Hizbullah dan Militer Lebanon telah menggagalkan tujuan tersebut.
Dalam kondisi semacam ini, negara-negara dan bangsa-bangsa di Kawasan mesti waspada agar tidak terjebak dalam perangkap AS-Israel serta meningkatkan persatuan dan soliditas mereka dari waktu ke waktu. (*)
Sumber: Poros Perlawanan