BERITAALTERNATIF.COM – Pengamat politik dari Kukar Zulkifli berpendapat bahwa faktor ekonomi menjadi salah satu alasan masyarakat mau menerima politik uang dari para peserta Pemilu.
Faktor tersebut sering dimanfaatkan oleh para peserta Pemilu sebagai lahan basah demi menggapai kemenangan.
Ia mencontohkan para calon menawarkan sejumlah uang dalam jumlah cukup besar untuk memilihnya. Tawaran tersebut menjadi pertimbangan tersendiri bagi masyarakat.
Apalagi, sambung dia, uang tersebut didapatkan para pemilih tanpa harus bekerja keras. Warga hanya diminta mendatangi TPS untuk mencoblos peserta Pemilu yang memberikan mereka uang.
“Ini seolah jadi pemanis bahwa dengan kamu tidak kerja, dapat uang segini. Walaupun harus menggadaikan nasibmu 5 tahun ke depan,” terangnya kepada media ini, Selasa (23/1/2024).
Praktik politik pragmatis seperti ini, kata dia, seakan menjadi budaya yang dimaklumi ketika momentum Pemilu, serta belum bisa diatasi oleh penyelenggara dan pengawas Pemilu.
Menurut Zulkifli, politik uang bisa diatasi jika pendidikan masyarakat di atas rata-rata atau perguruan tinggi serta penduduk miskin tak lagi ada di negeri ini.
Pasalnya, sebut dia, masyarakat yang berpendidikan rendah dan berada dalam kategori miskin paling mudah dijanjikan sesuatu.
“Paling mudah diimingi janji-janji. Jika memilih saya nanti begini. Pemilih itu bukan karena isinya menjanjikan, tapi tetap juga nominalnya (uang yang ditawarkan),” sebutnya.
Namun, kata dia, sebagian masyarakat masih memiliki idealisme dalam menentukan pilihan.
Ia mencontohkan pemilih yang memilih peserta Pemilu karena rekam jejak yang baik selama menjadi pejabat publik seperti mantan kepala desa ataupun DPD.
“Pengalaman saya ya misalnya mendampingi beberapa calon anggota dewan. Kemudian mereka sampai ke parlemen itu enggak sampai juga finansial ratusan juta. Karena memang misalnya mereka punya track record yang baik di masyarakat,” pungkasnya. (mt/fb)