Search
Search
Close this search box.

Komunitas Teater Ngayau dan Pemdes Teluk Dalam akan Adakan Festival Budaya

Listen to this article

BERITAALTERNATIF.COM – Komunitas Teater Ngayau dan Pemerintah Desa (Pemdes) Teluk Dalam akan melaksanakan festival dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-77 dan HUT Desa Teluk Dalam.

Dalam rapat pembentukan panitia yang diselenggarakan di Balai Pertemuan Umum Desa Teluk Dalam pada Rabu (8/6/2022) pagi, Dr. Tatang Apendi, yang merupakan Ketua Dewan Pembina Komunitas Teater Ngayau, terpilih sebagai ketua panitia kegiatan festival tersebut.

Kepada media ini, dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) itu menjelaskan, festival ini bertujuan mewujudkan kecintaan terhadap Tanah Air.

Advertisements

“Kemudian, kita ini ingin berpartisipasi dalam program unggulan pemerintah pusat yang tercantum dalam Program Nawacita, khususnya terkait kebhinekaan dan dunia kreatif,” jelasnya.

Melalui kegiatan tersebut, pihaknya mendorong Desa Teluk Dalam sebagai desa yang diperhitungkan di tingkat lokal dan nasional.

Kata dia, kegiatan ini akan melibatkan berbagai kearifan lokal, yang tujuan utamanya memperkenalkan kekayaan daerah kepada publik sebelum pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara ke sebagian wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).

Sebagai daerah penyangga, sebut Tatang, IKN akan membawa banyak manfaat bagi masyarakat Kukar. Namun, untuk mendapatkan imbas positif tersebut, masyarakat lokal harus melakukan sesuatu.

“Tidak semata menunggu seperti hujan yang turun dari langit. Tetapi, kita berkarya dan bekerja untuk meningkatkan pendapatan masyarakat,” urainya.

“Festival ini mengangkat budaya lokal yang tadinya langka, bahkan mungkin hanya namanya saja. Kita angkat kembali. Dan itu kearifan lokal yang memang perlu kita naikkan lagi. Mungkin dengan varian dan rasa yang baru,” lanjutnya.

Festival ini akan melibatkan kelompok masyarakat yang tidak hanya diperankan sebagai obyek pembangunan, tetapi juga berperan aktif dalam berkontribusi untuk memajukan daerah.

Tatang menyebutkan, momentum HUT RI dan Teluk Dalam merupakan tonggak dalam menaikkan harkat dan martabat budaya serta adat Kutai.

Teluk Dalam, sebut dia, merupakan salah satu desa tertua di Kukar, yang juga berdekatan langsung dengan pusat pemerintahan daerah.

“Dukungan dari pemerintah tentunya sangat diharapkan. Karena niat baik kami ini tujuannya bisa mempertegas spirit cinta tanah air,” terangnya.

Dia mengungkapkan, berdasarkan penelitian, Teluk Dalam merupakan desa potensial di Kukar, yang pemerintahannya dinilai Tatang terbuka dalam bekerja sama dengan berbagai pihak, di antaranya akademisi dan komunitas.

Penggagas utama kegiatan tersebut, kata dia, merupakan Komunitas Teater Ngayau, yang kemudian mendapat respons positif dari BUMDes Teluk Dalam.

“Insyaallah ini akan terwujud suatu kegiatan yang luar biasa,” katanya.

Pihaknya tak ingin menuntut banyak hal dari pemerintah daerah terkait pelaksanaan kegiatan tersebut. Kepanitiaan festival ini akan terlebih dahulu berbuat sesuatu yang bermanfaat, sehingga bisa bermanfaat dalam jangka pendek maupun jangka panjang bagi masyarakat daerah.

“Tentunya dukungan moril dan materiil itu bagiannya nanti. Yang penting kami berbuat dulu,” ucapnya.

Ia menyebutkan bahwa festival ini akan menampilkan 60% budaya lokal dan 40% budaya-budaya dari luar daerah. Kolaborasi ini sebagai wujud apresiasi terhadap kebhinekaan Indonesia yang tercermin di Teluk Dalam.

Sejatinya, panitia ingin melibatkan peserta yang berasal dari semua daerah di Kalimantan Timur. Namun, karena keterbatasan waktu dan jangkauan, kepanitiaan akan memprioritaskan festival kebudayaan yang mengikutsertakan daerah-daerah bekas wilayah Kutai seperti Kukar, Kutim, Kubar, dan Bontang.

“Dalam festival ini, kita akan angkat sendi-sendi tradisional masyarakat Kutai,” sebutnya.

Tatang menegaskan, festival ini akan diarahkan sebagai pilot project ekonomi kreatif bagi daerah, khususnya Kukar, sehingga tidak semata dilaksanakan kemudian berakhir begitu saja, tetapi diharapkan tercipta bibit-bibit lokal untuk memelihara budaya Kutai.

“Kami ingin ada tindak lanjut dari kegiatan itu, terutama pembinaan. Saya berobsesi bahwa bibit-bibit dari hasil festival ini bisa tampil di tingkat nasional dan internasional,” pungkasnya. (*)

Advertisements

Bagikan

Kunjungi Berita Alternatif di :

Advertisements

BERITA TERKAIT

Advertisements
POPULER BULAN INI
INDEKS BERITA