Oleh Toto Sudarto Bachtiar*
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dari kemayaan riang
Duniamu yang lebih tinggi dari Menara katedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kauhafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan di atas itu, tak ada yang punya
Dan kotaku, ah kotaku
Hidupnya tak lagi punya tanda
1955
*)Toto Sudarto Bachtiar diperkenalkan pertama kali oleh kritikus sastra H.B. Jassin dengan sajaknya “Ibu Kota Senja”. Ia lahir di Palimanan, Cirebon, 12 Oktober 1929 dan meninggal pada Selasa, 9 Oktober 2007 di Ciamis, Jawa Barat.
(Sumber: SUARA Kumpulan Sajak 1950-1955 Toto Sudarto Bachtiar. Penerbit: PN BALAI PUSTAKA)