BERITAALTERNATIF.COM – Pada momentum peringatan Aksi Solidaritas Palestina yang dikenal sebagai Hari Al-Quds Internasional, Barisan Resistensi Al-Aqsa (BARQ) melontarkan pernyataan sikap yang berisi sejumlah kecaman terhadap entitas Zionis Israel dan Amerika serikat.
Protes yang dibuat dalam poin-poin tersebut diserukan oleh aktivis yang tergabung dalam BARQ. Hal ini merupakan pernyataan sikap mereka saat menggelar aksi di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta pada Jumat (28/3/2025).
Dalam pernyataan sikapnya, BARQ menjelaskan, sejak tahun 1948, rakyat Palestina terus dijajah Zionis dengan begitu brutal di depan mata dunia. Hingga belakangan, bangsa Palestina mengalami agresi dan genosida paling brutal sepanjang sejarah.
Penjajahan ini merupakan dalih untuk membalas operasi gemilang para pejuang Palestina yang bertajuk Badai al-Aqsa yang dilancarkan pada 7 Oktober 2023. Rezim ilegal dan kolonial Zionis bernama “Israel” yang semakin membabi buta melancarkan agresi militer secara besar-besaran terhadap rakyat tak bersalah di Gaza dan Tepi Barat.
Terbilang sudah ratusan ribu korban warga Palestina yang jatuh, baik gugur syahid maupun cedera. Belum lagi kerusakan infrastruktur sipil dan sosial seperti rumah sakit, sekolah, rumah warga, gardu listrik, air dan lain-lain yang hancur total hingga rata dengan tanah.
Kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan pun senantiasa dilanggar oleh rezim ilegal Zionis Israel yang terus saja membombardir warga sipil Palestina. Kondisi yang sama juga dialami oleh rakyat dan patriot Lebanon di wilayah Selatan, rakyat Yaman yang gigih membela Palestina, atau wilayah selatan Suriah yang terus dicaplok rezim kolonial Zionis Israel dengan leluasa.
Semua kekacauan dan rangkaian kejahatan itu memicu tragedi kemanusian terbesar di abad ini. Tentu mustahil dilakukan sendiri oleh rezim Zionis Israel.
Tanpa sokongan rezim arogan Amerika Serikat, koloni Zionis niscaya sudah lama dibuang ke tempat sampah.
Awal Maret lalu, ungkap BARQ, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio meneken deklarasi percepatan pencairan 4 miliar dolar AS (sekitar Rp 66 triliun) dari 12 miliar dolar AS yang dianggarkan untuk membantu Israel secara militer.
Fenomena ini melampaui klaim rezim Amerika Serikat bahwa bantuan yang diberikan mereka diniatkan untuk menjaga keamanan koloni Zionis Israel dari ancaman di sekelilingnya.
Pada faktanya, justru Zionis yang menjadi ancaman utama di kawasan, bahkan di dunia.
Pada intinya, bantuan militer AS untuk Israel yang bernilai fantastis tersebut selama beberapa dekade berasal dari pajak yang dipungut dari warga Amerika. Bantuan itu sejatinya bukan untuk Israel tapi untuk rezim Amerika Serikat itu sendiri.
Tujuannya adalah menopang hegemoni, dominasi, kolonialisasi, dan eksploitasi Amerika secara regional maupun global.
“Rezim Zionis hanyalah anjing penjaga bayaran rezim AS untuk menjaga hegemoni dan kepentingannya di Asia Barat, ” ungkap BARQ dalam rilisnya baru-baru ini.
Bukti lain yang sangat kentara adalah ocehan biadab Presiden AS Donald Trump terkait Palestina. Trump dengan entengnya dan bernada cemooh berencana mengungsikan warga Palestina ke Mesir dan Yordania.
“Ocehan ini adalah ungkapan paling vulgar sekaligus arogan untuk menormalisasi proyek genosida terhadap rakyat Palestina,” jelas BARQ.
Di belahan dunia lain, suara rakyat dan pemuda yang membela kemanusiaan di kampus-kampus dan jalanan kian intens dilakukan. Hal ini dipicu atas kesadaran masyarakat terhadap kebiadaban Amerika Serikat dan Zionis Israel sudah membuat para penguasa gerah.
Kini, di Amerika Serikat dan beberapa negara sekutu, suara dukungan untuk perjuangan pembebasan bangsa Palestina dan kecaman terhadap penjajahan Zionis bisa menyebabkan seseorang dijebloskan dalam penjara atau dideportasi dengan tuduhan “mendukung terorisme” dan “anti semitisme”.
Fenomena ini dianggap aneh oleh BARQ, sebab pengekangan terhadap kebebasan berekspresi ini terjadi di negara-negara yang gencar mengakui diri mereka sebagai pembela demokrasi, khususnya negara-negara Eropa.
Semua perkembangan yang terjadi di Palestina dan upaya pemberangusan terhadap dukungan bagi pembebasan Palestina membuat Hari Al-Quds Internasional tahun ini semakin besar dan semakin penting.
Sejak dicetuskan pertama kali oleh Imam Khomeini pasca Revolusi Islam di Iran, peringatan Hari Al-Quds sebagai momentum menyuarakan penolakan terhadap penjajahan Israel dan Amerika Serikat telah berevolusi dari sekadar hari berdemonstrasi. Hari Al-Quds Internasional telah dikukuhkan sebagai Hari Perlawanan.
Di Jumat terakhir bulan suci Ramadan, jutaan simpatisan perjuangan pembebasan Palestina di seluruh dunia turun ke jalan untuk menyuarakan solidaritas mereka. Bagi rakyat Palestina, yang terus-menerus dibombardir di tengah abainya para elit politik dunia, aksi ini adalah tanda bahwa mereka tidak ditinggal sendirian.
Tahun ini, faksi-faksi pejuang Palestina telah menyerukan kebangkitan massa terhadap kejahatan Israel. Di bawah hujan bom dan drone, mereka menyerukan dunia Islam untuk mengambil tindakan, dengan cara mendukung secara kolektif gerakan Hamas, Jihad Islam, serta Hizbullah dan Ansarullah.
Di Indonesia, dukungan dan simpati rakyat terhadap penderitaan dan perjuangan bangsa Palestina tidak pernah padam dan kian menguat. Memang, semangat perlawanan terhadap penjajahan adalah sesuatu yang selalu ada di hati bangsa Indonesia.
“Perjuangan berlanjut, dan Hari Al-Quds Internasional menjadi pengingat bahwa api perlawanan terus berkobar, bahkan lebih besar, dan semakin besar, hingga pembebasan Palestina dengan kehendak Allah SWT,” tutup BARQ. (*)
Penulis: Ulwan Murtadho