BERITAALTERNATIF.COM – BBC berkali-kali mempublikasikan hoaks soal Suriah, mulai dari yang amatiran, sehingga dengan mudah terungkap (menggunakan foto mayat-mayat korban tentara AS di Irak, disebut sebagai korban senjata kimia Assad; serta menggunakan foto puing-puing bangunan di Irak, disebut sebagai ‘korban bom barrel rezim Assad’), hingga hoaks yang rumit. Butuh ‘perjuangan’ supaya bisa mengungkap hoaks yang rumit ini.
Contoh hoaks rumit adalah film korban senjata kimia atau bom napalm di Aleppo yang disiarkan BBC. Pada tanggal 29 Agustus 2013, BBC memberitakan telah terjadi serangan bom napalm di Aleppo. Di dalam video yang ditampilkan, ada seorang dokter perempuan bernama Dr. Rola bermasker yang berbicara di dekat pagar rumah sakit.
Ia mengatakan, “…It’s just absolute chaos and carnage here, erm we’ve had a massive influx of what looks like serious burns, er seems like it must be some sort of, I’m not really sure, maybe napalm, something similar to that.”
Perhatikan, ia menyebut napalm. Lalu, pada 30 September, BBC menayangkan film dokumenter dengan judul “Saving Syrian Children”. Dalam film itu diceritakan bahwa reporter BBC bernama Ian Pannel melakukan perjalanan ke Suriah bersama dua dokter Inggris bernama Dr. Rola dan Dr. Saleyha. Kedua dokter ini membawa misi amal dari lembaga bernama ‘Hand in Hand for Syria’ untuk membuat rumah sakit darurat di Aleppo. Saat mereka sedang di sana, ‘kebetulan’ terjadi serangan senjata kimia. Orang-orang berdatangan dan diberi pertolongan oleh kedua dokter Inggris ini. Lalu, kembali dimunculkan adegan ketika Dr Rola dengan mengenakan masker berbicara di dekat pagar rumah sakit.
Namun kalimatnya berbeda, “… It’s just absolute chaos and carnage here, erm we’ve had a massive influx of what looks like serious burns, er seems like it must be some sort of chemical weapon, I’m not really sure..”
Pada tanggal 29 Agustus, Dr. Rola menyebut ‘napalm’, sedang pada tanggal 30 September, berubah menjadi ‘senjata kimia’. Netizen yang gigih membongkar disinformasi soal Suriah bahkan melakukan cek audio untuk memastikan bahwa yang terjadi adalah editing suara, bukan dua kali rekaman suara. Seorang netizen bernama Robert Stuart adalah orang yang paling ngotot menelusuri kasus ini. Ia menulis surat kepada BBC mempertanyakan perubahan kata tersebut dari napalm menjadi chemical weapons. Pada tanggal 2 Desember 2013, BBC menjawab surat itu dengan mengakui, memang telah dilakukan pengeditan dan itu adalah ‘hal biasa’.
Tentu saja penjelasannya tidak sesederhana itu. Mengapa diubah dari napalm ke senjata kimia? Dalam selang 1 bulan (antara 29 Agustus dengan 30 September), dunia sudah dibuat heboh dengan berita tentang bom napalm. Tuduhan bom napalm ditayangkan BBC tanggal 29 Agustus, beberapa saat sebelum dilakukannya voting di parlemen Inggris, apakah mereka akan menyerang Suriah atau tidak. Hasil voting: tidak.
Bom napalm pernah digunakan tentara AS di Vietnam dan memiliki efek yang amat-sangat mengerikan, jauh berbeda dengan para korban yang terlihat di film BBC itu. Orang-orang yang paham medis akan segera mendeteksi, bahwa orang dalam film BBC itu bukan korban bom napalm. Karena itulah, pada tayangan tanggal 30 September, diedit menjadi ‘senjata kimia’.
Kejanggalan lainnya adalah kejadian serangan senjata kimia itu disebutkan di sebuah sekolah sehingga korban terbanyak adalah anak-anak dan remaja. Padahal, pada bulan Agustus, sekolah-sekolah di Suriah sedang libur. Kemudian, ‘akting’ para korban tenaga medis terlihat janggal. Ada adegan di mana seseorang lelaki dewasa terlihat memberi kode dengan tangan dan tiba-tiba tiba saja remaja di ruangan itu mulai mengerang-erang. Terdengar suara dalam bahasa Inggris, “Kami ini manusia, kami hanya ingin hidup, apakah kami tidak berhak hidup?”
Ada seorang yang terbaring tapi wajahnya tidak terlihat stres sebagaimana seharusnya korban senjata kimia. Di menit lain, ia malah terlihat berjalan tanpa arah. Tenaga medis juga terlihat lalu lalang, tidak jelas melakukan apa. Sebagian staf RS (termasuk Dr. Rola) menggunakan masker, namun lebih banyak yang tidak. Bahkan reporter BBC (Ian Pennel) pun dengan santai tidak menggunakan masker, padahal ada di tangannya.
Setelah melakukan wawancara di dekat pagar, Dr. Rola pun melakukan pertolongan dan menyuruh semua orang yang bukan pasien keluar (namun anehnya, kameramen tetap di ruangan untuk merekam Rola).
Wawancara di halaman ini juga janggal. Robert Stuart berkomentar, “Dokter macam apa yang meladeni wawancara ketika dia sedang dikelilingi oleh para pelajar sekolah yang (konon) dalam kondisi sangat serius dan hampir mati akibat bom napalm?” Selain itu, adegan wawancara yang ditayangkan tanggal 29 Agustus ternyata sedikit berbeda dengan tanggal 30 September. Artinya, wawancara dilakukan lebih dari satu kali (layaknya pembuatan film: re-take berkali-kali), namun di-dubbing dengan suara yang sama (yang kemudian juga diedit, dari napalm menjadi chemical weapon).
Di sinilah janggalnya: bukankah ini film dokumenter yang merekam kejadian ‘sebenarnya’, di mana para korban senjata kimia berdatangan, dan situasi sedang panik dan chaos? Kok sempat-sempatnya dilakukan re-take adegan? Berarti korban juga bolak-balik diangkut berseliweran di pagar? Ini korban senjata kimia sungguhan, atau sekedar akting? (Sumber: Dina Sulaeman dalam buku Salju di Aleppo)