BERITAALTERNATIF.COM – Hoaks yang dibuat MSF, White Helmets, serta Dokter Rola dan BBC, meskipun akhirnya terbongkar setelah melalui penyelidikan yang cermat, pembuatannya jelas tidak mudah, membutuhkan dana dan upaya serius—minimalnya diperlukan orang-orang yang percaya diri tampil berakting di depan kamera.
Ada jenis hoaks lain yang sangat masif disebarkan oleh para simpatisan mujahidin, yang dengan mudah dibuat. Mereka menggunakan foto bocah Palestina yang ditembak Israel, korban kecelakaan mobil di Turki, foto lama tragedi Shabra-Shatila di Lebanon, atau gempa bumi di Azerbaijan, lalu diberi keterangan foto: korban kejahatan Assad.
Untuk mengeceknya pun sangat mudah, masukkan foto itu ke Google Image, dan dalam hitungan detik, akan keluar foto-foto serupa. Lalu, kita bisa melacaknya dengan melihat waktu posting. Misalnya, foto berikut ini, yang diunggah di akun Twitter penceramah terkenal Indonesia, Bachtiar Nasir.
Gambar (1) adalah korban pembantaian massal di Irak (2003), karya fotografer Marco di Lauro. BBC pernah menggunakan foto ini dengan diberi keterangan ‘korban pembunuhan massal di Suriah’ (2012) dan menyatakan bahwa foto dikirim oleh ‘aktivis’. Fotografer asli foto tersebut, Marco di Lauro langsung mengirim pernyataan protes. Akhirnya BBC menghapusnya sambil berdalih, “Kami memuatnya dengan catatan bahwa foto ini tidak bisa diverifikasi’. Namun para simpatisan ‘mujahidin’ tak jera mendaur ulangnya kembali. Bahkan hingga tahun 2016, foto ini tetap dipakai untuk menebar hoaks.
Sedangkan Gambar (2) adalah foto tiga mayat anak-anak Palestina, antara lain pernah dimuat di sebuah web Perancis tahun 2009.
Contoh lain hoaks amatiran ini adalah poster yang dipublikasikan akun Fanpage Muslimah For Khilafah (Kantor Juru Bicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia). Poster ini diberi keterangan foto: Hizbut Tahrir Menyelenggarakan Seminar Perempuan yang Krusial: “Bersegera Menegakkan Khilafah Untuk Melindungi Para Perempuan Mulia Syam”…. [Acara ini] adalah forum pertemuan tokoh perempuan yang pertama kali diadakan dan bertujuan untuk memfokuskan perhatian dunia, khususnya pada penderitaan dan kebrutalan luar biasa yang dialami oleh perempuan dan anak-anak Suriah di tangan pembunuh massal Bashar Al Assad dan rezim Ba’athistnya yang kufur… [dst]”
Foto perempuan yang berlumuran darah itu adalah foto perempuan Irak, pernah di-posting tahun 2011. Foto kedua adalah foto bayi di reruntuhan gempa di Azerbaijan Timur, sedang foto ketiga (dua bocah berlumuran darah) ternyata adalah foto anak Palestina korban kejahatan Israel. Cara mengeceknya sama seperti tadi, yaitu dengan memasukkan foto-foto tersebut ke Google Image.
Foto perempuan yang berlumuran darah itu adalah foto perempuan Irak, pernah di-posting tahun 2011. Foto kedua adalah foto bayi di reruntuhan gempa di Azerbaijan Timur, sedang foto ketiga (dua bocah berlumuran darah) ternyata adalah foto anak Palestina korban kejahatan Israel. Cara mengeceknya sama seperti tadi, yaitu dengan memasukkan foto-foto tersebut ke Google Image.
Tak hanya di Indonesia. Netizen dari luar negeri pun banyak yang menggunakan hoaks amatiran ini. Ketika Aleppo timur dibebaskan oleh tentara Suriah pada Desember 2016, para simpatisan ‘mujahidin’ di berbagai negara beramai-ramai mengunggah foto-foto dari berbagai tempat dan disebut sebagai ‘korban genosida Assad’. Para ‘seleb medsos’ berperan dalam sirkulasi hoaks ini. Misalnya, akun Slman (Saudi) yang punya 28.000 follower menggunakan foto capture dari sebuah video klip musik. Akun Reem Medhhat yang punya 133.000 follower memakai foto korban Israel di Gaza. Akun Dima Sadek dengan 123.000 follower menggunakan oleh korban bom di Pakistan. Semua disebut sebagai korban kejahatan tentara Assad di Aleppo. (Sumber: Dina Sulaeman dalam buku Salju di Aleppo)