Search
Search
Close this search box.

Ikhtiar Mansyur Menggapai Mimpi sebagai Dosen dan Pengacara di Kaltim

Listen to this article

BERITAALTERNATIF.COM – Mansyur merupakan pemuda kelahiran Bima pada tahun 1992. Dia adalah anak dari pasangan Hamdon dan Mulyati. Dulu, ayahnya bekerja sebagai kernet bus.

Ia menyelesaikan jenjang pendidikan dasar hingga menengah di Bima. Di tengah usahanya merampungkan studi di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), Mansyur juga tekun melakoni profesi sebagai petani bawang.

Orang tuanya tak pernah menginjak bangku sekolah. Karena alasan ini pula orang tuanya, terlebih sang ayah, mendidik Mansyur dengan cara yang cukup keras.

Advertisements

Dia tidak diperbolehkan masuk sekolah jika ia belum bisa menulis dan membaca. Atas disiplin pendidikan dalam lingkungan keluarganya, Mansyur selalu masuk peringkat 3 besar di kelas dari Sekolah Dasar (SD) hingga SMA. Saat duduk di bangku SMA, ia pernah masuk peringkat 5 besar dalam olimpiade akuntansi.

Setelah lulus SMA, Mansyur dikirim ke Malang untuk menempuh pendidikan tinggi di kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur tersebut. Ia mengambil jurusan sosiologi di IKIP Budi Utomo Malang.

Jurusan yang diambil Mansyur berlawanan dengan keinginannya. Sejatinya, dia ingin mengambil jurusan hukum. Namun, sang ayah tak membolehkannya.

Kala libur kuliah di Malang, Mansyur berangkat ke Makassar. Saat itu, Universitas 45 Makassar, yang kini berubah nama menjadi Universitas Bosowa Makassar, membuka pendaftaran untuk mahasiswa baru. Mansyur pun mendaftarkan diri. Ia kemudian lulus sebagai mahasiswa baru jurusan hukum di kampus tersebut.

Selepas diterima sebagai mahasiswa baru Universitas Bosowa, Mansyur tak mengabarkan hal ini kepada ayahnya. Dia hanya memberikan kabar kepada ibunya bahwa ia telah memutuskan untuk pindah kuliah dari Malang ke Makassar.

Meski begitu, ayahnya tetap mengetahui keputusan yang diambil Mansyur. Karena itu, sang ayah tak mau berbicara dengan Mansyur. Ia tak mundur sedikit pun di tengah tantangan tersebut, walau harus menempuh pendidikan tinggi di Makassar dengan modal nekat dan doa sang ibu.

Di lingkungan keluarganya, Mansyur merupakan anak kesayangan ayahnya. Meskipun berusaha tetap tegar menjalani proses pendidikan tanpa restu ayahnya, Mansyur tetap menyimpan rasa sedih.

Dia bertekat membuktikan kepada ayahnya bahwa pilihan untuk menempuh pendidikan tinggi di Makassar tepat adanya.

Keteguhan sikapnya berbuah hasil. Dua bulan setelah diterima di Universitas Bosowa, ayahnya memberikan isyarat untuk membangun komunikasi kembali dengan Mansyur.

Hal ini bermula saat Hari Sumpah Pemuda. Kala itu, Mansyur naik ke atas mimbar untuk menyampaikan orasi. Aksi Mansyur kebetulan ditayangkan oleh sebuah televisi swasta nasional.

Akhirnya, sang ayah menelepon Mansyur. Dari seberang sana, ayahnya mengeluarkan kalimat-kalimat pujian, juga menyampaikan kebanggaannya kepada Mansyur.

“Pulanglah, saya rindu,” ucap sang ayah saat meneleponnya saat itu, sebagaimana dikisahkan kembali oleh Mansyur kepada awak beritaalternatif.com pada Selasa (14/3/2023).

Selama menempuh pendidikan tinggi di Makassar, Mansyur mengikuti sejumlah organisasi, di antaranya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, dan organisasi-organisasi lainnya.

Pada tahun 2013, Mansyur memutuskan hanya aktif di HMI. Dia pun mengikuti ragam pelatihan di organisasi tersebut, hingga diutus sebagai peserta Latihan Kader II ke HMI Cabang Bulukumba.

Mengejar Mimpi di Kaltim

Mansyur berhasil menyelesaikan S1 di Universitas Bosowa pada tahun 2016. Ia kemudian melanjutkan pendidikan di jenjang pascasarjana di kampus tersebut. Namun, dia tak menyelesaikannya karena terkendala pembiayaan.

Belakangan, dia memutuskan untuk merantau ke Kota Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Keputusannya mengadu nasib ke Kaltim hanya bermodal nekat. Pasalnya, di provinsi ini dia tak memiliki satu pun keluarga.

Di lain sisi, Mansyur tak bermaksud menetap di Kaltim. Ia hanya ingin mencari pekerjaan demi mengumpulkan modal untuk biaya pernikahannya.

“Saya punya prinsip bahwa saya punya organisasi, karena di HMI mempunyai slogan berteman lebih dari saudara, maka dari itu saya ke mana pun selama ada HMI insyaallah tetap jalan,” ucapnya.

Dua bulan setelah berada di tanah rantau, Mansyur ditelepon oleh ayahnya. Ia diminta untuk melanjutkan studi pascasarjana. Namun syaratnya, sang ayah hanya menanggung biaya perkuliahan. Sementara biaya hidup sehari-hari harus ditanggungnya sendiri.

Mansyur pun memutuskan melanjutkan S2 di Universitas Mulawarman Samarinda. Ia mengambil jurusan hukum, yang linear dengan jurusannya di S1. Akhirnya dia lulus pada tahun 2019.

Bermodal ilmu hukum yang didalaminya, Mansyur mengikuti pendidikan khusus profesi advokat yang dilaksanakan oleh sebuah organisasi advokat di Kaltim. Pada November 2019, Mansyur diangkat menjadi advokat. Ia disumpah di Pengadilan Tinggi Samarinda.

Pada pertengahan Desember 2019, ia mengakhiri masa lajangnya. Ia menikahi perempuan bernama Nur Laela, yang juga kader HMI. Perempuan tersebut merupakan lulusan Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) Tenggarong. Saat ini keduanya telah dikaruniai seorang anak laki-laki yang telah berusia 2 tahun.

Enam bulan sebelum menyelesaikan S2 di Universitas Mulawarman, ia pernah bekerja di Mega Auto Finance. Ia ditugaskan di bagian pemasaran atau marketing. Tak lama kemudian dia memutuskan untuk pindah ke Armada Finance.

Pengacara dan Dosen

Selain menjadi pengacara, pada tahun 2021 Mansyur diangkat sebagai dosen tetap Fakultas Hukum Unikarta Tenggarong. Profesi terakhir merupakan cita-citanya sejak berusia belia.

Saat ini dia telah mengantongi surat keputusan sebagai dosen tetap, serta memegang nomor induk dosen nasional. Ia juga tengah mengajukan peningkatan jabatan fungsional sebagai asisten dosen.

“Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini segera keluar karena hampir selalu juga saya mengurusnya,” harap Mansyur.

Kesuksesan Mansyur meniti tangga karier sebagai dosen dan pengacara membuat ayahnya bangga. Pasalnya, selain mimpinya, profesi guru ataupun dosen juga merupakan keinginan sang ayah.

Selain melakoni profesi sebagai dosen di Fakultas Hukum Unikarta Tenggarong, saat ini Mansyur juga menjabat sebagai Ketua LBH Fakultas Hukum. Ia pun tercatat sebagai Ketua DPD Himpunan Advokat Pengacara Indonesia Kaltim.

Di luar kesibukannya sebagai dosen dan pengacara, selama 2 tahun terakhir ia melakoni profesi sebagai petani jarak jauh. Caranya, Mansyur memberikan modal kepada ayahnya untuk menanam bawang merah di Bima.

Setelah panen, bawang itu kemudian dibawa ke Kutai Barat hingga Kutai Timur. Dia menyimpan bawang tersebut di sebuah gudang yang berlokasi di Kecamatan Loa Janan.

Mansyur mengaku belum puas dengan pencapaiannya saat ini. Sebagai anak pertama dari 5 bersaudara, ia bercita-cita membawa adik-adiknya melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang tertinggi.

“Agar mereka tidak terpengaruh pemikiran orang-orang di kampung: ‘jika sudah lulus SMA ya langsung nikah saja, untuk apa kuliah’. Maka dari itu saya ingin membawa adik-adik saya ke sini,” katanya. (*)

Penulis: Nadya Fazira

Editor: Ufqil Mubin

Advertisements

Bagikan

Kunjungi Berita Alternatif di :

Advertisements

BERITA TERKAIT

Advertisements
POPULER BULAN INI
INDEKS BERITA