Oleh Jafar Fakhrurozi*
sepagi ini, hujan enggan pergi
ada banyak yang tertahan
terganjal di pintu pagi
rencana-rencana berjejalan
siap dilepaskan
lihat, ada banyak muslihat
dalam sorot mata ain
ditebar dari pintu kamar
hingga ruang sidang
itulah desah si bromocorah
sebagiannya, ketakutan
dan putus asa
mata-mata kaum papa
saban hari meratapi nasib
terhimpit di gang-gang sempit
dikuntit pinjol dan judol
lalu di media pagi-pagi
ada yang bundir menggantung
di pintu truk dan jalan layang
sementara, di ujung kecemasan
terdengar alunan gumam
serupa doa-doa yang dipanjatkan
itulah nyanyi orang-orang suci
senantiasa menjaga negeri
dari murka dan malapetaka
sepagi ini, jalanan masih basah
orang-orang kembali ke ranjang
mendaur ulang mimpi dan harapan
barangkali banjir tak jadi mampir.
INA, 2024
*) Jafar Fakhrurozi, lahir di Majalengka (Jawa Barat), 26 September 1983. Pengajar di Universitas Teknokrat Indonesia, Bandarlampung. Menulis puisi, esai, dan artikel ilmiah di media massa dan jurnal ilmiah. Saat ini tengah menempuh studi S3 program doktor Ilmu Sastra di Universitas Padjadjaran.