BERITAALTERNATIF.COM – Invasi Zionis ke Rafah dinilai sebagai ekspresi brutal dari sisa kekuatan Israel sebelum kehancurannya.
Jurnalis senior dari Indonesia Dede Azwar menjelaskan bahwa tindakan brutal Zionis menunjukkan ia telah kehilangan orientasi.
“Yang penting bagi dia adalah bertahan hidup dan eksis,” tegasnya kepada awak media Berita Alternatif di Kota Samarinda pada Minggu (19/5/2024).
Kekuatan Zionis yang tersisa saat ini, kata dia, hanya berupa gerombolan yang berusaha tetap eksis di tanah Palestina.
“Sebenarnya sudah tidak ada lagi negara palsu yang disebut Israel,” ucapnya.
Ia menyebut Amerika Serikat (AS) sengaja berlepas diri dari invasi Israel ke Rafah. Padahal, pelaku sejati dalam genosida tersebut adalah AS.
Dede menegaskan bahwa AS tengah membuat skenario untuk membangun Palestina pasca keruntuhan Rezim Zionis.
Pemerintah AS, sambung dia, akan menjadikan kelompok seperti Fatah sebagai penguasa di Palestina pasca kejatuhan Israel.
Langkah ini akan diambil melalui proposal dan persetujuan Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan negara-negara boneka AS di Asia Barat.
“Jadi, ada agenda kedua; plan yang mereka buat. Untuk apa? Mempertahankan hegemoninya di Palestina, yang berarti mempertahankan hegemoninya di Asia Barat,” katanya.
Ia menyebut AS hendak mengubur Rezim Zionis dari panggung sejarah dunia. Namun, langkah ini diambil setelah tercipta banyak korban jiwa.
“Supaya menciptakan tragedi. Jadi, yang disorot nanti Rezim Zionis, bukan Amerika,” terangnya.
Di sisi lain, ungkap Dede, AS ingin memberikan kesan kepada dunia bahwa Poros Perlawanan tetap berada dalam posisi lemah.
“Padahal, kekuatan sebenarnya ada di Perlawanan dengan beberapa bukti operasi militer mereka,” ungkapnya.
Menurut dia, Poros Perlawanan masih tetap eksis dan kuat di Asia Barat. Pasalnya, Iran yang merupakan pemimpin Perlawanan belum turun secara langsung dalam gelanggang perang tersebut.
“Bisa dibayangkan Iran turun langsung. Terbukti dengan serangan 13 April kemarin, yang menjadikan kaget dunia Barat,” ucapnya.
Serangan Iran ke Tanah Pendudukan telah dicegat secara berlapis oleh Zionis dan sekutunya seperti Yordania dan Arab Saudi. Namun, serangan tersebut tetap menembus pertahanan Israel.
“Ini menunjukkan bahwa secara militer mereka sudah enggak berdaya,” ujarnya.
Apabila Iran memiliki momentum dan alasan untuk turun secara langsung dalam perang tersebut, maka kemerdekaan Palestina akan segera terwujud.
Dede menegaskan, Iran tidak akan terjun secara langsung dalam perang di Palestina. Perjuangan untuk kemerdekaan bangsa tersebut harus diusahakan oleh rakyat Palestina.
“Kalau Iran campur tangan langsung, kemerdekaan itu menjadi proksinya Iran. Logika ini yang dihindari Iran. Ini harus diperjuangan murni oleh bangsa Palestina sendiri,” katanya. (*)
Penulis & Editor: Ufqil Mubin