BERITAALTERNATIF.COM- Direktur Pelayanan Perizinan Sektor Non Industri Kementerian Investasi BKPM Edy Junaedi menyampaikan materi Pemulihan Ekonomi Melalui Kemudahan Perizinan Berusaha bagi Kalangan UMK dan Mahasiswa pada acara yang bertajuk Investment Goes To Campus di Universitas Mulawarman Samarinda pada 28 Februari 2023.
Acara tersebut dihadiri oleh Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kalimantan Timur (Kaltim) Donna Faroek dan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kaltim, Puguh Harjanto.
Dalam pemaparan materinya, Edy menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,01% pada triwulan IV dan secara kumulatif tahun 2022 tumbuh 5,31%.
Edy menekankan tentang pentingnya investasi atau the investment effect. Sebagai contoh, ia memaparkan, di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah (Sulteng), jumlah penduduknya hanya sekitar seratus ribu jiwa, namun pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kabupaten ini tergolong tertinggi di Indonesia, yakni sekitar 28,8%. “Luar biasa tinggi sekali,” ujar Edy.
Ia melanjutkan, di daerah tersebut terdapat kawasan industri yang bernama Indonesian Morowali Industrial Park (IMIP), sebuah kawasan industri yang menjadi tempat beberapa perusahaan besar seperti nikel dan olahan sejenisnya berada dalam satu lokasi dan menyerap sekitar 70 ribu tenaga kerja.
“Dalam investment effect ini kita bisa lihat memang investasi itu 15% dalam rumus pertumbuhan ekonomi, tapi jangan lupa dari investasi itu bisa ke mana-mana efeknya, seperti sektor-sektor jasa, kafe, restoran, dan tempat rekreasi. Jasa itu bisa menyerap tenaga kerja dan otomatis menghasilkan pendapatan yang nanti untuk dibelanjakan lagi,” katanya.
Sementara itu, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBB) tersebut akan terkonversi untuk penghasilan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Otomatis PNS akan membelanjakan uangnya sehingga terciptalah daya beli, dan akan banyak lapangan pekerjaan yang terbuka untuk pertumbuhan ekonomi.
“Bayangkan tenaga kerja ini mendapatkan gaji di atas UMP sekitar lima sampai sepuluh juta. Ada daya beli lagi, belanja lagi,” ucapnya.
Edy menyimpulkan bahwa peran investasi sangat penting, karena lebih dari 15% untuk pertumbuhan ekonomi di suatu negara maupun daerah.
Sementara itu, Edy juga memaparkan pertumbuhan ekonomi beberapa negara yang tergabung pada G20 seperti Amerika, Uni Eropa, RRT, Korea Selatan, India, Inggris dan Rusia.
Ia menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut tidak lebih bagus dari Indonesia yang secara kumulatif terbilang stabil di tahun 2022, yakni sekitar 5,31%.
Dalam hal UMKM, di Indonesia terdapat sekitar 65,5 juta unit. Jumlah tersebut bila dikonversikan menjadi total serapan tenaga kerja sekitar 97%, sehingga kontribusinya terhadap PDB diperkirakan sekitar 60,3%.
“Artinya, bila dikonversikan dari 14 ribu triliun PDB nasional itu disumbang oleh sektor UMKM,” jelas Edy.
Dia juga menyebutkan sejak tahun 1998 pada saat krisis ekonomi di Indonesia, yang menyelamatkan ekonomi nasional waktu itu adalah peran UMKM yang tetap tumbuh perlahan sehingga Indonesia kembali pulih. Kata Edy, UMKM memiliki kontribusi terhadap ekspor nasional sebesar 14,4% .
Ia juga menyebutkan, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mempunyai beberapa program, yakni mencanangkan bahwa setiap investor besar wajib berkolaborasi dengan pengusaha UMKM agar menciptakan sumber pertumbuhan ekonomi baru guna mewujudkan visi Indonesia sentris.
Berikutnya, Menteri Investasi memiliki program yang mendorong pengusaha daerah menjadi tuan di negeri sendiri. Kemudian, UMKM memiliki peluang besar untuk naik kelas dalam memajukan daerah masing-masing. Terakhir, menahan laju urbanisasi dalam rangka pemerataan ekonomi nasional.
Adapun capaian program kemitraan usaha besar dengan UMKM berdasarkan Peraturan Menteri (Permen) Nomor 1 Tahun 2022, terdapat lima provinsi dengan perkiraan nilai pekerjaan terbesar di Indonesia.
Provinsi pertama diraih oleh Sulawesi Tenggara sebesar Rp 7,45 triliun, disusul Maluku Utara Rp 7,37 triliun, kemudian Sulteng Rp 2,98 triliun, Kaltim Rp 1,75 triliun, dan Jawa Barat Rp 1,02 triliun.
“Ini yang membanggakan kita semua. Kaltim masuk lima besar. Mudahan Kaltim tahun ini bisa lebih meningkat lagi, bisa naik, paling tidak menjadi tiga besar,” harap Edy. (*)
Penulis: Arif Rahmansyah
Editor: Ufqil Mubin