BERITAALTERNATIF.COM – Aktivis muda asal Indonesia Muhammad Al-Hasni menyebut konflik di Jalur Gaza bukan sebagai perang, melainkan genosida yang sengaja dilancarkan rezim Zionis Israel.
Menurut dia, Israel hanya menghancurkan bangunan serta membunuh masyarakat sipil. “Bukan perlawanan atau militernya,” ucap dia sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Bincang Berita Maula TV pada Selasa (15/10/2024).
Selama satu tahun perang di Jalur Gaza, ia menyimpulkan genosida tersebut dengan kalimat, “Sejauh ini Israel hanya menjatuhkan bom melalui udara.”
Saat berkonfrontasi di lapangan, sambung Muhammad, tentara Zionis tak pernah mendapatkan kemenangan sedikit pun.
“Media-media Israel juga mencatat dan mengakui bahwa pasukan kita berada dalam satu gambaran yang ilusi dan halusinasi,” jelasnya.
Kala bertatap muka dengan poros perlawanan di Jalur Gaza, dia menyebut tentara Israel tak memiliki kemampuan memadai untuk berperang secara langsung dengan Poros Perlawanan.
“Bahkan di Gaza, kita (tentara Israel) betul-betul kocar-kacir dan luluh-lantak,” bebernya.
Front perlawanan yang bertambah di Lebanon pasca Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023 membuat Israel kewalahan melawan Poros Perlawanan di lapangan perang.
Perlawanan di Jalur Gaza maupun Lebanon menurutnya memiliki satu tujuan yang sama: mengusir Israel dari Tanah Palestina.
Israel, sambung Muhammad, menghadapi Hizbullah menggunakan propaganda media massa. Zionis menyampaikan berita-berita palsu yang mencitrakan kemenangannya dalam melawan Hizbullah.
“Namun pada faktanya ketika kita melihat di lapangan, media-media dari Perlawanan menyampaikan, Israel bahkan tidak mampu maju di garis perbatasan utara Lebanon. Bahkan maju beberapa meter pun mereka enggak sanggup,” ungkapnya.
Tank-tank Israel yang ingin melakukan invasi darat ke Lebanon pun kini tak pernah bisa memasuki wilayah Lebanon karena mendapat perlawanan sengit dari Hizbullah.
“Artinya, Israel mengalami satu fase kekalahan demi kekalahan. Kebuasan dan kebrutalan mereka itu yang dipraktekkan kepada bangsa Palestina dan Lebanon itu bukanlah merupakan ukuran kemenangan, melainkan salah satu bentuk ketidaksabaran dan emosional mereka yang mengeluarkan mereka dari peperangan,” pungkasnya. (*)
Penulis & Editor: Ufqil Mubin