BERITAALTERNATIF.COM – Ramadhan merupakan politisi muda Partai Amanat Nasional (PAN) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Provinsi Kalimantan Timur.
Pria kelahiran 1987 yang kini aktif di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Kukar dan Kamar Dagang dan Industri Kukar ini tumbuh di Desa Batetangnga, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar. Dia adalah anak keempat dari lima bersaudara.
Ia menyelesaikan pendidikan dasar hingga menengah di Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasaha Aliyah Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang.
Pemuda asal Mandar Sulawesi Barat ini merantau ke Tenggarong pada tahun 2005. Semula, ia bermukim bersama kakak pertamanya, yang terlebih dahulu menetap di Tenggarong.
Kala itu, pria yang karib disapa Madan ini menjadi pekerja di pencucian mobil, yang merupakan milik kakak sepupunya.
Setahun setelah menetap di Tenggarong, Madan melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) Tenggarong. Sebagai anak petani, Madan memilih kuliah di Fakultas Pertanian (Faperta) Unikarta.
Saat kuliah di Unikarta, Madan diajak bergabung di organisasi kampus. Hal ini pula yang mengantarkannya mendapatkan banyak teman baru di tanah Kutai.
Menurutnya, berorganisasi memiliki banyak manfaat, di antaranya menambah teman dan meningkatkan kepercayaan diri saat berbicara di depan umum.
Mantan pengurus OSIS di MA Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang ini selalu membawa pesan kedua orang tuanya dalam kehidupan sehari-hari: mencari teman, bukan lawan.
“Kita pertama di sini orang yang asing. Enggak mungkin dong tiba-tiba langsung nyelonong jadi orang yang paling populer,” ucapnya, Jumat (4/3/2023).
Kampus dan HMI
Madan mengenal Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) saat mengikuti Pengenalan Kehidupan Kampus atau PK2 di Unikarta Tenggarong.
Ia tertarik dengan organisasi mahasiswa Islam tersebut karena dia melihat pergerakan kader-kader HMI yang mengorganisasi kegiatan PK2.
Selama bergelut di HMI, Madan ditempa dengan berbagai pembelajaran, baik organisasi, kemahasiswaan, kedaerahan, keindonesiaan, maupun keislaman.
Hal inilah yang membentuk karakternya sebagai pemuda yang dipersiapkan untuk mengemban berbagai amanah organisasi.
Dia mengawali debutnya sebagai kader HMI dengan mengemban tugas sebagai Ketua Bidang Penelitian, Pengembangan, dan Pembinaan Anggota HMI Komisariat Faperta Unikarta.
Karier organisasinya terus menanjak setelah diamanahkan sebagai pengurus HMI Cabang Tenggarong—sekarang HMI Cabang Kukar—selama dua periode kepengurusan.
Namanya kian populer di HMI dan Unikarta setelah berbagai kegiatan yang digawanginya sukses terlaksana dengan baik. Dia pun terpilih sebagai Ketua Umum HMI Cabang Tenggarong.
Selain aktif di HMI serta memimpin organisasi tersebut, dia juga dipercaya sebagai Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unikarta.
Sebelumnya, Madan pernah diamanahi tugas sebagai Ketua BEM Faperta Unikarta dan Ketua Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Faperta Unikarta.
Kata dia, sebagian orang menganggap berorganisasi sebagai langkah yang hanya membuang-buang waktu. Namun, Madan pendapat lain: organisasi memberikannya banyak pelajaran hidup.
“Masa-masa kuliah, masa di mana bertumbuh-kembang membentuk karakter dengan ditempa untuk menentukan kita akan menjadi seperti apa ke depannya,” jelas dia.
Dengan berorganisasi, ia mengaku dapat berperan dalam pembangunan daerah melalui pemikiran-pemikiran sebagai mahasiswa, juga mengabdi pada negara dan daerah lewat upaya mengontrol kebijakan pemerintah. “Ini bisa kita lakukan lewat pergerakan-pergerakan mahasiswa,” katanya.
Setelah sembilan tahun kuliah di Unikarta, Madan akhirnya lulus pada tahun 2014. Keterlambatannya menyelesaikan kuliah diakuinya karena ia lebih asyik melakoni aktivitas sebagai aktivis mahasiswa.
Madan menjelaskan, mahasiswa yang aktif berorganisasi umumnya mengulur waktu untuk menyelesaikan kuliah, apalagi sudah memasuki tahap penyusunan skripsi.
“Di sana akan terhambat karena merasa tidak ada lagi beban harus turun jam 2 siang atau jam 8 malam ke kampus. Saat itu bebas,” ungkapnya.
Penyelenggara Pemilu, Pengusaha, dan Politisi
Madan mengaku tidak terlalu senang bekerja di tempat yang terikat waktu. Ia lebih senang menyelesaikan pekerjaan yang memberikannya kebebasan dalam bekerja.
Ayah dua anak ini pun mencari pekerjaan yang tak mewajibkannya untuk pergi pagi pulang sore atau malam. Setelah lulus kuliah di Unikarta, ia bekerja di Forum Pemerhati Masyarakat Loa Kulu (FPMLK)—sebuah forum yang berkaitan dengan gerakan sosial-kemasyarakatan.
Madan juga pernah menjadi tenaga ahli di DPRD Kukar. Di luar itu, pria tampan ini pernah bertugas sebagai penyelenggara Pemilu.
Sebelum aktif di PAN, Madan merintis karier sebagai penyelenggara Pemilu selama tiga tahun, dari tahun 2015 hingga 2018. Kala itu, ia menjabat sebagai Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK).
Selama menjabat sebagai Ketua PPK, ia mendapatkan ragam pengalaman dari sudut penyelenggara Pemilu. Dia juga mempelajari secara seksama kegiatan kampanye, peran aktor politik, partisipasi masyarakat, hingga langkah-langkah yang diambil politisi untuk meraih kemenangan di Pemilu.
“Pada prinsipnya Pemilu atau Pilkada ini bagaimana setiap masyarakat dan setiap individu ini betul-betul mendapatkan hak pilihnya,” terang Madan.
Selepas bertugas sebagai penyelenggara Pemilu, pada Pilkada Kukar tahun 2020, Madan memutuskan untuk menjadi bagian dari tim pemenangan Eddy Subandi dan Junaidi Samsudin.
Saat itu, ia ditugaskan sebagai sekretaris tim untuk memenangkan bakal calon bupati dan calon wakil bupati Kukar dari jalur independen tersebut.
Pilihannya menjadi bagian dari tim calon itu tentu saja beralasan. Ia hendak menunjukkan kepada publik bahwa pencalonan kepala daerah dan wakil kepala daerah bisa juga dari jalur independen.
Namun, langkah ini tak semudah membalikkan telapak tangan. “Kita mendapatkan kendala yang terjadi karena dari jalur perseorangan ini akan mendapatkan perlakuan yang berbeda dari partai politik,” ucapnya.
Pada tahun 2021, Madan memutuskan bergabung di PAN. Ia memilih PAN sebagai kendaraan politiknya karena partai yang kini dipimpin Zulkifli Hasan tersebut terdapat alumni Unikarta.
Sejak kuliah, ia juga berkenalan dengan tokoh-tokoh PAN Kukar, yang merupakan alumni HMI. Karena itu, baginya partai tersebut tak lagi asing.
Selain itu, Madan menilai PAN memiliki ideologi dan platform perjuangan yang sesuai dengan visi pribadinya. PAN juga dinilainya mempunyai basis massa yang berbeda dengan partai politik lain di Indonesia.
“Awalnya saya masuk karena merasa bahwa perjuangan almarhum senior saya khususnya Supriyadi ini perlu diteruskan,” ungkapnya.
Berpolitik, menurut dia, bukanlah mencari kekuasaan semata. Melainkan berjuang untuk memberikan pengaruh terhadap kebijakan-kebijakan yang dapat mendorong kesejahteraan masyarakat.
“Karena kita bersentuhan langsung dengan proses pembuatan kebijakan, sehingga peluang untuk kita memperjuangkan perubahan itu lebih nyata di tangan kita,” terangnya.
Karena itu, visinya bergabung di PAN tak semata menjadi anggota dewan atau meraih jabatan di eksekutif.
Pada Pemilu 2024, dia ingin berjuang di legislatif, sehingga jika terpilih sebagai wakil rakyat, ia dapat menjalankan fungsi legislasi, penganggaran, dan pengawasan.
Meski begitu, ia mengaku masih memperhitungkan banyak hal sebelum memutuskan untuk bertarung di Pemilu tahun depan.
Madan tergolong politisi yang realistis dalam pertarungan politik. Ia tak ingin memaksakan diri jika peluangnya untuk memenangkan pertarungan tergolong rendah.
“Saya tidak ingin muluk-muluk. Ketika ini memungkinkan untuk dilakukan, maka akan kita laksanakan,” ucapnya.
Menurut dia, PAN bercita-cita memperjuangkan pemanfaatan sumber daya Kukar untuk kemaslahatan masyarakat dan kemajuan daerah.
Sejauh ini, kata dia, DPRD Kukar belum maksimal dalam memperjuangkan cita-cita tersebut. Akibatnya, banyak warga Kukar yang tak kunjung menikmati air bersih dan listrik selama 24 jam saban hari.
“Betul kata orang-orang, jika kebutuhan mendasar ini saja tidak terpenuhi, bagaimana mau dikatakan sejahtera?” katanya.
Ia tergolong politisi yang mudah menempatkan diri, yakni memisahkan aktivitas bisnis dan politik. “Yang keliru itu ketika seorang politisi memanfaatkan kedudukannya untuk membesarkan bisnisnya,” ujar dia.
Dia memiliki impian besar: memadukan pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan pariwisata, yang tujuan utamanya mendorong kesejahteraan masyarakat.
“Tempat wisata yang muncul nanti adalah eko-edu-wisata. Jadi, ada ekologi, pendidikan, wisata. Pengunjung tak hanya sekedar datang saja, tetapi mendapatkan edukasi juga,” ungkapnya. (*)
Penulis: Nadya Fazira
Editor: Ufqil Mubin