Kukar, beritaalternatif.com – Ince Raden tak pernah menyangka akan merantau ke Kalimantan Timur (Kaltim). Namun, beasiswa tunjangan ikatan dinas khusus untuk menjadi dosen pada 1994 mengantarkannya untuk bertugas sebagai dosen di Kopertis Wilayah XI Kalimantan.
Sebelum itu, di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Ince mengenyam pendidikan di Jurusan Budidaya Tanaman (Agronomi) Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Di kampus tersebut, pada 1994, ia juga pernah menjadi asisten dosen.
“Setelah SK saya keluar, kemudian saya ditugaskan di Kopertis Wilayah XI Kalimantan dan ditempatkan di Unikarta,” ungkapnya kepada beritaalternatif.com pada Kamis (25/11/2021) siang.
Di kampus itu pula ia belajar kepemimpinan. Ince pernah menjadi Ketua Badan Permusyawaratan Mahasiswa (BPM). Dia juga pernah mendapatkan Beasiswa Supersemar.
Laki-laki yang lahir di Kota Poso ini mengenyam pendidikan Sekolah Dasar hingga sarjana di kampung halamannya di Kota Palu. Kemudian, dengan tekad dan keberanian yang kuat, ia menginjakkan kaki di Kalimantan bersama sahabatnya, almarhum Dr. Thamrin.
Kala menetap di Kota Tenggarong, dia bersama Thamrin tak tahan dengan lingkungan baru di “kota mungil” yang menjadi ibu kota Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) tersebut.
Saat itu, Kota Tenggarong masih sunyi. Jumlah penduduknya tak sebanyak saat ini. Rumah-rumah pun relatif sedikit. Ince mengaku pernah mengontrak rumah yang tidak memiliki pintu di kota tersebut. Meski sudah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), pendapatan per bulan senilai Rp 80 ribu membuatnya mengontrak rumah yang hanya bisa dimasuki lewat jendela.
Ia mengaku sudah telanjur betah dan nyaman tinggal di kampung halamannya. Dia pun merasakan kesulitan tinggal di tanah rantau. Kala itu, dia tak memiliki kendaraan. Setiap hari, ia harus berjalan kaki dari Timbau ke Unikarta, yang jaraknya sekitar 2 kilometer.
“Mau mencari ojek, dulu enggak ada. Becak juga dulu mahal. Jadi harus jalan kaki. Lumayan berkeringat. Alhamdulillah pada saat itu dibantu oleh Pak Surya Agus, Camat Muara Kaman yang sekarang. Dulu beliau pernah meminjamkan saya sepeda,” ingatnya.
Pendidikan dan Pengabdian
Setelah tiga tahun mengajar di Fakultas Pertanian Unikarta, Ince melanjutkan studi magister di Universitas Padjadjaran Bandung pada 1997. Kemudian lulus dengan predikat Cum Laude pada 1999. Selanjutnya, pada 2005 dia melanjutkan studi doktoral di IPB Bogor. Saat diwisuda sebagai doktor, Ince menjadi lulusan terbaik. Empat tahun berlalu, dia kemudian kembali mengabdi di Unikarta.
Sejak berkarier di Unikarta, Ince pernah menjabat sebagai Wakil Dekan I Fakultas Pertanian Unikarta selama dua periode. Kemudian menjabat sebagai Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Unikarta dua periode. Terakhir, Ince diberikan amanah untuk menjabat sebagai Wakil Rektor I Unikarta.
Adapun kariernya di luar kampus, Ince pernah menjadi Ketua Dewan Riset Daerah (DRD) selama dua periode, Ketua Asosiasi Dosen satu periode, Dewan Ketahanan Pangan, Dewan Pendidikan Kukar, Ketua Forum Mahasiswa Kaltim Pascasarjana IPB, dan Pengurus KNPI Kukar.
Sebagai akademisi yang memiliki tugas tridharma perguruan tinggi, Ince mengaku mendapatkan banyak hal selama dipercaya menjadi Ketua DRD Kukar.
“Tentunya banyak hal yang terkait dengan hasil riset. Alhamdulillah mendapatkan informasi bukan hanya soal pertanian, tapi juga di bidang yang lain,” ujarnya.
Wakil Rektor I Unikarta tersebut memanfaatkan ilmunya untuk membantu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) seperti Dinas Ketahanan Pangan, Bappeda, dan DLHK yang juga ia sebagai Tim Teknis Analisis Dampak Lingkungan dan Tim Juri CSR Award.
“Saat ini saya dilibatkan di beberapa uji-uji untuk menentukan jabatan pimpinan tinggi pratama di Pemkab. Saya juga diminta untuk menjadi gugus tugas dalam membantu Pemda dalam melihat hal-hal yang perlu dikerjakan untuk pemerintah dari sisi akademik,” bebernya.
Panggilan Jiwa
Sebagai calon rektor, Ince merasa jiwanya terpanggil untuk melanjutkan pengabdiannya di Unikarta. Pasalnya, ia menilai kampus yang berdiri pada tahun 1984 tersebut sudah menjadi bagian dari hidupnya.
“Saya datang 10 tahun setelah Unikarta berdiri. Umur saya di Unikarta ini sudah 27 tahun. Artinya, separuh dari umur sudah saya habiskan untuk mengabdi di kampus. Dan saya merasa jiwa saya sudah menjadi bagian dari Unikarta karena sudah membesarkan saya,” tuturnya.
Karena itu, ia merasa telah dididik dan dibesarkan oleh Unikarta. Ini pula yang memotivasinya untuk membesarkan kampus tersebut bila terpilih sebagai rektor.
“Saya memang tidak lahir di Tenggarong, tapi setengah umur saya ada di Tenggarong dan Tenggarongnya di Unikarta. Saya ke Tenggarong karena Unikarta. Saya juga ingin sebelum kembali ke hadirat Allah, bila diberi kesempatan memimpin universitas, saya akan memberikan yang terbaik. Semoga saya diberi kesehatan,” harapnya.
Ince melihat Unikarta saat ini mengalami banyak perkembangan, meski masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan. Ia mengatakan, semua pimpinan sampai bawahan di Unikarta mempunyai kontribusi untuk membangun kampus tersebut.
Kata dia, setiap periode kepemimpinan perlu mengukir prestasi-prestasi sehingga Unikarta dalam waktu tertentu bisa terus berkembang.
Ia menyebutkan, terdapat empat kategori akreditasi, di antaranya unggul, baik sekali, baik, dan tidak terakreditasi. Secara kelembagaan, saat ini Unikarta sudah terakreditasi baik sekali.
“Kalau unggul, ia berada pada persaingan secara internasional. Kemudian posisi baik sekali itu berada pada persaingan skala nasional. Artinya, aktivitas secara akademiknya sudah bersaing secara nasional,” jelas Ince.
“Untuk saat ini kita belum unggul, tapi kita akan ke sana. Kalau yang akreditasi baik, itu persaingan lokal dan itu sudah kita tinggalkan. Kita punya 11 program studi yang delapan di antaranya sudah akreditasi B dan tiga program studi masih C, dan itu akan terus kita tingkatkan,” sebut Ince.
Visi untuk Unikarta
Sebagai calon rektor di satu-satunya universitas di Kukar tersebut, Ince memiliki pandangan, ke depan Kampus Ungu harus menjadi wadah untuk menempa mahasiswa agar menjadi orang yang lebih baik, terutama dari segi kualitas.
Untuk meningkatkan kualitas mahasiswa, Unikarta harus memiliki kualitas yang baik, manajeman yang baik, serta mempunyai pemimpin yang memiliki tekad dalam mendorong mahasiswa untuk meningkatkan kualitas mereka.
“Atmosfer akademiknya harus kita perbaiki sehingga nanti lulusan kita menjadi job market sehingga bisa diterima pasar. Kemudian ada pengakuan dari masyarakat sehingga jumlah mahasiswa yang masuk di Unikarta bisa meningkat dari waktu ke waktu,” sebut Ince.
Menurutnya, di satu sisi misi tersebut bisa direalisasikan oleh pemimpin yang kuat, berintegritas, dan memiliki kemampuan manajerial yang baik. Apalagi Unikarta mempunyai peluang besar untuk mengarah pada perguruan tinggi yang memiliki tata kelola yang baik (good university governance). Selain itu, diperlukan pandangan dan kemauan yang sama dari semua pihak untuk memajukan kampus tersebut.
“Jadi, seluruh civitas akademika mulai dari mahasiswa, tenaga kepegawaian, dosen, para pemimpinnya baik di tingkat fakultas, biro, maupun rektorat harus bekerja sama,” ujarnya.
Ince menjelaskan, kampus tak bisa berkembang sendiri tanpa jaringan (networking) eksternal seperti Pemda, swasta, serta kampus lokal, luar daerah, maupun luar negeri.
“Kita harus bekerja sama dengan mereka semua dengan SDM yang kita miliki. Networking itu penting. Apalagi sekarang untuk bisa mendapatkan pengakuan dari perguruan tinggi lain kita juga harus membuka diri,” ucapnya.
Katanya, Unikarta sejatinya memiliki peluang untuk membangun jaringan luas. Hal itu telah disampaikannya saat menyampaikan visi dan misi di hadapan Senat Unikarta beberapa hari yang lalu.
Ia meyakini dengan seluruh perangkat dan akreditasi baik sekali yang tersemat di Unikarta, maka pada tahun 2034 kampus tersebut bisa bersaing di kancah internasional.
Untuk sampai ke tahap tersebut, kata Ince, banyak hal yang perlu disiapkan, di antaranya dosen harus memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik, menulis jurnal-jurnal internasional, dan referensi-referensi dalam bentuk buku berkualitas mesti dipersiapkan sejak dini.
“Itu pekerjaan yang harus kita wujudkan. Suasananya itu harus kita buat. Itu hal-hal yang harus kita benahi,” tuturnya.
Dia optimis dapat mengantarkan Kampus Ungu dalam menyelesaikan semua persoalan yang dihadapinya serta mengantarkannya pada visi dan tujuan Unikarta.
Kata Ince, sesulit apa pun masalah yang dihadapi Unikarta, jika diselesaikan secara bersama-sama serta dengan niat membesarkan kampus, maka semua hal dapat diurai dengan baik.
“Saya selalu yakin, sesulit apa pun pekerjaan, jika dikerjakan secara sama-sama dengan niat membesarkan institusi, pasti bisa tercapai,” katanya.
Bila nanti dipercaya menjadi rektor Unikarta, Ince berharap bisa membesarkan kampus tersebut. Jika ia melakukan hal-hal positif untuk Unikarta, dia berharap mendapatkan dukungan dari semua pihak.
Sebaliknya, bila terdapat kekeliruan, Ince pun meminta ditegur dan diluruskan. Hal ini dinilainya sebagai bentuk kontrol untuk terus membangun Unikarta.
“Saya selalu sampaikan, jika kita punya target, mari kita duduk bersama-sama. Saya yakin pasti bisa berkembang,” ujarnya.
Ince bersama para wakil rektornya juga akan mengadakan pertemuan mingguan dengan mahasiswa, dosen, staf, dan pejabat kampus. Saat itu, perkuliahan diliburkan dalam sehari demi membahas program-program dan bahan diskusi terkait pemecahan masalah yang dihadapi kampus.
“Kita siapkan ruangan untuk berkomunikasi, baik itu dosen maupun mahasiswa. Kita bisa spiritual gathering atau olahraga bersama. Jadi, kita atur supaya produktif,” ucapnya.
Peningkatan Kualitas Mahasiswa
Kata Ince, mahasiswa harus diberikan ruang yang luas dalam berkreasi. Langkah awal, bila terpilih sebagai rektor, dia akan mengumpulkan mahasiswa melalui Organisasi Mahasiswa (Ormawa) untuk mendorong mereka terus berbuat yang terbaik untuk diri sendiri dan kampus.
“Karena kampus ini untuk membimbing, membina dan mengantarkan mahasiswa sampai ke sebuah lulusan yang benar-benar berkualitas,” ujarnya.
Selain lewat pendidikan dan akademik, mahasiswa juga bisa menempa diri di organisasi mahasiswa, baik di organisasi internal maupun eksternal kampus seperti HMI, PMII, IMM, KAMMI, GMKI, dan lainnya.
“Tetapi kita harus ada kerja sama. Supaya nanti mahasiswa ini memilih. Harapan kita dia bisa berpikir kritis. Kalau mengkritik, harus berbasis data,” ujarnya.
Semua wadah di kampus, salah satunya organisasi mahasiswa, merupakan alat pendukung untuk menciptakan atmosfer akademik dan berkreasi bagi mahasiswa. Organisasi juga berfungsi untuk meningkatkan wawasan mahasiswa sehingga mereka memiliki kemampuan berkomunikasi.
“Banyak yang IPK-nya tinggi, tapi kemampuan komunikasinya susah, ketemu orang takut, sehingga potensi yang dia punya itu tidak bisa keluar,” katanya.
Guru besar Unikarta ini mengatakan, selama menjabat sebagai Wakil Rektor I, ia mengaku senang bila menerima masukan dan kritik dari mahasiswa, apalagi hal itu disampaikan lewat artikel. Dia beranggapan, langkah mahasiswa tersebut sebagai perhatian tersendiri terhadap kampus sehingga pembangunan Unikarta tak hanya dipikirkan oleh dosen dan rektor.
Agar aktivitas organisasi mahasiswa terus maju, dia mendorong BEM, Kepresma, dan UKM menyusun program kerja tahunan yang disertai target-target pelaksanaan harian, mingguan, dan bulanan.
Ia juga mengaku akan membuka ruang bagi mahasiswa untuk terus berprestasi secara akademik dan non-akademik melalui aktivitas seni, olahraga, dan kemampuan menulis.
Bila terpilih sebagai rektor, ia akan mengundang pihak swasta dan pemerintah daerah untuk mensponsori kegiatan mahasiswa. Dia akan mendorong mahasiswa menjadi panitia dalam kegiatan yang menggandeng swasta dan pemerintah. Dengan cara tersebut, mahasiswa bisa belajar dan mengembangkan diri.
“Cuma kalau ada dana, mahasiswa juga harus mempertanggungjawabkannya. Ini proses pembelajaran supaya kalau sudah selesai dia bisa belajar membuat laporan,” tuturnya.
Setiap 27 Mei, Unikarta mengadakan dies natalis. Dalam perayaan ulang tahun tersebut, Ince akan mendorong mahasiswa membuat kegiatan untuk merayakannya. Langkah ini sebagai momentum untuk memperkenalkan dan mempromosikan Unikarta.
“Selama kita sama-sama, kita akan membesarkan kampus. Enggak bisa cuma pimpinan saja. Saya insyaallah akan seperti itu. Saya pastikan akan saya laksanakan kalau saya dipilih sebagai rektor. Itu pandangan sederhana saya untuk mengantarkan kampus ini menjadi lebih baik,” tegasnya.
Kiat Sukses untuk Mahasiswa
Sebagai orang tua yang telah mencapai puncak karier akademik, Ince juga memberikan kiat-kiat kepada mahasiswa sehingga ke depan bisa sukses secara akademik dan karier.
Dia menganjurkan mahasiswa agar selalu menanamkan pada dirinya untuk berbuat baik dalam setiap kesempatan, memotivasi diri untuk menjadi lebih baik dalam perkuliahan, organisasi, maupun dalam kehidupan sehari-hari.
“Saya punya prinsip, di mana pun saya, saya harus menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi tempat saya itu. Ukirlah prestasi di setiap pengabdianmu. Insyaallah Unikarta bangga kepadamu,” pesannya.
“Saya maunya itu tertular ke semua mahasiswa. Jadi, semua mahasiswa di mana pun asalnya sehingga kalau dia berprestasi, itu bukan cuma namanya yang dibawa, tetapi kampus juga dia bawa,” lanjutnya.
Ince juga berpesan kepada mahasiswa agar tak berkecil hati ketika kuliah dan lulus di Unikarta. Pasalnya, menurut dia, dari 200 perguruan tinggi di Kalimantan, hanya ada enam kampus yang memiliki akreditasi baik sekali, salah satunya Unikarta.
Kampus Ungu, kata dia, telah bertengger dalam persaingan nasional dengan kampus-kampus terkemuka di Indonesia. Hanya saja, Ince menekankan agar mahasiswa, dosen, staf, dan pejabat kampus Unikarta tak terlalu bangga dengan pencapaian tersebut.
Pasalnya, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan secara bersama-sama di Unikarta. Salah satu caranya, mahasiswa harus terus meningkatkan kualitas dirinya.
Dengan begitu, ia meyakini semua problem yang dihadapi Unikarta bisa diselesaikan. “Yakin semua masalah akan selesai jika dilakukan sama-sama,” ucap Ince. (ar)