Kukar, beritaalternatif.com – Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Kutai Kartanegara (Kukar) merupakan salah satu wadah berkumpul kader-kader HMI setelah purna dari organisasi mahasiswa tertua di Indonesia tersebut.
Dilihat dari sejarahnya, HMI adalah salah satu organisasi ekstra kampus yang pendiriannya dilatarbelakangi semangat keislaman dan keindonesiaan. Sehingga jika dilirik dari sejarah HMI tersebut, maka akan terpatri pada setiap kader ketika purna dari HMI.
Koordinator Presidium Majelis Daerah (PMD) KAHMI Kukar, Lukman mengatakan, jika dimaknai secara seksama, HMI dan KAHMI tidak bisa dipisahkan. Ibarat dua sisi mata uang. Ketika dilihat satu kesatuannya secara menyeluruh, maka kader-kader yang berhimpun dalam KAHMI akan paham bahwa HMI didirikan untuk mewujudkan masyarakat adil makmur.
“Ketika kita maknai tujuan itu, setiap kader HMI itu (harus) mampu memahami tugas dan perannya sebagai kader umat dan bangsa. Itu secara filosofis sejarah HMI yang selama ini saya pahami,” sebut Lukman, Kamis (4/11/2021).
Ia melanjutkan, karena HMI dan KAHMI seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan, maka ia berharap, ketika anggota masih aktif sebagai kader HMI, maka HMI harus digunakan sebagai organisasi yang menempa dirinya.
“Karena memang kita di HMI berbeda dengan organisasi yang lain,” tambahnya.
Lukman mengungkapkan, sejarah berdirinya KAHMI di Kukar tidak terlepas dari kondisi-kondisi kedaerahan.
Saat ini, KAHMI Kukar sudah mempunyai sumber daya yang bisa untuk “dimunculkan” ke publik.
“Kita berharap KAHMI atau HMI bisa memberikan dampak yang besar bagi perbaikan dan perubahan masyarakat Kukar,” tuturnya.
Sebagai organisasi yang mempunyai misi dalam mewujudkan masyarakat adil makmur, ia berkeyakinan banyak cara untuk mengaplikasikan hal tersebut dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam tata kelola pemerintahan.
“Mewujudkan masyarakat adil makmur itu sangat luas. Kembali lagi kita sebagai kader HMI harus betul-betul bisa memahami dan memaknainya,” kata dia.
Kata dia, KAHMI Kukar sudah sekitar 25 tahun berdiri di Kukar. Ia pun mengajak para kader untuk memandang Kukar sebagai tempat pengabdian. Sebab, masyarakat sedang menunggu peran KAHMI.
“Saya berkeyakinan kita sudah diberikan sesuatu yang cukup. Kembali lagi bagaimana kita bisa memaknai untuk mencapai masyarakat adil makmur itu. Banyak hal. Baik itu di pemerintahan, politik, pendidikan, maupun hal-hal kecil itu bisa mencapai masyarakat adil makmur,” ungkapnya.
Selama ia memimpin organisasi yang menghimpun alumni-alumni HMI tersebut, Lukman menceritakan banyak tantangan karena KAHMI adalah organisasi yang menghimpun banyak karakter. Dia berharap tidak ada lagi sekat-sekat, termasuk perbedaan partai politik, usaha dan bisnis, karena setiap kader sudah satu dalam himpunan.
“Artinya, tantangan saya sebagai presidium KAHMI Kukar bagaimana kita bisa mencari benang merahnya. Ketika kita sudah satu himpunan, kita tidak ada sekat-sekat lagi, agar terwujudnya masyarakat adil makmur,” tegasnya.
Setelah Musyawarah Daerah (Musda) V dilaksanakan, ia berharap kepada pengurus yang baru supaya meningkatkan lagi peran dan tugas mereka agar KAHMI dan HMI bisa mewujudkan masyarakat adil makmur.
“Saya meminta kepengurusan yang baru nanti termasuk anggota dan kader agar tetap progresif dan komprehensif memandang suatu masalah sehingga tujuan mulia yang dicita-citakan bersama ini mampu kita capai dan penuhi dalam proses pengaderan yang sudah sama-sama kita lalui selama berhimpun,” harap Lukman.
Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) adalah isu yang hangat diperbincangkan masyarakat Kalimantan Timur (Kaltim), khususnya Kukar. Disinggung persiapan pemindahan IKN ke sebagian wilayah Kaltim, ia meminta kepada pemerintah agar masyarakat Kaltim dilibatkan.
“Kita meminta jangan hanya sekadar dianggap partisipan dan tidak diberikan keluasan dengan penuh untuk mengelola. Kita berharap dengan IKN baru di Kaltim ini bisa memberikan dampak yang besar bagi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Kaltim,” pungkasnya. (ar)