Kukar, beritaalternatif.com – Presidium Pengurus Majelis Daerah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Kutai Kartanegara (PMD KAHMI Kukar) Abdul Rasid mengaku sangat bersyukur dengan keberadaan KAHMI di Kukar. Pasalnya, organisasi tersebut menjadi wadah yang telah memberikan manfaat bagi masyarakat Kukar.
Kata dia, KAHMI harus dikelola dengan baik sehingga apa pun yang dilakukan anggota dan pengurus organisasi yang menaungi para alumni HMI ini ke depan terus memberikan manfaat positif untuk masyarakat.
“Karena KAHMI ini kan kumpulan senior-senior dan orang-orang yang terlibat di pemerintahan maupun swasta. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatannya kita harapkan terorganisir dengan baik,” ucapnya kepada beritaalternatif.com, Senin (8/11/2021) sore.
Sebagai kelanjutan dari perjuangan HMI, anggota dan kader-kader KAHMI di sektor swasta dapat mengembangkan usaha mereka. Begitu juga yang berkarier di pemerintah. Mereka diharapkan dapat bersinergi dengan pemerintah, salah satunya dengan memberikan masukan kepada kepala daerah.
Ia menekankan, kader-kader dan pengurus KAHMI harus menjadi pemikir untuk kepentingan daerah. Karena itu, organisasi tersebut diharapkan dapat melakukan dialog secara intensif dan berkelanjutan terkait masalah-masalah kedaerahan.
Sejauh ini, Rasid mengatakan, kinerja pengurus KAHMI tergolong baik. Namun, kesuksesan organisasi alumni HMI ini juga perlu diikuti dengan penyebaran anggota dan pengurusnya di berbagai sektor, seperti legislatif, eksekutif, dunia usaha, kampus, dan bidang-bidang strategis lainnya.
“Kalau sekarang ini kan kita melaksanakan kegiatan-kegiatan sesuai hasil diskusi, kemudian melaksanakan program kerja yang ada di KAHMI. Harapan ke depan KAHMI ini bisa lebih mewarnai lagi, baik itu di pemerintahan maupun sektor-sektor yang lain,” harap Rasid.
Ia menyarankan agar pembinaan terhadap anggota-anggota KAHMI terus dilakukan secara berkelanjutan sehingga mereka menjadi kader-kader yang andal. Kata Rasid, latihan kepemimpinan harus dibangun sejak dini.
Hasil dari pengaderan tersebut akan terlihat ke depan. Ia mencontohkan kader-kader HMI yang seangkatan dengannya yang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat berkarier dan menduduki jabatan penting di legislatif.
“Ke depan harapan kita bisa mendistribusikan kader-kader kita di segala sektor, baik itu di swasta seperti HIPMI, Kadin, atau asosiasi lain, yang mungkin harus kawan-kawan KAHMI ini terlibat di situ,” katanya.
Kader-kader KAHMI juga perlu mewarnai berbagai partai politik di Kukar dengan menduduki posisi-posisi penting di partai politik.
Sementara di pemerintahan, saat ini kader-kader KAHMI telah berada di berbagai posisi penting seperti kepala sub bagian, kepala bidang, hingga kepala dinas.
“Ke depan harus kita sinergikan. Sehingga proses-proses itu bisa berjalan dengan baik. Kita bisa mendistribusikan teman-teman kita di politik dan swasta agar ke depan semakin banyak kader-kader HMI yang duduk di DPRD. Begitu juga di pemerintahan. Harus banyak kader-kader yang aktif di pemerintahan,” sarannya.
Rasid menyebutkan, perbedaan yang terjadi antar alumni HMI tergolong wajar. Apabila hanya satu pemikiran dan pandangan, maka tidak akan ada warna dan dinamika yang membentuk kepribadian dan prinsip-prinsip kader-kader dan alumni organisasi tersebut.
“Kalau ada gesekan kepentingan, itu wajar. Tapi yang penting ujung-ujungnya apa yang menjadi kepentingan kita ke depan bisa disatukan. Jangan khawatir dengan perbedaan. Namanya kita hidup ini pasti ada perbedaan. Tinggal kita menyikapi dan sadar apa yang menjadi tujuan kita bersama (dalam mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT) ,” ucapnya.
Peran KAHMI dalam Pemindahan IKN
Rasid mengatakan, KAHMI harus menyumbang pemikiran menjelang pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke sebagian wilayah Kukar dan Penajam Paser Utara (PPU).
“Kalau memang IKN ini jadi, kita harus memikirkan langkah-langkah apa yang kita ambil. Kemudian kalau sudah tahu apa yang dilakukan KAHMI ke depan, tinggal bagaimana kita mencapai itu,” katanya.
“KAHMI Kutai Kartanegara harus banyak terlibat dalam kegiatan pemindahan IKN itu. Kita jangan jadi penonton saja. Kita harus banyak tahu apa yang akan dilaksanakan dalam kegiatan itu,” lanjutnya.
KAHMI juga perlu membangun jaringan lokal hingga nasional dalam proses pemindahan IKN. KAHMI Kukar juga harus menjalin komunikasi dengan KAHMI di tingkat nasional agar KAHMI Kukar dapat menjadi garda terdepan dalam pemindahan IKN.
“Dengan adanya jaringan itu, apa yang mungkin kita laksanakan itu, kita sudah tahu. Tinggal bagaimana kita bergerak saja,” ucapnya.
Pesan untuk KAHMI Muda
Rasid menyarankan anggota KAHMI yang masif relatif muda atau dikenal juga dengan KAHMI muda agar tak berpuas diri dalam mengembangkan potensinya.
Setelah lulus kuliah dan tak lagi aktif di HMI, anggota KAHMI muda harus terus bergerak dan beraktivitas sehingga apa pun yang ingin dicapai bisa direalisasikan.
“Kalau sudah bekerja, jangan meninggalkan (tujuan) HMI. HMI ini kan hanya awal saja. Tapi proses-prosesnya akan menjadi tahapan kita,” ujarnya.
Kata dia, bila ingin aktif sebagai pengusaha dan politisi, KAHMI muda mesti benar-benar fokus dan melewati tahapan-tahapannya. Tak terlalu cepat, juga tidak terlalu lambat dalam mencapai target yang ingin dicapai.
“Pada saat kita masuk di politik atau swasta, jalani tahapan. Jangan terlalu cepat melambung. Biasanya kalau cepat melambung, cepat juga selesainya. Jalani proses itu. Kalau memang memungkinkan sudah saatnya, jalankan dengan baik. Kalau enggak, jangan dulu,” sarannya.
Berbagai aktivitas yang dijalani saat ini, lanjut Rasid, bisa menjadi penunjang untuk mengembangkan diri ke depan. Ia mencontohkan dirinya yang melalui tahapan sebagai penggerak LSM, pengurus Kadin, KONI, hingga aktif sebagai politisi Partai Golkar.
Ia mengatakan, apa pun yang dikerjakan harus dijalani dengan sungguh-sungguh. KAHMI muda disarankan tak setengah-setengah dalam menjalankan dan menyelesaikan pekerjaan.
“Apa yang kita lakukan itu harus benar-benar kita jalankan sebaik-baiknya” jelasnya.
Melalui proses itu, KAHMI muda perlu menjadikannya sebagai tahapan belajar. Caranya, banyak memiliki aktivitas dan tak merasa puas dengan pencapaian saat ini.
Apa pun yang dilakukan saat ini, kata Rasid, hasilnya akan dituai 10-15 tahun ke depan. Sehingga tak merasa puas adalah kunci untuk menggapai target dan tujuan sendiri maupun organisasi.
Alumni HMI akan menjadi generasi pelanjut estafet kepemimpinan di Kukar. Alumni yang kini duduk di tampuk kekuasaan seperti dirinya akan selesai menjalankan tugas dalam beberapa tahun ke depan.
“Generasi selanjutnya ini harus menyiapkan diri. Keberhasilan kita itu tidak cukup dengan apa yang mungkin kita miliki dan kemampuan yang kita miliki,” sarannya.
Dalam usaha menggapai tujuan, Rasid mengatakan, kader-kader dan alumni HMI perlu membangun tim yang dirintis dan dibangun selama bertahun-tahun.
Ia mencontohkan dirinya bersama timnya yang dibangun setelah selesai belajar dari kampus. Mereka membangunnya melalui LSM, Kadin, Panwaslu, hingga partai politik.
Dalam tim tersebut, tak semuanya menjadi pemimpin. Ada pembagian tugas. Ada yang bertugas sebagai eksekutor, ada pula yang menjadi konseptor.
“Kalau kita berjuang sendiri-sendiri, itu akan sulit. Makanya itulah pentingnya KAHMI ini sebagai induk organisasi. Sebagai jembatan berbagai kelompok,” pungkasnya. (ln)