Kukar, Beritaalternatif.com – Pada akhir bulan Syawal atau bertepatan dengan 9 Juni 2021, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Kutai Kartanegara (Kukar), Pimpinan Majelis Daerah Korps Alumni HMI (PMD KAHMI) Kukar, dan Forum Alumni HMI-Wati (Forhati) Kukar menggelar acara halalbihalal di Aula Gedung DPRD Kukar.
Turut hadir dalam acara ini Ketua Forum Pembaruan Marwan, Ketua Yayasan Kutai Kartanegara Agus Setia Gunawan, Wakil Rektor III Unikarta Awang Rifani, Wakil Ketua PKB Kukar Haidir, Ketua PGI Kamal Harpa, Ketua Hipmi Kukar Jumadil Anwar, Ketua Bawaslu Kukar M Rahman, Ketua Kick Boxing Kukar Muhammad Ikhsan Hattu, serta alumni-alumni HMI lainnya.
Acara ini dimulai dengan pembacaan maulid habsy yang dibacakan oleh kader-kader HMI yang berasal dari Komisariat Fakultas Agama Islam (FAI) Unikarta. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Alquran, menyanyikan lagu Indonesia Raya, Hymne HMI, serta Mars KAHMI.
Dalam sambutannya, Ketua umum HMI Cabang Kukar Andika Abbas menyampaikan, dalam gerakan eksternal HMI akan melakukan berbagai kajian, di antaranya tentang penghidupan kembali Rice Processing Unit (RPU) di Tenggarong Seberang yang memakan biaya besar. Selain itu, pihaknya akan mengkaji perubahan alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan pertambangan.
Sementara itu, Koordianator Presidium PMD KAHMI Kukar, Lukman menegaskan, HMI harus memprioritaskan pengaderan. Demonstrasi adalah salah satu dari proses pengaderan.
Lukman menyebutkan, HMI dan KAHMI perlu bersinergi untuk meningkatkan kualitas diri dalam menjawab tantangan yang akan datang. Oleh karena itu, dalam kegiatan ini diangkat tema tentang “Merawat Bhineka Tunggal Ika Menuju HMI Berkemajuan”.
Budayawan Kukar, Dedy Sudarya, mendeskrepsikan tema tersebut. Khususnya pada kata maju, memajukan, dan berkemajuan.
“Jika kita melihat KAHMI saat ini, maka himpunan ini adalah himpunan yang berkemajuan,” kata pria yang karib dipanggil Nala Arung itu.
Ketua OI Kaltim ini mencontohkan kesuksesan para alumni HMI yang bertebaran di berbagai profesi seperti politisi, dosen, pengusaha, artis, jurnalis, seniman, budayawan, pekerja sosial, pegawai, pedagang dan lain-lain. Mereka turut serta memajukan negeri ini.
Dalam mengartikan tema tersebut, Nala juga mengutip Kitab Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular. Kata dia, para raja Majapahit membawa ajaran toleransi antara Hindu Siwa dengan umat Budha.
“Konon Buddha Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal. Terpecah belahlah itu, tapi satu jualah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran,” jelasnya.
Ia menjelaskan, HMI lahir dengan desain konsep gerakan intelektual Islam yang modern dan moderat oleh Lafran Pane. Dalam perkembangannya, HMI mengembangkan konsep keislaman dan kebhinekaan Indonesia melalui pandangan-pandangan Nurcholish Madjid.
“Tapi kita kerap kali menolak merumuskan bentuk-bentuk aplikatifnya bagi suasana kehidupan. Nurcholish Madjid sendiri misalnya melihat toleransi dalam perspektif rasionalitas yang menganggap bahwa orang yang mengurusi cara beragama orang lain sebagai tindakan yang tidak rasional,” tegas dia.
Ketua Umum HMI Cabang Tenggarong periode 2000-2001 ini mengakhiri penyampaiannya dengan menyatakan, acara halalbihalal tersebut adalah sebuah refleksi.
“Semoga Allah memberkati kita dengan akal yang cair dan selalu kaya dengan gagasan baru serta dilepaskan dari kejumudan intelektual dan kemanjaan sejarah,” harap Nala. (fz/ln)