Kukar, beritaalternatif.com – Praktisi pertambangan batu bara Kalimantan Timur (Kaltim) Ervina Fitriyani mengatakan, kenaikan harga batu bara di pasar dunia dalam dua pekan terakhir berimbas positif bagi para pengusaha dan pemerintah.
Kata dia, perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Sementara di sisi pemerintah, penerimaan terhadap royalti akan meningkat dibandingkan saat harga batu bara turun.
Di lain sisi, kenaikan harga batu bara juga memiliki imbas negatif. Salah satunya, peralatan (equipment) pertambangan yang tidak tersedia karena kebutuhan yang kian meningkat disebabkan aktivitas produksi batu bara yang terus bertambah.
“Otomatis alat itu susah didapatkan. Support alat yang jadi masalah. Artinya, kebutuhan-kebutuhan operasional penambangan batu bara bertambah,” kata Ervina yang juga menjabat sebagai GM Corporate di salah satu perusahaan pertambangan di Kaltim ini kepada beritaalternatif.com pada Senin (20/12/2021) siang.
Kemudian, kenaikan harga batu bara mengakibatkan euforia di kalangan pengusaha emas hitam tersebut. Hal ini dinilai Ervina sebagai sesuatu yang wajar karena pengusaha mencari keuntungan yang lebih besar.
Terakhir, tambang ilegal marak terjadi di Kaltim. Pengurus Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) ini menilai aktivitas pertambangan batu bara tak berizin di Bumi Etam sudah berlebihan.
“Tidak hanya Kaltim. Tambang ilegal itu jadi tantangan nasional. Tambang ilegal di mana-mana. Gara-gara harga naik, orang kan mencari celah untuk mendapatkan keuntungan. Mereka mencari kesempatan untuk mendapatkan income yang lebih,” jelasnya.
Ervina berharap pemerintah pusat dan daerah dapat mengatasi masalah tambang ilegal di Kaltim. Ia juga menekankan, penanganan tambang ilegal salah satunya menjadi tanggung jawab aparat keamanan.
Meski begitu, ia menyarankan agar pemerintah dan aparat keamanan bekerja sama dalam menangani tambang ilegal di Kaltim.
Kehadiran tambang ilegal, kata Ervina, akan berpengaruh juga bagi perusahaan yang telah mengantongi izin resmi dari pemerintah. Salah satunya, peralatan tidak tersedia.
“Karena kan mereka nambang pakai alat, bukan pakai cangkul,” ucapnya.
Selain itu, kerusakan lingkungan di Kaltim akan semakin bertambah. Pasalnya, pengelola tambang ilegal tak memiliki tanggung jawab dalam memperbaiki lingkungan pasca-tambang.
Sebagai salah satu provinsi penghasil batu bara terbesar di Indonesia, Ervina meminta kepada pemerintah pusat dan daerah bekerja sama dalam merespons peningkatan harga batu bara tersebut. Sebab hal ini berpengaruh positif terhadap pendapatan pemerintah di sektor batu bara.
“Otomatis income pemerintah kan meningkat dengan kenaikan harga batu bara itu,” katanya.
Dia berpendapat, Kaltim adalah salah satu provinsi yang memiliki cadangan batu bara yang sangat besar. Dengan kondisi tersebut, pemerintah harus merespons positif pengelolaan sumber energi tersebut dengan baik.
Apalagi pemerintah tengah mendorong energi hijau (green energy). Saat ini, energi fosil seperti batu bara akan dikurangi secara bertahap.
Baik dalam skala dunia maupun nasional, terdapat upaya serius untuk menghasilkan zero emisi. Pemerintah pun diharapkan bersiap menghadapi kebijakan-kebijakan tersebut.
“Jadi, cadangan yang ada dimaksimalkan dengan hasil yang lebih baik. Otomatis, pesan yang paling penting adalah tidak merusak lingkungan,” pungkas Ervina.
Diketahui, harga batu bara melesat pada perdagangan pekan lalu. Harga si batu hitam membukukan kenaikan selama dua pekan beruntun.
Akhir pekan lalu, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup US$ 180,1/ton. Naik 0,56 persen dari posisi hari sebelumnya.
Kenaikan tersebut juga membuat harga batu bara terus naik selama sembilan hari perdagangan beruntun. Dalam sembilan hari itu, harga melejit 24,55 persen. (ln)