Oleh Dr. Muhsin Labib, MA*
Setelah tertegun oleh kenekatannya melemparkan rudal-rudal melintasi udara beberapa negara ke kota-kota rezim iblis negara fiktif yang menguasai Palestina lalu mencegat kapal-kapal dari dan ke Isrrel yang melintasi Laut Merah, masyarakat dunia dan sebagian besar umat Muslim seolah baru dengar nama Yaman.
Yaman adalah salah satu negara di Liga Arab yang pertama-tama memberikan pengakuan resmi pada 3 Mei 1948 di Kairo terhadap kemerdekaan dan kedaulatan negara Republik Indonesia.
Bangsa dengan luka sekujur tubuh yang dicekik dahaga dan lapar ini adalah satu-satunya yang tak pernah setengah-setengah untuk menentang proposal damai abal-abal Amerika Serikat (AS) seraya mendukung perjuangan bangsa Palestina dan bangsa-bangsa dalam melawan hegemoni dan neo-kolonialisme
Sangat mungkin bangsa Yaman dalam beberapa aspek tidak lebih beruntung dari bangsa Palestina.
Pertama, Yaman dijajah dan dijarah kekayaan alamnya oleh sesama negara Arab, yaitu rezim Saudi yang ditetapkan oleh mayoritas penduduk bumi sebagai representasi Islam karena posisi sakral Ka’bah, Masjid Haram, kota suci Mekah dan Madinah bersama rezim Emirat yang didukung oleh AS dan sejumlah negara Eropa dan Asia selama 10 tahun dan belum berakhir hingga kini.
Kedua, bangsa Yaman mengalami pembantaian intensif dengan jumlah korban sipil terutama anak dan wanita yang sangat besar.
Ketiga, penderitaan bangsa Yaman tidak mendapatkan perhatian dunia Islam karena berhadapan dengan sesama negara Arab yang disanjung oleh mayoritas umat Muslim dan didukung oleh AS dan sekutunya di dunia Arab dan dunia Islam juga Barat, termasuk Israel hingga tak menjadi agenda penting dalam forum-forum internasional PBB, DK, Non Blok dan OKI.
Keempat, Yaman dikucilkan oleh media Barat dan dan diabaikan oleh mayoritas dunia Islam sehingga selalu distigma sebagai musuh yang bertujuan menghancurkan Mekah dan Madinah dan kelompok perlawanan yang didukung oleh mayoritas rakyat Yaman sebagai teroris.
Kelima, situasi ekonomi Yaman sebelum, apalagi setelah agresi sangar sulit akibat pemiskinan oleh rezim Saud yang menguasai sebagian wilayahnya yang kaya sejak awal berdirinya rezim.
Keenam, negara Yaman kerap menjadi sasaran diskriminasi dan isolasi ekonomi dan diplomatik dalam pergaulan intra Arab di Liga Arab karena perlawanannya terhadap Saudi dan Emirat serta hubungan baiknya dengan Iran dan faksi-faksi perlawanan di Lebanon, Irak, Suriah dan Palestina.
Ketujuh, warga Yaman yang bekerja di Saudi menjadi objek eksploitasi dalam berbagai sektor dan sasaran diskriminasi dalam interaksi dengan warga Saudi yang sebagiannya dimatikan nalar dan empatinya akibat pembiusan dengan kapitalisme dan hedonisme.
Kedelapan, Yaman adalah satu dari sedikit negara di dunia Arab yang menentang aristokrasi dan menerapkan sistem demokrasi dan sosialisme.
Kesembilan, pemiskinan, pengucilan, diskriminasi dan penghinaan terhadap negara dan bangsa Yaman merupakan hasil kerja keras sistematis multidimensional Saudi yang diikuti rezim-rezim di Teluk, sebagian dunia Arab dan dunia Islam demi memusnahkan bibit perlawanan terhadap hegemoni kaum imperialis dan status quo rezim-rezim yang menjadi proksi-proksinya.
Kesepuluh, mazhab yang dianut sebagian besar bangsa Yaman berbeda dengan mazhab mainstream di dunia Arab dan dunia Islam. Fakta ini melengkapi diskriminasi dan penindasan ekonomi, politik, militer dan media terhadapnya.
Bangsa yang miskin dengan tentara-tentaranya yang compang-camping sarungan itu rela berbagi roti dengan rakyat Palestina dan bangsa-bangsa tertindas di dunia.
Banyak teks suci hadis memuji dan menjanjikan kemunculan bangsa tangguh ini di babak terakhir kehidupan dunia yang makin tak ramah ini. Tapi fakta empiris mungkin lebih diterima dan mudah diverifikasi oleh siapa pun lintas agama, negara dan ras.
Lawan!!!
*) Penulis adalah Cendekiawan Islam
Sumber: https://t.me/ArsipChannel_Tulisan_ML