BERITAALTERNATIF.COM – Nahjul Balāghah adalah sebuah buku yang berisi sejumlah khotbah, surat dan kalimat pendek dari Imam Ali as, yang dikumpulkan oleh Sayid Radhi. Nahjul Balaghah dianggap sebagai ensiklopedia dari budaya Islam dan merupakan salah satu sumber terpenting untuk memahami Islam dan nilai-nilai religius. Nahjul Balaghah memiliki fashahah dan balaghah bahasa yang tinggi dan hal ini dianggap sebagai penyebab daya tarik dan keberlangsungan buku ini.
Kekomrehensifan dan keberagaman isi Nahjul Balaghah adalah salah satu keunggulannya. Kandungan Nahjul Balaghah disusun dalam tiga bagian: khotbah, surat dan kalimat pendek. Dalam khotbah dan kalimat pendek, dibahas berbagai topik seperti pengenalan kepada Tuhan, pembahasan akhlak, pemahaman tentang dunia, penciptaan alam, sifat manusia, umat dan pemerintahan yang baik dan zalim. Sementara dalam surat-surat, lebih banyak membahas masalah pemerintahan dan cara interaksi para pejabat dengan rakyat.
Nahjul Balaghah telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk Persia, Inggris, Prancis, Hindi, Italia, Turki dan Urdu. Banyak syarah tentang Nahjul Balaghah telah ditulis, di antaranya adalah Syarhu Nahji al-Balaghah karya Ibnu Abi al-Hadid dan Mishbah al-Salikin karya Ibnu Maitsam al-Bahrani yang merupakan syarah paling penting dalam bahasa Arab.
Sementara itu, Payame Emam Amiril Mukminin (Pesan Imam Amirul Mukminin as) yang ditulis oleh Nashir Makarim Syirazi adalah salah satu syarah dalam bahasa Persia. Selain itu, beberapa penelaah telah berusaha mengumpulkan ucapan-ucapan lain dari Imam Ali as yang tidak terdapat dalam Nahjul Balaghah dan menerbitkannya dengan judul Mustadrak. Salah satu usaha tersebut adalah Nahj al-Sa’adah fi Mustadrak Nahj al-Balaghah karya Muhammad Baqir Mahmoudi.
Nahjul Balaghah adalah salah satu buku yang hingga sebelum penemuan mesin cetak, telah ditulis dalam ratusan salinan tangan. Salinan tertua berasal dari tahun 469 H, yang disimpan di perpustakaan Ayatullah Mar’asyi Najafi. Setelah penemuan mesin cetak, Nahjul Balaghah juga dicetak ratusan kali di berbagai negara seperti Iran, Mesir, Lebanon, Suriah dan Qatar, disertai dengan berbagai syarah dan terjemahan.
Dengan berdirinya sistem Republik Islam Iran, melalui bantuan media dan budaya, Nahjul Balaghah mulai hadir dalam budaya masyarakat umum. Fakultas dan lembaga yang berfokus pada Nahjul Balaghah dibentuk dan Yayasan Nahjul Balaghah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan melakukan penelitian berfokus kepada Nahjul Balaghah. Selain itu, aplikasi khusus tentang Nahjul Balaghah, yang dikenal sebagai Ensiklopedia Alawi dan Ensiklopedia Komprehensif Nahjul Balaghah, juga telah disiapkan.
Sumber-sumber rujukan Syarif Radhi dalam penyusunan Nahjul Balaghah mencakup berbagai buku dari kalangan Ahlusunah, seperti Al-Bayan wa al-Tabyin karya Al-Jahizh, Al-Maghazi karya Sa’id bin Yahya Umawi, Al-Jamal karya Al-Waqidi dan Tarikh Thabari.
Menurut beberapa penelaah, ketergantungan Syarif Radhi pada sumber-sumber rujukan Ahlusunah dan tidak mencantumkan sanad ucapan Imam Ali as dalam Nahjul Balaghah telah menimbulkan beberapa kelemahan pada buku ini. Oleh karena itu, banyak penelaah telah berusaha untuk membuktikan keabsahan Nahjul Balaghah dengan mengumpulkan sanad riwayat dari sumber-sumber kuno dalam bentuk dokumen dan bukti.
Beberapa penganut Ahlusunah meragukan pengumpul karya ini serta keabsahan penisbatan riwayatnya kepada Imam Ali as. Menurut beberapa penelaah, keraguan terhadap pengumpul karya ini menunjukkan bahwa mereka tidak merujuk pada buku aslinya, karena dalam teks buku tersebut sering kali disebutkan nama pengumpulnya, yaitu Syarif Radhi. Seperti yang dinyatakan oleh Ibnu Abi al-Hadid, seorang ulama Ahlusunah, keraguan dalam penisbatan kandungan Nahjul Balaghah kepada Imam Ali as dianggapnya sebagai sikap fanatik dan tidak rasional.
Urgensitas, Pengumpulan, dan Penamaan
Nahjul Balāghah adalah sebuah kitab yang mencakup khotbah-khotbah, surat-surat dan kalimat-kalimat pendek Imam Ali as selama masa kepemimpinannya. Menurut keyakinan ulama, Nahjul Balāghah dianggap sebagai Ensiklopedia Budaya Islam dan setelah Alquran dan hadis Nabawi, sebagai sumber paling penting untuk memahami Islam dan nilai-nilai keagamaan. Setelah Alquran, Nahjul Balaghah dianggap sebagai salah satu buku yang mendapatkan perhatian khusus orang-orang Syiah untuk dihafal. Ridha Ustadzi dalam bibliografi Nahjul Balaghah mencatat 370 judul buku berkenan dengan Nahjul Balaghah di mana ditulis hingga tahun 1359 S.
Sayid Muhsin Amin dalam bukunya A’yan al-Syiah mengidentifikasi Nahjul Balaghah sebagai salah satu kebanggaan terbesar Arab dan Islam. Berdasarkan laporan, setelah Alquran, Nahjul Balaghah memiliki banyak salinan manuskrip, syarah dan tafsir terhadap budaya Islam dan banyak teks sastra Persia dan Arab yang dipengaruhi oleh Nahjul Balaghah setelah Alquran.
Selain itu, sebagaimana yang dikatakan Muhaddits Nuri dalam kitab Mustadrak al-Wasa’il, terdapat banyak ulama terdahulu yang ingin memberikan izin periwayatan kepada murid-muridnya untuk menukil Nahjul Balaghah, Nahjul Balaghah diperkenalkan sebagai Akhu Al-Qur’an (saudara Alquran).
Sayid Radhi (359-406 H), mengumpulkan Nahjul Balaghah pada tahun 400 H. Sayid Radhi berasal dari keluarga Abi Thalib, seorang fakih, teolog, mufassir dan sastrawan Syiah.
Alasan utama Sayid Radhi dalam mengumpulkan Nahajul Balaghah adalah sebagai jawaban dari permintaan teman-temannya untuk mengumpulkan perkataan fasih dari Imam Ali as. Dia hanya mengumpulkan sebagian dari perkataan dan surat Imam Ali as dalam Nahjul Balaghah yang memiliki tingkat kefasihan dan ketinggian retorika yang tinggi.
Karena alasan ini, dia menamai karya ini dengan Nahjul Balaghah (Jalan dan Metode Retorika yang Jelas), di mana menurut Muhammad Abduh, salah seorang Ahlusunah adalah deskripsi terbaik untuk buku ini.
Nilai Kesastraan dan Daya Tarik
Kefasihan dan kesastraan Nahjul Balaghah dianggap sebagai salah satu bukti terpenting daya tarik dan keabadian buku ini. Kata-kata Nahjul Balaghah berada pada tingkatan yang lebih rendah dari kata-kata Sang Pencipta dan lebih tinggi dari kata-kata makhluk.
Terkait pentingnya dan nilai sastra dan retorika Nahjul Balaghah, beberapa ungkapan telah dikutip dari para sarjana bahasa Arab, di antaranya:
Pertama, Ibnu Abi al-Hadid adalah salah satu ulama Ahlusunah dan pensyarah Nahjul Balaghah pada abad ketujuh, menganggap satu baris Nahjul Balaghah lebih unggul dari 1000 baris kata-kata Ibnu Nabatah (orator terkenal abad keempat H).
Kedua, George Jordac adalah seorang penulis Kristen, meyakini bahwa Nahjul Balaghah berada pada tingkatan retorika tertinggi setelah Alquran.
Ketiga, Syekh Nashif al-Yazji adalah seorang penulis dan penyair Lebanon, merekomendasikan untuk menghafal Alquran dan Nahjul Balaghah untuk meningkatkan kefasihan dan retorika bahasa Arab.
Keempat, Muhyiddin Abdul Hamid adalah salah satu ulama bahasa Arab, memperkenalkan Nahjul Balaghah sebagai sumber retorika dan kefasihan bahasa Arab dan percaya bahwa kata-kata Nahjul Balaghah adalah kata-kata yang paling fasih setelah firman Tuhan dan Rasul-Nya.
Beberapa pensyarah Nahjul Balaghah menganggap Imam Ali as sebagai pencetus seni membuat perumpamaan (teknik yang mirip dengan penulisan novel) di mana narator mengejar tujuan pendidikan atau kritis dengan membuat cerita. Menurut mereka, Imam Ali as telah menggunakan teknik ini pada Hikmah 289 Nahjul Balaghah, karena Imam as menyebutkan karakteristik istimewa dari saudara seagamanya, sementara orang itu tidak memiliki realitas di luar dan Imam as telah menciptakan kepribadian hipotetis untuk memberikan model untuk memperkenalkan orang-orang yang berbudi luhur.
Karena kesastran dan kefasihan bahasanya, Nahjul Balagha menarik tidak hanya bagi kaum Syiah, tetapi juga bagi non-Syiah dan non-Muslim juga; sebagaimana George Sam’an Jordac seorang Masihi telah menulis buku Rawai’ Nahj al-Balaghah sebagai ulasan literatur dan hikmah Nahjul Balaghah. Begitu juga beberapa non-Muslim telah menjadi Muslim setelah membacanya, seperti filsuf Amerika Muhammad Legenhausen menjadi seorang Muslim dan Syiah dengan membaca Nahjul Balaghah.
Kandungan Nahjul Balaghah
Sebagian peneliti menyatakan bahwa salah satu nilai keistimewaan yang luar biasa dari Najhul Balāghah adalah sisi komprehensifitas dan keragaman kandungannya, yaitu kandungan-kandungan yang memiliki ucapan-ucapan sastrawi, indah dan teliti dalam berbagai topik, dan bahkan terdapat kandungan-kandungan yang saling bertentangan.
Syekh Muhammad Abduh, salah seorang pembesar Ahlusunah, meyakini bahwa dalam kitab ini terdapat pandangan-pandangan berbeda yang mana manusia terkadang melihat dirinya berada di ujung ketinggian makna dan ungkapan terindah, dan terkadang pula melihatnya berada di medan laga. Kadang pula ia menyaksikan ungkapan rasional yang cemerlang dalam kitab ini yang berupaya membawa manusia dari kegelapan-kegelapan menuju alam malakut yang tinggi dan menempatkanya di alam kesucian.
Di lain sisi terkadang manusia melihat dirinya berada di tengah-tengan para petinggi negara di mana Ali as menunjukkan masalah-masalah politik kepada mereka dan mengajarkan mereka jalan dan cara berpolitik.
Ibnu Abil Hadid Muktazili dengan ucapan lainnya sekali lagi menekankan tentang keragaman dan komprehensifitas kandungan Nahjul Balāghah. Ia mengatakan, terkadang di dalam Nahjul Balāghah nampak sosok Bastam bin Qais, ‘Utaibah bin Harits dan Amir bin Thufail. Mereka adalah para pujangga dan sastrawan. Dan terkadang nampak pula sosok Socrates, Yohana dan Masih bin Maryam.
Abbas Mahmud al-Aqqad, salah seorang satrawan Mesir, dalam bukunya ‘Abqariyah al-Imam meyakini bahwa Najhul Balāghah merupakan sumber air yang mengalir dari ayat-ayat tauhid dan hikmat Ilahi.
Sebagian peneliti lain mengatakan bahwa Nahjul Balāghah pada hakikatnya merupakan pandangan komprehensif Imam Ali as mengenai Tuhan, manusia, dunia, penciptaan dan akhir kehidupan (ma’ad).
Dalam kitab ini diterangkan tentang makarimul akhlak dan sifat-sifat luhur yang merupakan konsekuensi dari manusia sempurna. Demikian juga dijelaskan di dalamnya tentang risalah Para Nabi, imamah, kewasian, pemerintahan dan kepemimpinan, hak-hak individual dan sosial, sifat keindahan alam tabiat, mental orang-orang munafik dan orang-orang kafir, peristiwa-peristiwa awal Islam dan pengenalan kelompok Nakitsin, Mariqin dan Qasithin.
Konten Nahjul Balāghah disusun dalam tiga bagian: pidato-pidato, surat-surat, dan kata-kata mutiara pendek. (*)
Sumber: Wikishia