beritaalternatif.com – Di era ini, senjata pemuda dan pemudi Palestina adalah handphone dan media sosial. Mereka merekam apa pun yang mereka alami, lalu membagikannya di media sosial.
Pembungkaman oleh Big Tech tentu saja terjadi. Buktinya, sangat banyak akun-akun aktivis Palestina yang diblokir. Bahkan ada aktivis-aktivis medsos yang ditahan tentara Israel.
“Tapi mereka terus bertahan,” jelas pengamat Timur Tengah, Dina Sulaeman, sebagaimana dikutip dari akun resmi Facebooknya pada Sabtu (23/4/2022).
Tahun lalu, sambung dia, terjadi demo besar-besaran mendukung Palestina di negara-negara Barat. Yang ikut demo bahkan juga para pemuda Yahudi yang paham apa yang terjadi di Israel.
Mereka paham bahwa sedang terjadi kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Zionis dengan menunggangi ajaran Yahudi. Karena itulah, banyak juga rabi-rabi Yahudi yang bersuara serta menolak zionisme.
Demo besar-besaran pro Palestina tahun lalu bahkan berlangsung di Lincoln Memorial, Amerika Serikat (AS). Mereka berkumpul menyerukan agar AS menghentikan dukungan pada Israel, serta menghentikan dana hibah rutin tahunan yang diberikan pada Israel.
Kata dia, memang hasilnya belum terlihat riil, kondisi riil seolah masih sama. Rezim AS masih memberikan dukungan penuh pada Israel, Israel masih semaunya melakukan kejahatan kemanusiaan tanpa dihukum PBB.
Tapi, ada yang berubah, yaitu gelombang kesadaran publik soal kejahatan Israel semakin menguat. Bahkan Amnesty Internasional (2022) dan Human Rights Watch (2021) akhirnya merilis laporan resmi soal kejahatan Israel. “Padahal kejahatan ini sudah lebih 70 tahun berlalu, tapi lumayanlah, sekarang ada kemajuan,” tulisnya.
Karena itu, ia mengajak semua pihak terus bersuara untuk membela Palestina. “Bukan karena benci Yahudi atau “intoleran” (seperti yang selalu dituduhkan oleh para ZSM dan buzzer Israel), tapi karena melawan penjajahan adalah nilai luhur bangsa Indonesia, terekam dalam Pembukaan UUD 1945,” tutupnya. (*)