Jakarta, beritaalternatif.com – Pendiri Alibaba yang menjadi salah satu orang terkaya di dunia, Jack Ma, perusahaan e-commerce asal China, harus rela kehilangan hartanya hingga US$ 21,4 miliar dalam waktu setahun terakhir. Raksasa e-commerce yang dibangunnya sejak 1999 tersebut harus tunduk di bawah aturan Pemerintah China yang begitu keras menentang monopoli pasar.
Regulasi Pemerintah China yang tegas tersebut menjadi alasan kekayaan Jack Ma harus terkuras habis hingga lebih dari setengahnya. Padahal, sebelumnya, dia memiliki kekayaan sebesar US$ 37 miliar dari kepemilikan saham di Alibaba.
Kebijakan anti-monopoli juga memberikan dampak yang signifikan terhadap kekayaan sejumlah nama pengusaha besar, seperti pendiri Pinduoduo Colin Zheng Huang, hingga pendiri perusahaan teknologi ponsel pintar Xiaomi Lei Jun.
Kekayaan Colin turun hingga US$ 40,2 miliar, sementara Lei Jun harus kehilangan hartanya hingga 90 persen dari total US$ 16,3 miliar.
Tak hanya pengusaha China yang dirugikan akibat kebijakan keras Pemerintah China, kekayaan CEO Softbank Masayoshi Son, perusahaan investasi asal Jepang, juga ikut terguncang.
Masayoshi Son harus rela kehilangan US 13,6 miliar dari total kekayaan sebesar US$ 25,1 miliar. Pasalnya, raksasa investasi tersebut menanamkan banyak modal ke perusahaan seperti Alibaba. Akibatnya, nilai Softbank jatuh US$ 7,3 miliar dan kekayaan Son juga ikut terseret keluar hingga 35 persen.
Lain cerita dengan pendiri Uniqlo dan Theory Tadashi Yanai dan pendiri Haidilao Zhang Yong. Keduanya dirugikan akibat pandemi yang tak berkesudahan. Tadashi Yanai harus kehilangan US$ 30 miliar akibat saham kedua perusahaannya rontok 34 persen karena pandemi.
Sementara Zhang, sebelumnya membuka 1.600 restoran hotpot baru di China. Namun nahas, pandemi membuat seluruh restoran sepi pelanggan dan ia pun harus menutup 300 restoran. Akibatnya saham Haidilao turun 71 persen dan kekayaan Zhang ikut turun hingga US$ 15,9 miliar.
Pendiri Evergrande Hui Ka Yan juga harus kehilangan hartanya hingga US$ 18 miliar akibat krisis keuangan yang dilanda perusahaan properti miliknya. Utang yang membengkak disinyalir menjadi alasan Hui kehilangan sebagian besar hartanya.
Hui juga harus mengeluarkan dana dari kantong pribadi sebesar US$ 1 miliar agar bisnisnya tetap berjalan. Hui pun mesti membayar US$ 300 miliar untuk mempercepat restrukturisasi utang perusahaannya. (cnnindonesia)