BERITAALTERNATIF.COM – Dikutip dari laman resmi Ahlulbait Indonesia (ABI), dalam Sejarah Hidup Imam Ali, H.M.H. Hamid Husaini menulis tentang silsilah nama lengkap ibunda Imam Ali as. Ibunya Imam Ali as bernama Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushaiy bin Kilab. Fathimah binti Asad adalah putri Bani Hasyim pertama yang bersuamikan figur dari Bani Hasyim juga. Ia termasuk yang paling dini memeluk agama Islam, serta memberikan dukungan kepada dakwah Rasulullah saw.
Rasulullah saw sendiri sangat menghargai dan menghormati Fathimah binti Asad, bahkan memanggilnya dengan sebutan “Bunda” dan dipandang sebagai ibu kandung sendiri. Saat Fathimah binti Asad wafat, Rasulullah saw menyalati jenazahnya.
Ayahanda Imam Ali as adalah sosok pemimpin Quraisy. Beliau sangat terpandang, dicintai, dihormati dan disegani penduduk Mekah. Beliau dihormati bukan semata-mata kedudukannya, tetapi lebih karena budi pekertinya yang luhur, jiwanya yang besar, kepribadiannya yang tinggi dan tindakannya yang senantiasa adil. Baik dalam soal kesanggupannya, kemantapannya, maupun kegigihannya membela sesuatu yang diyakininya benar.
Tentang kesanggupan, kemantapan, dan kegigihan Abu ThaIib dapat disaksikan dari berbagai penampilan beliau menghadapi orang-orang kafir Quraisy. Dengan kekuatan sendiri beliau memikul beban membela Rasulullah saw dari berbagai tantangan dan permusuhan orang-orang Quraisy. Penilaian semacam itu terhadap Abu Thalib, diterima bulat oleh para sejarahwan dari semua mazhab.
Abu Thalib adalah figur yang teguh berdiri membentengi Rasulullah saw dari segala bentuk rongrongan komplotan kafir Quraisy. Abu Thalib berbuat demikian, didorong oleh pandangannya yang luas, penglihatan hati dan pikirannya yang tajam, tekad serta dan semangatnya yang tak terpatahkan.
Selanjutnya, Ma’sumah Jaffer dalam Kisah-kisah Teladan dari Para Imam Maksum as menulis: Ketika Imam Ali as akan lahir, sang ibunda, Hadrat Fathimah binti Asad beranjak menuju Kab’ah dan berdoa kepada Allah Swt agar jabang bayi yang dikandungnya lahir dalam keadaan selamat.
Imam Ali as memiliki tiga saudara. Mereka adalah Thalib, Aqil, dan Ja’far. Semua saudara beliau itu dilahirkan di rumah, seperti anak-anak lain pada umumnya. Akan tetapi kali ini, Hadrat Fathimah binti Asad merasa bahwa keadaannya kini berbeda. Benar saja, saat berdiri di samping dinding yang berhadapan dengan gerbang Ka’bah, berdoa kepada Allah Swt, tiba-tiba dinding di dekatnya merekah.
Rekahan dinding Ka’bah itu lambat-laun kian membesar hingga cukup bagi Hadrat Fathimah untuk menyelinap masuk ke dalamnya. Serasa ditarik masuk ke dalam Ka’bah, tiba-tiba saja ia sudah berada di bagian dalam bangunan kudus itu. Saat itu pula, rekahan tersebut menciut dan mengecil. Namun sampai hari ini, rekahan itu masih dapat dijumpai di sekeliling Ka’bah. Hari itu bertepatan dengan tanggal 13 Rajab. Di dalam Ka’bah, imam pertama kita terlahir ke dunia. Beberapa orang yang berada di sekitar Ka’bah melihat apa yang terjadi dan menceritakaannya kepada yang lain.
Mereka segera mengabarkan Abu Talib bahwa istrinya secara misterius memasuki Ka’bah dan tidak keluar setelah itu. Abu Talib menjadi risau atas berita ini, sehingga bergegas menyusul istrinya dan mengambil kunci-kunci gerbang Ka’bah. Kendati demikian, gerbang Ka’bah tetap tidak terbuka. Rasulullah saw tidak berada di tempat saat kejadian itu. Namun pada saat bersamaan, beliau baru pulang dari suatu perjalanan dan mengetahui apa yang terjadi. Dengan segera, beliau menuju Ka’bah.
Ketika beliau hendak membuka gerbang Ka’bah, tiba-tiba gerbang yang terkunci terbuka dan Hadrat Fathimah beranjak keluar dengan menimang bayi dalam gendongannya. Ketika Nabi Muhammad saw menggendongnya, Imam Ali as, kecil itu membuka matanya untuk pertama kali. Hal pertama yang dilihat Imam Ali as adalah wajah suci Rasulullah saw.
Rasulullah Saw sangat bersuka cita atas kelahiran saudara sepupunya itu. Beliau menyunggingkan senyuman dan berkata, “Engkau menantikanku dan aku telah lama menantikanmu.” * (nsa)
Sumber: ahlulbaitindonesia.or.id