BERITAALTERNATIF.COM – Toko kerajinan Kelompok Tiga Tawai yang berlokasi di Jalan Pattimura Tenggarong menawarkan berbagai kerajinan tangan khas Kutai.
Produk yang dijualnya beragam: kalung, dompet, hingga tas yang berbahan dasar manik dan sulam tumpar.
Pengrajin yang tergabung dalam Kelompok Tiga Tawai Siti Hawa mengaku sudah berjualan di lokasi tersebut sejak 2020, namun sempat berhenti beroperasi saat pandemi Covid-19.
“Kalau jualan itu sudah dari sebelum korona, tapi pas pandemi itu sama Bupati dilarang jualan. Jadi, habis itu baru lanjut lagi,” jelasnya, Rabu (21/08/2024).
Toko Tiga Tawai dioperasikan oleh empat orang, salah satunya Hawa.
Jam buka dan tutupnya menyesuaikan kegiatan mereka sebagai ibu rumah tangga. Biasanya akan dibuka sejak pagi hingga pukul sembilan malam.
Lokasi yang saat ini digunakan Toko Tiga Tawai merupakan bagian dari program pemerintah sehingga disediakan secara gratis.
Ia menyebutkan bahwa mereka yang berjualan di lokasi tersebut merupakan para pengrajin yang tergabung dalam Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda).
“Kami dari Dekranasda ini harus benar-benar pengrajin. Jadi, bukan hanya menjual produk,” terangnya.
Sebagai seorang pengrajin, Hawa sudah memulai perjalanannya sejak tahun 90-an. Hingga kini, produknya telah dikenal serta terus berkembang.
Meskipun di lokasi tersebut setiap toko menjual produk yang hampir sama, dia mengatakan, hal tersebut tidak berpengaruh terhadap penjualan. Sebab, masing-masing dari mereka telah memiliki pelanggan dan pasar sendiri.
Adapun produk yang menjadi andalan sebagai oleh-oleh keluar kota adalah kerajinan berbahan dasar manik seperti gelang, kalung, dompet, dan tas.
Selain produk dari manik, ia menjual produk sulam yang dipadukan dengan tumpar dan manik-manik.
Produk-produk yang dihasilkannya selalu tersedia di toko.
Hawa menerima pesanan khusus bagi pemesan produk kerajinan tangannya.
Untuk waktu pembuatannya, apabila bahannya lengkap, dia bisa menyelesaikan dua hingga tiga produk dalam sehari.
Ia menerangkan, waktu paling banyak pengunjung adalah saat Erau atau kegiatan PKK.
Hawa tergolong aktif dan sering melakukan workshop mengenai kerajinan. Dia bahkan beberapa kali dipanggil oleh Pemkab Kukar untuk membantu para pelaku UMKM di Kukar.
Ia mengaku terbuka terhadap orang-orang yang mau belajar kerajinan tangan khas Kutai darinya.
“Biasanya anak-anak sekolah itu SD, SMP, SMA, atau ibu-ibu guru datang ke sini buat belajar,” katanya. (adv)
Penulis: Hanna
Editor: Ufqil Mubin